Satu hubungan rumah tangga yang di harapkan oleh istri, menjadi tempat nyaman dan tentran tapi ternyata yang dia rasakan sebaliknya. Akan kah sang istri mendapatkan kebagian dalam rumah tangganya, dari suaminya, atau bahkan di dapatkan dari orang lain.
Bab 23
* Hai guys, maaf banget kalo banyak typonya ya. Happy reading : )”
Kayla benar- benar tidak tau jika Liora adalah istri dari Briel, sebab itu ia berulang kali meminta maaf terhadap Liora.
Briel yang bingung dengan keadaan yamg terjadi hanya diam dengan pandangan jengah.
“ Lalu apa yang kamu ingin kan Bhim, dengan mengungkap kan semua ini “ tanya Papah nya
“ Aku ingin laki- laki ini mendapatkan sanksi sosial, yang memang pantas ia dapat kan pah” ucap Bhima tegas.
Sedangkan Liora hanya menoleh ke hadapannya sekali lalu melihat ke arah tangan nya yang masih di genggam erat oleh Kayla.
Liora tersenyum tipis lalu menarik kedua
tangannya, karna memang dia tidak tau akan bereaksi seperti apa.
Papah Bhima mengangguk setuju.
“ Briel “
“ I…iya Pak “ jawabnya
“ Kamu sudah dengar sendiri bagaimana anak saya berbicara, dan apa keinginannya.
Sejujurmya perusahaan di mana tempat kamu bekerja sekarang adalah milik Putra saya, dia lah pemilik resmi segala aset yang saya miliki. Jadi dengan berat hati nanti kita akan radakan rapat management tolong kamu persiapkan diri agar sedikit tidak terkejut.” Ucap Papah Bhima
“ Ta.. ta.. pi pak “
Papah Bhima mendekat ke arah Briel menepuk nepuk bahu Briel berulang kali untuk
menenangkan.
“ Saya tau anak saya salah terhadapmu karna sudah merebut istrimu, tapi tidak bisa di pungkiri kamu uuga salah Briel. Jadi tolong kerja sama nya “
Briel mengangguk hormat lalu permisi
meninggalkan ruangan Papah Bhima.
“ Permisi Pak “ ucapnya lalu berlalu pergi tanpa menoleh kemana pun lagi
Kayla yang sudah terlanjur kecewa pun tidak lagi menoleh ke hadapan Briel.
“ Kayla “
“ iya om “
“ Sepertinya om ingin berbicara kepada anak om terlebih dahulu, boleh om minta untuk kamu pulang saja dulu hari ini La “
“ Baik om Kayla permisi om, Liora sekali lagi saya minta maaf ya “ ucapnya sambil mengelus lembut lengan Liora
Liora hanya mengangguk lemah
Kepergian Briel dan juga Kayla kini tersisah anak dan juga orang tua yang bersitegang.
“ Duduk Bhima “ Ucapnya tegas
Bhima berjalan ke arah sofa lagi namun langkahnya terhenti saat menyadari bahwa
Liora masih terdiam di sana
“ Liora “ panggil lembut Papah Bhima caramya berbicara jelas aangat berbeda ketika dia berbicara kepada anaknya tadi
Liora mengangkat kepala menatap Papah
Bhima.
“ Duduk lah nak “ ucapnya masih dengan senyum lembut
Liora mengangguk menatap ke arah Bhima
Bhima tersenyum mengangguk dengan kedua mata yang seolah meminta Liora mendekat
kepadanya dengan sorot yang lembut.
Liora mendekat ke pada Bhima, sedangkan Bhima menuntun pelan langkah Liora ke arah sofa lagi.
Setelah mereka duduk Papah Bhima menghembuskan nafas pelan
“ Bhima..”
Bhima menoleh ke hadapan papahnya tanpa sepatah katapun menjawab.
“ Hm jadi apa yang kamu inginkan sekarang Bhim, papah rasa kamu sudah dewasa dan mengerti akan satu langkah yang kamu ambil. Harusnya kamu pasti sudah paham apa dan bagaiman cara menyelesaikannya kan, dan apa- apa saja konsekuensinya yang akan
terjadi kedepannya“
Bhima mengangguk
“ Bhima akan nikahi Liora pah “
“ secepat itu, bukan kah urusan Liora dan suami nya belum selesai? “
“ Sedang Bhima urus, pah “
Papah Bhima menghembuskan nafas lagi, entah sudah berapa kali ia menghembuskan
nafas. Ia memandang ke aeah Liora yang masih menunduk kaku
“ Liora… “ panggilnya lembut
Liora spontan mendongak menatap papah Bhima
“ i…iya om “ jawabnya dengan takut - takut
Papah Bhima tersenyum kepadanya
“ Saya tau apa ya g mungkin kamu alami dalam hidupmu mungkin tidak lah baik. Tapi, jalan seperti ini pun tidak baik nak. Om tidak menyalahkan statusmu tidak juga melarang hubungau dengan anak om, tapi setidaknya selesaikan lah dulu urusanmu. Baru nanti
kalian lanjutian kedepannya bagaimana.”
“ Maafin Liora om, Liora gak bermaksud “ Liora kembali menunduk merasa takut dan malu,
bagaimana pun juga benar kata papah Bhima yang mereka lakukan ini adalah sebuah
kesalahan. Tidak seharusnya seorang istri berselingkuh dari suaminya.
Papah Bhima kemabli tersenyum dan mengangguk.
“ Tidak masalah, karna sekarang ini kalian sudah terlanjur mempublis hubungan kalian. Om bisa bantu apa ke kamu nak, apa yang perlu km bantu. “ tanya nya lagi sehingga spontan pertanyaan itu membuat Liora kaget dan kembali mengangkat kepalanya menghadap Papah Bhima. Sedangkan Bhima
tersenyum senang melihat papahnya dan juga kekasih nya.
Sikapnya yang santai menyandarkan diri di sandaran sofa dengan kedua tangan yang melipat di dada, benar- benar tidak masuk akal, dia bahkan menganggap ini semua mudah. Meski memang kenyataan nya sih emang mudah.
Liora menatap lekap Papah Bhima lalu menoleh ke belakang menatap Bhima sebentar yang di hadiahi senyuman manis yang mengembang sempurna dan anggukan, lalu ia menatap kembali ke arah Papah Bhima.
“ Liora, gak tau om. Liora cuma ingin segra lepas dari lelaki itu, dan hidup damai saja om. Untuk langkah kedepannya Liora belum tau bagaimana, maksud Liora ingin berpisah juga bukan karna Liora sudah merasa bangga mendapatkan Bhima om. Tapi memang status istri itu bukan untuk Liora om “ jawab Liora sendu dan kembali menuntukan kepalanya.
Papah Bhima yang paham pun mengangguk.
“ Kamu tenang saja nak, karna kamu sudab bersama Bhima jadi kamu sudah menjadi tanggung jawab Bhima nak dan tanggung jawab Bhima adalah tanggung jawab saya. Dan sudah pasti kamu juga tanggung jawab saya Liora “ ucaonya dengan bijak
Liora mengangguk
“ Trima kasih. Om, namun gimana cara Liora akan membalas budi baik om dan Bhima
sekeluarga om. Liora tidak mempunyai apa- apa om “ iya lagi - lagi menunduk
Bhima mengusap - usap lembut
punggung
Liora, ia sengaja tidak mencela
pembicaraan Papahnya dan juga kekasihnya. Bhima hanya ingin Liora dan papahnya sama- sama mendekatkan diri.
“ Cukup kamu menjadi orang yang sukses, nak “ ucap Papah Bhima
Liora kembali memandang Papah Bhima sedangkan papah Bhima tersenyum kearahnya. Manik matanya menatap lekat ke arah Papah Bhima, “ apa ini batinnya, bahkan dia di keluarganya sendiripun tidak di anggap. Tapi apa ini yang sekarang di hadapannya, seoalah - olah tanggisan yang tadi sudah berhenti pun kembali menetes dengan deras tanpa suarax ia menanggis terharu dengan semua kebaikan Papah Bhima dan juga Bhima.
Tapi ini baru Papahnya kan bagaimana dengan ibunya, bagaimana jika ibunya tidak setuju dengannya dan malah
mencaci maki dirinya. Apa yang harus dia jawab dan lakukan. Pertanyaan itu
bermunculan di kepala Liora, tentang apa dan bagaimana yang seperti tidak ada ujungnya.
“ Hei, kenapa menangis “ tanya Bhima
Ia menegapkan duduknya menatap Liora sedangkan satu tangannya masih
mengelus lembut punggung Liora.
Liora hanya menggelengkan kepalanya.
“ Liora, apa om salah berbicara? “ tanya Papah Bhima dengan khawatir
Lagi - lagi Liora hanya menggeleng.