"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
"Lo yakin mau main-main sama dia?"
Edgar menenggak sisa minuman digelasnya.
Tak.
Dia meletakkan gelas itu dengan sedikit kasar dimeja kaca. Edgar mlirik asisten sekaligus sahabatnya yang sudah bekerja dengannya selama beberapa waktu.
"Dia cantik." ucap Edgar.
Theodore kembali menuangkan vodka ke gelas mereka sambil tersenyum miring.
"Lo tahu dia siapa?" tanya Theodore.
"Alan Nicolas."
"Lo tahu? Tapi lo masih main-main sama dia." ucap Theo.
Edgar menundukkan kepalanya sambil terkekeh pelan. Dia kembali mendongak lalu mengambil gelasnya dan menggoyangkan isi gelasnya pelan. Tatapannya lurus menatap cairan bening digelasnya.
"Pertama ketemu, lo cuek sama dia. Bahkan lo ngasih nomor gue ke dia supaya dia nggak gangguin lo. Terus tiba-tiba lo batalin jadwal meeting pagi demi ikut outing class dan minta duduk di bus." Theo menjeda kalimatnya.
Theo memutar tubuhnya hingga menghadap Edgar sepenuhnya.
"Ngajak makan dua kali di restoran bahkan ngasih hadiah jam mahal. Main lo kejauhan Ed, jangan mainin perasaan anak orang."
"Yang sopan Theo, gue bos lo kalo lo lupa." ucap Edgar datar.
"Persetan dengan bos gue, saat ini kita bicara sebagai sahabat bukan atasan dan asisten lagi." seloroh Theodore.
Edgar menyesap minumannya. "Lo tau, saat dia sering ngirim gue foto dari situ perasaan gue mulai berubah."
Edgar meletakan kedua tangannya diatas meja pantry.
"Awalnya gue cuma mau main-main sama dia. Tapi, saat dia perhatian sama gue. Gue merasa perasaan gue mulai berubah."
Theo tertawa sumbang. "Kurang kasih sayang." cibirnya.
"Lo masih beristri Ed, sebaiknya lo selesaikan dulu urusan lo sama istri lo. Sebelum lo menyesal dikemudian hari." Sambung Theo.
Edgar menganggukkan kepalanya. "Gue udah nyoba ngomong baik-baik sama papa mertua, tapi dia nggak mau ambil keputusan karena yang menjalani gue sama Alysa."
"Maka satu-satunya cara adalah, menggunakan kelemahan perusahaan mereka." ucap Theodore.
"Lo udah nemu sesuatu?" tanya Edgar.
Theodore menggeleng pelan. "Gue masih coba nyari informasi lagi."
"Huh." Edgar menghembuskan nafas kasar.
Pluk.
Theodore menepuk pundak Edgar. "Lo tenang aja, gue bakal selalu dukung apapun keputusan lo."
"Thanks The."
Theodore mengangkat gelasnya, Edgar tersenyum tipis kemudian bersulang dengan Theo. Mereka sedang minum di apartemen Edgar, mereka sudah menghabiskan hampir satu botol vodka.
"Tapi Ed, kalo lo emang serius sama Odelia, lo mending jujur aja sama dia."
"Dan bikin dia menjauh dari gue?"
"Siapa tahu dia bakal ngerti Ed, meskipun lo belum resmi cerai sih."
"Dia masih remaja labil The, dia belum bisa memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Apa yang membuatnya senang maka akan mereka lakukan untuk diusia seperti mereka."
"Sampai kapan Ed? Lo mau nunggu sampai dia cari tahu sendiri atau dikasih tahu orang lain?"
Edgar menghela nafas panjang, dia mulai memikirkan kata-kata Theo. Sedalam-dalamnya orang mengubur bangkai lama-lama baunya akan tercium juga.
Tapi untuk saat ini dia tak bisa memgatakan yang sebenarnya pada Odelia. Biarlah rahasia ini dia simpan rapat-rapat sampai suatu hari jika masalahnya selesai, dia akan memberitahu sendiri pada Odelia.
"Apa dia nggak curiga sama lo?"
"Dia terlalu naif." jawab Edgar.
"Dalam dunia bisnis ini, nggak ada yang nggak tahu kalo lo sudah menikah Ed. Jadi saran gue, lo harus lebih hati-hati lagi."
Edgar menganggukan kepalanya pelan. "Gue akan lebih hati-hati."
Ting.
Ponsel Edgar berdenting, dia melihat sebuah pesan dari Odelia. Melihat itu, Theo terkekeh pelan.
"Benar-benar diluar nalar." ucapnya.
"Lo akan tahu rasanya kalau lo ngalamin sendiri The."
Buru-buru Edgar membuka pesan dari Odelia. Dia tersenyum saat kembali mendapat pesan sebuah foto gadis itu tengah terbungkus selimut dan hanya terlihat matanya saja.
"Gila." ucap Theo saat melihat Edgar tersenyum sendiri.
Tak dapat dipungkiri, Theo sebenarnya merasa kasihan pada sahabatnya ini. Sejak awal menikah dengan istrinya, dia melihat hubungan mereka sudah tak sehat sejak awal.
Menikah karena perjodohan bukanlah hal yang mudah untuk dua orang asing yang tiba-tiba disatukan dalam sebuah hubungan yang tak mereka inginkan. Apalagi dia melihat sisi licik dari istri sahabatnya itu.
Wajar jika Edgar mendapatkan perhatian kecil dari seseorang langsung membuat pria 27 tahun itu luluh, meningat sejak awal pernikahan Alysa tak pernah memperhatikan Edgar.
●
●
Odelia keluar dari mobilnya, dia melihat jam ditangannya yang menunjukkan hampir pukul tujuh pagi. Dia berlari menuju gedung sekolahnya, sebentar lagi bel masuk berbunyi.
Brugh.
"Maaf maaf, saya nggak sengaja." ucap Odelia pada seorang wanita paruh baya.
"Kamu tidak papa nak?" tanya wanita itu.
Odelia mengerutkan keningnya, dia melihat wajah wanita di depannya ini yang mirip seseorang tapi siapa? Apakah dia guru baru? Pikir Odelia.
"Nak, kamu baik-baik saja?"
Odelia tersadar dari lamunannya, dia tersenyum kikuk lalu mengangguk.
"Saya baik-baik saja, B-Bu." jawab Odelia.
Tet...tet...
"Astaga, gue telat." seru Odelia.
"Maaf bu saya buru-buru. Sekali lagi saya minta maaf."
Odelia lekas berlari di koridor sekolah, dia menaiki anak tangga menuju dimana kelasnya berada. Sampai di kelas dia segera masuk lalu duduk di tempatnya.
"hah..hah..hah." Nafas Odelia tersengal-sengal.
"Dikejar hantu lo?" tanya Zara.
"Apaan nih?" Cessa memegang pergelangan tangan Odelia.
Cessa melihat Odelia dan jam tangan itu bergantian.
"Lo beli jam baru nggak bilang-bilang, kan gue juga pengen beli. Ini edisi terbatas."
Zara menarik pergelangan tangan Odelia lalu memperhatikan jam itu saksama.
"Ini kan keluaran dua minggu lalu? Lo kok bisa dapet?" tanya Zara.
Odelia tersenyum cerah lalu menarik tangannya.
"Dikasih om Edgar." jawab Odelia enteng.
"APA?" seru Zara dan Cessa bersamaan.
"Kok bisa?" tanya Cessa.
Odelia mengangguk. "Ini dikasih waktu kita terakhir dinner."
"Oh gue inget, yang lo pake sendal bulu hello kitty itu kan?" tanya Zara.
Odelia melirik sahabatnya sinis. "Nggak usah diingetin, bisa?"
Cessa dan Zara kompak tertawa. Waktu itu Odelia cerita jika dia malu karena dinner dengan Edgar namun lupa mengganti sendalnya.
"Lanjut." ucap Cessa.
"Ya itu, gue diajak ke apartnya terus dikasih ini." ucapnya sambil menunjukkan jam tangan barunya.
"Kenapa baru dipake sekarang?"
"Sayang aja sih."
Ting.
Odelia mengambil ponselnya yang berada disaku seragamnya, dia tersenyum saat melihat siapa yang mengirimnya pesan.
"Dari senyumnya sih udah pasti dari papa gula." ucap Zara.
Namun senyum Odelia perlahan luntur saat membaca pesan itu.
"Hah?" ucap Odelia terkejut.
"Ada apa Del?" tanya Cessa penasaran saat melihat eskpresi wajah sahabatnya.
"I-Ini."
Kedua sahabat Odelia menerima posel yang Odelia berikan pada mereka. Seketika ekspresi wajah mereka sama seperti yang ditampilkan Odelia tadi.
"Ini beneran?" seru keduanya.