NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23

Sinar matahari pagi yang lembut menyusup masuk melalui celah gorden, menyentuh wajah Dara. Ia mengerjapkan mata, perlahan kesadarannya kembali.

Dara membuka mata sepenuhnya. Wajahnya tersembunyi di dada bidang Arkan. Lengan kokoh Arkan melingkari pinggangnya.

Ia berusaha bergerak pelan, ingin melepaskan diri sebelum Arkan bangun, namun gerakan kecil itu justru membangunkan Arkan.

Arkan mengerang pelan, lalu mempererat pelukannya, menarik Dara lebih dekat. "Lima menit lagi, Ra..." gumamnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Dara menahan napas. Posisinya kini membuatnya harus mendongak sedikit untuk melihat wajah Arkan. Ia menatap Arkan yang masih memejamkan mata. Garis rahangnya tegas, dan rambutnya sedikit berantakan. Wajah Arkan yang bangun tidur terlihat jauh lebih santai dan... tampan.

Tiba-tiba, mata Arkan terbuka. Senyum tipis, penuh kemenangan, langsung merekah di bibirnya saat melihat wajah Dara yang kini berada sangat dekat dengannya.

"Pagi, Istriku," sapa Arkan, suaranya kini kembali normal, namun tetap lembut.

Dara sontak merasa kaku. " awas dulu aku mau bangun" berusaha mendorong dirinya menjauh sedikit.

Arkan menghela napas, namun ia melepaskan satu tangannya untuk mengusap lembut pipi Dara. "Kamu masih malu?" tanyanya.

"Aku... aku mau mandi," ujar Dara, mengalihkan pembicaraan.

Arkan tersenyum miring. Ia mendekatkan wajahnya lagi, membuat jantung Dara kembali berdebar kencang. Kali ini, ia tidak mencium bibir Dara, melainkan mengecup keningnya dengan lembut.

Dara keluar dari kamar mandi, sudah segar dalam balutan pakaian rumahan yang sopan. Arkan sudah selesai lebih dulu, dan kini sudah mengenakan kemeja kasual yang rapi. Mereka turun tangga bersama.

"Nah, ini dia pengantin barunya. Pagi-pagi gini udah mesra turun berdua," goda Ratna sambil tersenyum penuh arti.

Wajah Dara langsung merona. Ia segera mengambil tempat duduk di samping Rafa, sedikit menjauh dari Arkan yang duduk di seberangnya.

"Pagi, Papa, Bunda! Kenapa lama banget? Rafa tungguin," seru Rafa, bibirnya mengerucut.

Meja makan pagi itu terasa hangat dan ramai. Di sana ada Ratna dan suaminya, Damar, duduk di ujung meja sambil tersenyum melihat pemandangan di depan mereka. Sementara Rafa sibuk menumpuk roti dan telur di piringnya dengan antusias.

“Bunda, suapin Rafa, ya?” pinta bocah kecil itu tiba-tiba, membuat Dara sempat tertegun.

“Eh… boleh, sini,” jawab Dara akhirnya, tersenyum lembut. Ia menyuapkan sesuap nasi goreng ke mulut Rafa yang langsung berbinar.

“Enak banget! Bunda masak kayak gini juga nggak nanti di rumah?” tanya Rafa polos.

"iya sayang"

Damar yang sejak tadi memperhatikan suasana itu, akhirnya angkat bicara. “Jadi, kalian rencananya kapan mau pindah ke apartemen, Kan?” tanyanya

“Rencananya sih, setelah sarapan ini, Yah.

"Aku sudah minta supir menyiapkan barang-barang kami yang ada di kamar. Barang-barang Dara juga sudah kami siapkan kemarin. Kami akan langsung pindah setelah ini dan membereskan sisanya di sana."

“Cepat amat,” sahut Ratna, sedikit terkejut tapi masih tersenyum. “Baru juga semalam nikah. Nggak mau istirahat dulu di sini?”

Arkan tersenyum tipis. “Kalau kelamaan di sini nanti malah nggak sempat beresin urusan kerjaan. Lagian, aku pengen Dara mulai adaptasi juga di tempat baru.”

Ratna menatap menantunya dengan lembut. “Kamu nggak keberatan, kan, Sayang?” tanyanya pada Dara.

"nggak kok ma, aku ikut mas Arkan kemana aja "

Damar mengangguk puas. “Ya sudah, kalau begitu. Setelah makan, kalian siap-siap aja"

Damar mengangguk setuju. "Itu keputusan yang baik, Nak. Segera bereskan rumah tangga kalian. Dan ingat, Arkan, sekarang tugasmu adalah menjaga Dara dan calon anak kalian dengan baik. Jangan sampai ada yang menyakiti mereka lagi."

Setelah sarapan usai, Arkan berpamitan singkat dengan kedua orang tuanya. Rafa, Bocah itu sudah duduk manis di kursi belakang mobil, matanya berbinar penuh semangat.

Setibanya mereka di lantai tertinggi apartemen, Arkan membuka pintu. Rafa langsung berlari masuk, sementara Dara melangkah terkesima. Apartemen itu sangat luas, didominasi warna monokrom elegan, dengan jendela-jendela besar menyajikan pemandangan skyline kota Jakarta.

"Selamat datang di rumah kita, Ra," ujar Arkan,

Lalu, pandangan Dara tertuju pada kekacauan kecil di sudut ruang tamu. Terdapat beberapa kardus, tas pakaian, dan koper usang berwarna biru miliknya.

Rafa langsung menghampiri tumpukan itu. "Ini kardus apa, Bunda? Ini koper Bunda?"

"Iya, Sayang. Itu barang-barang Bunda," jawab Dara, sedikit malu karena barang lamanya terpajang di tengah kemewahan Arkan.

Arkan mendekat. "Semua barang kamu sudah aku pindahkan dari kontrakan, aku menyuruh mbok Mina memindahkannya subuh tadi. Kardus pakaian ada di kamar utama, yang ini mungkin barang-barang lain," jelas Arkan.

" mbokMina siapa," tanya dara.

"Art disini. Tapi aku sudah memindahkannya ke rumah mama karena ada kamu. Aku mau privasi kita lebih dijaga. Ngga papa kan"

"ngga papa kok"

Setelah membereskan semua barang-barangnya dara mereka istirahat sejenak dan makan siang.

Dan sore ini Arkan mengajak dara dan Rafa untuk berbelanja kebutuhan rumah. Karena stoknya yang sudah menipis.

“Kulkas di sini masih kosong, cuma ada air mineral sama buah. Aku sama Rafa akhir-akhir ini sering gofood jadi kulkasnya belum di isi"

Sampainya di supermarket Arkan langsung mengambil troli dan menyuruh dara untuk memilih bahan makannya.

"sekarang kamu yang pilih aja yang menurut kamu cocok"

Dara sempat ragu. “Aku aja yang milih semua?”

“Tentu,” jawab Arkan santai. “Aku percaya selera kamu.”

Rafa langsung lari kecil menuju rak jajanan. “Papa, Rafa ambil snack ya!”

“Iya, tapi jangan kebanyakan!” sahut Arkan sambil mendorong troli mengikuti Dara ke bagian sayur dan bumbu dapur.

“Yang itu bagus, ayamnya masih segar,” ucap Arkan sambil menunjuk.

Tak lama, Arkan berpindah ke rak lain dan mengambil beberapa perlengkapan mandi sabun, pasta gigi, handuk baru, juga beberapa botol shampoo.

Dara menatap troli yang makin penuh. “Kamu ambil banyak banget.”

“Ya, biar nggak bolak-balik belanja. Kamu juga ambil aja kebutuhan pribadi kamu, sabun, skincare, atau apapun yang kamu pakai.”

Dara tampak canggung. “Nggak usah, aku masih punya di koper.”

Arkan berhenti sejenak, menatapnya lembut tapi serius. “Dara, kamu tinggal di sini sekarang. Jangan sungkan, ya? Aku pengen kamu nyaman. Belanja aja yang kamu butuh.”

Rafa kembali dengan pelukan penuh jajanan. “Papa! Bunda! Liat deh Rafa dapet banyak!”

Arkan mengangkat alis. “Rafa, itu kayaknya bukan ‘sedikit’, deh.”

“Cuma segini kok, Pa,” jawab Rafa polos, tangannya berusaha menyembunyikan bungkus keripik di balik tubuhnya.

Dara menahan tawa. “Rafa, kamu kan udah janji nggak ambil banyak.”

Rafa meringis. “Tapi Bunda, yang ini enak semuaa.”

Arkan pura-pura menghela napas panjang lalu menepuk kepala bocah itu. “Oke deh, tapi nanti kamu bantu Papa beresin belanjaan, ya.”

“Siap, Pa!” seru Rafa sambil tertawa.

Mereka bertiga berjalan menuju kasir. Dara sempat mencoba mengeluarkan dompetnya, tapi Arkan langsung menahan tangan istrinya lembut. “Udah, aku aja yang bayar.”

“Tapi—”

Arkan menatapnya dalam-dalam. “Nggak usah tapi-tapian. Ini bagian dari tugasku sebagai suami. Kamu tinggal santai aja.”

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!