Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan yang mengejutkan.
Satu Minggu ku jalani aktifitas seperti biasanya. Ku kira aku akan sering bertemu dengan mas Izham dan Mira tetapi selama satu minggu hanya beberapa kali aku melihat mereka dari kejauhan sering berjalan berdua, mas Izham yang terlihat begitu menyayangi Mira dan anak dalam kandungan itu. Apa yang bisa kulakukan selain menghela nafas, bagai hidup berteman kemalangan dan kesedihan terutama Airmata.
Andai, andai, dan andai. Yah... semua hanya andaikan saja, jika itu adalah aku. Andai aku yang bertahan disisi mas Izham bukan wanita jadi-jadian itu! Huh, aku tak bisa menepati ucapan ku nyatanya aku masih berpikir seperti ini.
Saat jam pulang kantor, seperti biasa aku harus berjalan jauh dari Kantor dan menunggu mobil yang dikendarai sekretaris Lee menghampiriku. Berjalan dipinggiran trotoar, hari ini meski sudah sore namun matahari tampak masih menyengat kulit. Bulir-bulir keringat terus bercucuran, sesekali aku berhenti ditepi jalan.
Sebuah mobil putih berhenti didepan ku,
"Kei, sedang apa kau disini?" Aku menoleh dan kaget melihat mantan suamiku memberhentikan mobilnya didepan ku. Aku tak menjawab.
"Rumahmu dimana? aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu!" jawabku ketus. Aku mengambil tongkat dan berjalan menjauh, tetapi mobil mas Izham mengikuti ku.
"Ayo Kei, aku kasihan melihatmu kelelahan seperti itu. Aku hanya sendiri, Mira sedang lembur dikantor." secepat kilat aku menoleh.
"Dengar ya mas, meski kamu hanya sendiri aku tidak akan pernah mau diantar olehmu!"
Bip,,,bip....
Mobil hitam berhenti didepan mobil mas Izham, aku sangat tau itu mobil siapa, tak menunggu lama aku meninggalkan mas Izham dan langsung masuk kedalam mobil hitam itu.
"Tadi berbicara dengan siapa?" tuan Ken bertanya padaku.
"Tidak tau tuan, dia ingin menawariku tumpangan." jawabku berbohong, aku tidak mau memperpanjang urusan jika memberitahu itu adalah mantan suamiku.
"Jangan percaya dengan orang yang tidak dikenal! bisa saja mereka berbuat jahat padamu." kata tuan Ken.
Deg... apa aku tidak salah dengar? benarkah itu tuan Ken yang mengatakan kalimat itu? meski dia mengatakannya dengan nada sinis tapi didalam kalimat itu mengandung pesan baik. Aku tersenyum tipis.
"Aku tidak perduli padamu, tadi hanya salah berucap." tuan Ken meralat ucapannya yang tadi. Dia melihatku sebentar dan mengalihkan pandangannya keluar mobil.
Aku semakin terheran dengan ucapannya, tapi ya sudahlah mungkin dia tidak sadar dengan ucapannya yang tadi. Aku pun tak lagi memusingkan hal itu melihat pemandangan diluar mobil lebih indah.
'Dia terlihat sexy saat seperti itu? Ah, Ken!! kau ini berpikir tentang apa! Dia itu hanya wanita pengerat, saat ini terlihat polos tapi nanti dia pasti akan menunjukkan taring saat kamu terlena.' Ken yang sedang mengamati Kei dari samping itu tersadar dengan pikirannya secepatnya dia menolak keras hati yang ingin memuji penampilan Kei.
"Lee, kenapa lama sekali! aku lelah ingin segera sampai!" Ken sudah menunjukan kekesalan. Dia kesal menunggu mobil yang terjebak macet.
"Sepertinya didepan ada kecelakaan tuan, kita tidak bisa lewat dan terpaksa harus menunggu."
"Huh.." tuan Ken mendengus kesal. Menyenderkan kepala dengan mata terpejam.
Sekitar 1jam menunggu mobil sudah merangkak maju dengan lancar. Tak berapa lama sudah sampai didepan rumah, Ken membuka pintunya sendiri tanpa menunggu sekretaris Lee membuka.
Sampai didalam terlihat para pelayan berlarian menuju ke tangga.
"Ada apa?" Ken bertanya dengan salah satu pelayan.
"Itu tuan muda, nyonya besar..."
"Mami kenapa?"
"Nyonya besar jatuh dikamar mandi."
"Apa...!!!" dengan cepat Ken menaiki anak tangga dan menuju kekamar Tante Lyra. Aku dan sekretaris Lee mengikuti.
Didalam Tante Lyra sudah pingsan, Ken menggendong tubuh Tante Lyra dan membawanya kerumah sakit. Aku tidak meminta izin lagi segera duduk dikursi depan samping sekretaris Lee.
Tuan Ken memangku Tante Lyra dengan cemas, mencoba membangunkan tetapi Tante Lyra tetap tidak sadar.
Sekretaris Lee melajukan mobil seperti pembalap liar, hingga tak berapa lama mobil sudah sampai didepan rumah sakit.
Perawat dengan sigap membantu. Aku terus mengikuti dibelakang, dengan kaki sebelah yang aku seret benar-benar kualahan mengikuti mereka.
Sampai diruang penanganan aku masih mengatur nafas yang memburu, aku duduk dikursi tunggu.
Tuan Ken yang cemas ikut duduk berjarak beberapa kursi dariku.
"Semoga tidak terjadi sesuatu." gumamnya.
"Tenang lah tuan, semoga Tante Lyra baik-baik saja." aku menjawab gumaman tuan Ken. Dia hanya mengangguk.
Dokter yang menangani Tante Lyra sudah keluar dari ruang itu.
"Selamat sore Tuan Ken." sapa dokter itu, entah bagaimana dokter itu mengenali tuan Ken.
"Bagaimana keadaan mami?"
"Nyonya besar masih belum sadar tuan, kondisi saat ini masih tahap serius. Semoga Nyonya besar segera sadar, kami juga sudah melakukan CT Scan semoga hasilnya nanti baik-baik saja." terang Dokter.
"Hem.." tuan Ken hanya berdehem.
"Kalau begitu saya permisi." dan lagi tuan Ken hanya mengangguk. 'Sombong sekali orang ini.' batinku.
Tuan Ken masuk kedalam ruangan Tante Lyra aku mengekor dibelakang, aku juga khawatir dengan keadaannya.
"Mi,," Ken duduk disamping ranjang.
"Ken..." Tante Lyra memanggil dengan suara lirih.
"Mami sudah sadar?" Ken antusias.
"Apa umur mami tidak akan lama lagi, Ken?" ucapnya.
"Mami jangan berbicara seperti itu! mami akan sembuh, Ken akan datangkan dokter terbaik."
"Kalau mami harus pergi apakah kamu mau mengabulkan permintaan terakhir mami nak?" ucap Tante Lyra lirih.
"Tidak mami tidak akan pergi kemanapun. Mami jangan menakuti Ken." tuan Ken terlihat panik, meski dia sering bertengkar dengan maminya tapi dia juga sangat menyayangi ibu yang melahirkannya.
"Tapi kepala mami sakit sekali Ken, mami nggak tau bisa bertahan atau tidak." ucap Tante Lyra memegangi kepalanya.
"Mi, mami jangan menakuti Ken."
"Kalau kamu mengabulkan permintaan mami, mungkin mami bisa semangat untuk sembuh."
"Memang mami ingin Ken melakukan apa?"
"Menikahi Kei."
Jedar....
Tuan Ken langsung diam mematung. Kata-kata yang Tante Lyra ucapkan seperti kata keramat yang menakutkan, permintaan yang sama sekali tidak masuk akal. Bukan hanya tuan Ken yang terlihat kaget dan shok, tentunya aku pun sama. Permintaan Tante Lyra sungguh mengejutkan dan diluar dugaan.
"A,apa mi?" Ken bertanya memastikan, berharap maminya salah mengucap permintaan yang terdengar konyol.
"Nikahi Kei, maka jika mami harus pergi mami akan pergi dengan tenang Ken. Mami sudah tidak akan mengkhawatirkan mu lagi, ketika mami pergi sudah ada Kei yang akan menemanimu."
"Mami, jangan meminta hal yang tidak bisa Ken wujudkan mi. Mami tau Ken tidak akan menikah lagi."
"Kamu akan tetap hidup sendiri sampai tua, Ken?"
"Mami tau alasannya."
"Justru mami tau alasannya, maka mami ingin menyangkal pemikiran itu."
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣