Irhaf, seorang pemuda pemain sepakbola berusia 21 tahun yang bermain di liga 2 Indonesia. Dulu ia pernah dilirik oleh klub-klub besar karena memiliki bakat cemerlang tapi semuanya berubah sejak ia menderita cidera lutut yang parah.
Di suatu malam Irhaf mendapatkan email yang menawarkan kesempatan untuk melakukan uji coba di klub dengan nama yang asing bagi irhaf dan mengaku berlaga di liga 1.
Dan suatu keanehan pun terjadi....
Like dan Komentar jika kalian suka cerita ini...
Setelah sekitar 4 tahun sejak novel terakhir saya di akun lain saya yang udh ilang. akhirnya saya coba bikin lagi.
Masukan dan saran saya terima 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhaf01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tombak Dan Perisai
Al-Marsa 5/11/25
Beberapa hari telah berlalu, kini hari pertandingan yang dinanti-nantikan telah tiba.
Di malam yang yang dingin ini, suasana di sebuah stadion justru terasa sangat panas penuh gairah.
Itu adalah stadion yang sama dengan laga 3 hari yang lalu namun dengan lawan yang berbeda.
Stadion berkapasitas 65.000 itu kembali penuh sedak dipadati oleh Supporter.
Semua orang tak sabar untuk melihat laga hari ini.
Pertandingan antara Timnas Insana dan Timnas Al-Furatain akan segera dimulai.
Di laga ini, Pieter menggunakan susunan pemain starter yang berbeda dari pertandingan sebelumnya.
Daftar pemain nya adalah
Kiper : Ermilo D
Bek : Andika U, Dandy D, Hurner J, Ruben V
Gelandang : T Verbeek, Kelvin VB, L Jansen
Penyerang : Regy V, S Irhaf, Niken S
Di barusan bek ada Arsami, Rozy, dan Joris yang digantikan oleh Andika, Dandy, dan Hurner.
Lalu Kelvin juga masuk menggantikan Marselo.
Walaupun sebagian besar yang masuk adalah pemain bertahan, Masing-masing dari mereka memiliki kemampuan menyerang tertentu.
Melihat susunan pemain ini saja sudah membuat para komentator menebak niat Pieter dalam pertandingan ini.
Lalu di sisi yang berlawanan, Al-Furatain memainkan pemain utama mereka.
Kiper : Hassin J
Bek : Mehram K, Sahrul, Ammar A, Hussain A
Gelandang : Bayeshi I, Amar A, Iqbal A
Penyerang : Monana A, Hamdan A, Amyin H
Mereka juga menggunakan formasi 4-3-3 namun lebih defensif dengan memasukkan 1 pemain gelandang bertahan.
Beberapa diantara pemain Al-Furatain ada yang bermain di liga Eumma.
Seperti Hamdan yang bermain untuk klub papan bawah di liga 1 Inggers.
Lalu ada Iqbal, Bayeshi, dan Mehram yang bermain di EreLiga
Sisanya lebih banyak yang memilih untuk bermain di liga lokal.
Walaupun begitu, kemampuan mereka tidak diragukan lagi.
Selain pertahanan dan serangan balik mereka yang mengancam, pemain mereka juga memiliki fisik yang kuat.
Mereka suka melakukan konfrontasi fisik saat ada kesempatan.
Pada saat ini semua perhatian sudah tertuju ke lapangan.
Wasit sudah meniup peluit dan pertandingan pun dimulai.
Setelah permainan dimulai, Al-Furatain langsung menutup rapat area pertahanan mereka.
Dan apa yang mereka lakukan cukup efektif untuk meredam serangan Insana.
Pada menit ke -15 Kelvin mengoper bola ke Regy.
Namun belum sempat Regy mengolah bola, Mehram si bek kanan tanpa Keraguan menjulurkan kakinya dan merebut bola dari Regy.
Dia melakukan itu sambil membenturkan bahunya ke bahu Regy.
Regy agak terhuyung walaupun kemudian ia bisa menyeimbangkan tubuhnya lagi. Namun bola berhasil dicuri oleh Mehram.
Tak ingin membuang waktu, Mehram langsung mengirim bola jauh kedepan mengarah ke Monana.
Untuk sesaat beberapa supporter Insana tanpa sadar menahan nafasnya karena panik.
Untungnya Verbeek berada tepat di jalur bola dan memotong umpan terobosan itu yang secara otomatis menggagalkan serangan balik Al-Furatain.
Bola kembali ke dalam kekuasaan Insana yang membuat para suporter kembali menghembuskan nafas lega.
Timnas Insana kembali melakukan umpan-umpan pendek sambil mencari celah di pertahanan lawan.
Pada menit ke - 21, Irhaf berhasil melewati Amar.
Walaupun Amar melakukan hal yang sama dengan Mehram, tetapi Irhaf bukan Regy.
Irhaf dengan lihai menarik bola dengan kakinya untuk menghindari sentuhan kaki Mehram.
Lalu Irhaf yang berinisiatif untuk mendorong bahunya ke Amar yang bahkan membuatnya terjatuh.
Namun pertahanan ketat di kotak penalti membuatnya kesulitan untuk mencari ruang tembak.
Irhaf juga tidak melihat adanya jalur umpan kepada rekannya dan memutuskan untuk menembak langsung.
Namun tembakannya berhasil dihalau oleh Hassin si kiper.
Walaupun agak kecewa, namun pertandingan masih panjang dan ia masih punya kesempatan.
Di pinggir lapangan, Pieter berdiri di pinggir lapangan dengan tatapan tegang melihat ke lapangan.
Jika Insana bisa mencetak satu gol terlebih dahulu, maka inisatif berada di tangannya.
Namun jika timnya tidak bisa segera mencetak gol apalagi sampai kebobolan terlebih dahulu, maka situasi permainan menjadi berbahaya.
Pada menit ke - 35, Timnas Insana kembali mendapatkan peluang.
Verbeek mengoper bola ke Niken yang kemudian menggiring bola ke dekat kotak penalti.
Namun lagi-lagi Al-Furatain berhasil menutup ruang umpan sambil menekan Niken yang membuatnya terdesak hingga akhirnya hanya bisa memaksakan tendangan yang bahkan melebar dan tidak mengancam gawang lawan.
Pertandingan hari ini seperti pertarungan antara pengguna tombak dan perisai.
Semua orang menantikan apakah Ujung tombak bisa terlebih dahulu menembus perisai dan menusuk pengguna perisai.
Atau justru perisai bisa terlebih dahulu menahan dan menumpulkan ujung tombak dan menusuk pengguna tombak saat lengah dengan pisau kecil yang ia sembunyikan di balik perisai.
Pada menit ke - 43, Irhaf yang menguasai bola kembali berhasil melewati Amar dengan terobosannya yang kuat dan cerdik.
Tepat di depan kotak penalti, dia memutuskan untuk menendang bola dengan keras.
Namun sebuah kaki dari bek lawan terangkat tinggi dan berhasil membelokkan arah bola hingga membentur tiang gawang.
Walaupun cukup kesal, Irhaf masih memperhatikan arah bola yang tak menentu dan bersiap untuk mengambil langkah yang tepat.
Bola memantul ke arah Mehram yang kemudian mengoper bola ke Bayeshi yang langsung diserahkan kepada Monana.
Monana yang mendapatkan bola langsung lepas landas bersama Hamdan dan Amyin.
Karena kedua bek di kanan dan kiri ikut membantu untuk menyerang, disisi pertahanan hanya ada Dandy dan Hurner.
Suara-suara panik kembali terdengar di tribun Insana.
Pieter di pinggir lapangan juga menatap ke lapangan dengan cemas.
Monana yang menggiring bola mengirimkan umpan silang ke Amyin sambil terus berlari.
Dandy yang melihat kesempatan segera merosot dan menjulurkan kakinya untuk menekel bola dari Amyin.
Namun wajahnya menjadi pucat karena Amyin ternyata sengaja menunjukkan celah namun itu hanya untuk memancing Dandy.
Amyin berhasil mengoper umpan terobosan ke Hamdan.
Walaupun ada gangguan dari Hurner, Hamdan masih bisa menendang bola dengan kencang dan mengarah langsung ke gawang.
Namun Ermilo berhasil menepis bola setelah melompat dengan susah payah.
Namun bola hasil pantulan itu masih menjadi liar di kota penalti.
Monana dengan cekatan menyambut bola dan langsung menembak bola.
Posisi Ermilo yang masih terjatuh usai menepis bola membuatnya tidak bisa bereaksi cepat.
Udara stadion penuh ketegangan dan area penalti Insana menjadi fokus semua orang.
Pendukung dua kubu mengharapkan dua hal yang bertentangan namun sama-sama tidak bisa memalingkan pandangan ke kotak penalti Insana
Namun sesuatu yang tidak pernah diharapkan terjadi.
Sebuah kaki muncul tepat setelah bola di tendang oleh Monana yang membuat bola memantul dan keluar dari lapangan
Yang membuat semua orang terdiam sejenak dan tidak mengerti apa yang terjadi.
Monana melihat di depan matanya, si pemilik kaki itu berdiri dan menunjukkan Jersey nomor 9 yang membuatnya bingung dan terlintas pertanyaan dibenaknya yang bahkan mungkin pertanyaan yang sama juga muncul dibenak semua orang.
"Ba.. bagaimana orang ini.... Bisa disini.....?"
....
....
....
Bersambung....