Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GARA-GARA POSTINGAN
Beberapa saat kemudian, rujak pesenan Ara akhirnya datang. Dia menikmati makanan yang segar, manis, asam, dan pedas tersebut, bersama Juno di meja makan. Kebetulan adik bungsu Meru itu masih stay disana, beda dengan Jani yang sudah masuk ke kamarnya. Sementara Mami, ia membawa rujaknya ke dapur untuk dimakan dengan Mbak Siti dan Bi Yana. Dia memang suka makan rame-rame, rasanya lebih nikmat.
"Kak Ara, sepatu ini, bagus gak? Atau bagusan yang ini?" Juno menunjukkan gambar sepatu di salah satu market place.
"Buat siapa, kamu punya pacar, Jun?" Ara cukup terkejut, pasalnya yang ditunjukkan Juno adalah gambar flat shoes perempuan. Apa mungkin, bukan Meru saja yang melanggar aturan pacaran di usia 21 tahun, Juno juga?
"Enggaklah," Juno terkekeh. "Buat Kak Jani. Minggu depan dia ulang tahun."
Mendengar itu, Ara langsung kepikiran ingin membuatkan kue ulang tahun sekaligus kado untuk Jani. Mungkin ini bisa jadi jalan buat dia dekat dengan Jani. Ingin sekali rasanya punya saudara perempuan yang bisa diajak sharing.
Ara memperhatikan gambar-gambar sepatu di salah satu toko yang menjadi pilihan Juno. Bagus-bagus semua, dan harganya lumayan mahal, rata-rata diatas 1 juta. Sekelas Juno yang masih SMP, mau membelikan kado semahal itu. Ara jadi mikir, berapa uang saku iparnya tersebut.
"Lumayan mahal ya harganya," Ara tersenyum tipis. Seumur-umur, belum pernah dia punya sepatu harga 200 ribu ke atas.
"Si Rinjani bawel itu, bakalan ngambek kalau kadonya murah. Ngeselin emang tuh anak. Keseringan dimanja Papi, jadi gitu deh. Tahun kemarin aku kasih gantungan kunci, eh.... ngamuk-ngamuk."
"Mungkin dia gak minta yang mahal juga sih Jun, tapi ya gak gantungan kunci juga," Ara terkekeh.
Juno ikut tertawa. "Mana gantungan kuncinya, harganya cuma 20 ribu."
Kedua orang itu sama-sama ngakak. Ara membayangkan wajah kecewa Jani saat buka kado, sementara Juno keinget ekspresi kesal kakaknya. Gara-gara itu, Jani balas memberi kado Juno kaos kaki di hari ulang tahunnya.
Keduanya lanjut ngobrol, Juno cerita tentang Jani dan Meru yang membuat Ara begitu antusias mendengar. Meski 3 bersaudara, sifat mereka sangat berbeda. Menurut Juno, Meru itu sikapnya dingin, jarang ngomong, tapi yang paling pinter. Dan yang dia suka, tidak pelit pada adik-adiknya. Sementara Jani, kakak keduanya itu sangat bawel. Mau menang sendiri, efek jadi kesayangan Papi. Tapi sebenarnya orangnya baik dan penyayang. Awalnya ia iri pada Jani, namun pemahan yang diberi Mami, membuat dia membuang jauh perasaan itu. Mami bilang, Papi bukan pilih kasih, hanya saja, cara ngetreat anak perempuan dan laki-laki, itu beda.
Keseruan cerita Juno, terhenti saat Meru datang. Laki-laki itu wanginya tercium sampai jarak jauh, membuat Ara langsung mendekat dan memperhatikan penampilannya. Celana jeans, kaos oblong hitam, sepatu putih dan membawa tas ransel.
"Mau kemana, ganteng amat Mas suami?"
"Mau footsal."
"Footsal?" Ara mengernyitkan kening. "Kok keren amat. Kenapa gak pakai kaos team?"
"Nanti ganti disana. Mah," teriak Meru. "Aku ambil kunci, mau bawa mobil."
Denger Meru mau bawa mobil, Ara makin gelisah. Dandan keren, bawa mobil, gak sedang mau...
"Mau kemana?" sahut Mami, tak lama kemudian muncul dari arah dapur.
"Footsal, Mi."
"Ya udah, tapi pulangnya jangan malem-malem. Gak boleh lebih jam 9."
"Siap."
"Aku ikut," Ara bergerak cepat, menggandeng lengan Meru.
"Apaan sih, gak usah," Meru melepas tangan Ara.
"Ikut... "
"Enggak, kamu di rumah aja."
"Ajak kenapa sih, Ru," ujar Mami. Dia tipe wanita yang suka ngintilin suami, melihat Ara seperti ini, baginya itu wajar.
"Cowok semua Mi, gak ada ceweknya. Lagian ribet ah, bawa-bawa cewek."
"Ribet?" Mami mendelik. "Kamu fikir Ara bayi, pakai ribet bawanya. Ara udah bisa jalan, bisa ke toilet sendiri, bisa makan sendiri, mananya yang ngerepotin kamu."
"Enggak ah, nanti aku dikatain bucin sama temen-temen," berdecak pelan.
"Ya udah Kak Ara, kalau Abang gak mau ngajak, jalan sama aku aja. Kita ke mall, beli yang tadi. Kayaknya ada outlet nya di mall," ajak Juno.
"Ke mall?" Mami mengerutkan kening, menatap Juno. Selama ini, bungsunya itu kalau ke mall atau kemana pun, selalu meminta ia mengantar.
Sama seperti Mami, Meru juga mengernyit heran. Sejak kapan Juno dekat dengan Ara? Sudut matanya melirik ke arah Juno, lalu berganti Ara. Penasaran dengan kata 'yang tadi' yang diucap Juno. Sepertinya mereka sudah mengobrol banyak dari tadi.
"Boleh kan Mi, aku ke mall sama Kak Ara?" Juno minta izin.
"Diantar Pak Slamet tapi ya," syarat dari Mami.
"Sipp. Kak Ara gimana, mau gak?" Juno kembali memastikan.
"Boleh gak?" Ara minta izin pada Meru.
Mau nanya sejak kapan dekat dengan Juno, gengsi, akhirnya pertanyaan diubah. "Emang mau cari apa?"
"Em.... kado buat Jani."
Oh... ternyata itu, Meru menghela nafas lega. "Ya udah, pergi aja." Masuk ke kamar Mami, mengambil kunci mobil.
Ara menatap punggung Meru yang keluar rumah sambil nyanyi dan memainkan kunci mobil. Terlihat bahagia, tapi kenapa jadi dia yang khawatir? Sebenarnya pas minta izin tadi, berharap Meru tidak memberi izin, lalu mengajaknya ikut footsal. Ah enggak-enggak, gak mungkin suaminya itu selingkuh.
Juno dan Ara ke mall dengan diantar Pak Slamet. Karena bukan mau belanja yang berat-berat, Juno meminta Pak Slamet menunggu di mobil, sementara ia dan Ara langsung ke toko sepatu. Ternyata mencari sepatu yang rasanya sesuai buat Jani, tidaklah mudah, mereka sampai berpindahnya toko sampai akhirnya nemu yang rasanya pas, sesuai dengan selera Jani.
Sementara di tempat footsal, Meru yang tengah istirahat, scroll-scroll sosial media. Keningnya mengkerut melihat foto yang diunggah Ara beberapa menit yang lalu. Istrinya itu berpose di sebuah toko sepatu. Paras cantik ditunjang out fit ala-ala Korea ala Ara, membuat foto tersebut banjir komentar, yang rata-rata, dari cowok yang memuji kecantikannya. Ada juga di antara komen tersebut, yang bertanya, 'Meru mana, kok gak sama Meru? Udah putus ya?'
Meru berdecak kesal, mengemasi ponsel, botol minum, dan barang lain miliknya ke dalam tas.
"Ru, mau kemana?" teriak Adam, bingung melihat Meru pergi dengan membawa tasnya.
"Ke mall."
"Heh, jangan gila kamu. Mau dimulai babak kedua."
Meru tak menggubris pertaan Adam, berjalan cepat meninggalkan lapangan footsal.
"Pasti gara-gara ngeliat postingan Ara beberapa saat yang lalu," tebak Robert, tersenyum tipis. "Dasar bucin!"
Pantas aja Meru langsung berpikiran buruk pas lihat ada cowok di kamar kost Ara.🙄
Usia yg harusnya buat belajar memaksa jadi pasutri..sama sekali belum dewasa