Di jebak oleh sahabatnya sendiri?
Setelah melewati malam panas dengan Jenderal Hang, Jie Xieye mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri —Hang Tianyu.
***
Tak kunjung hamil, membuat Le Chieli frustasi, karena selalu mendapat tekanan dari keluarga Hang. Hingga, kemudian ia menjebak suami dan sahabatnya sendiri.
Namun, yang tidak Le Chieli ketahui, jika dia telah menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Ini bukan hanya tentang menjadi selir terabaikan, tapi juga tentang cinta dari musuh suaminya.
Lantas, bagaimana kehidupan Jie Xieye sebagai selir tak di anggap?
Follow akun Author.
ig: bella_bungloon
fb : XCheryy Bella
TIDAK SUKA BISA DI SKIP YA KAKAK-KAKAK ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Bungloon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23
"Tunggu ... Tunggu sebentar, Tianyu...."
Le Chieli melepaskan genggaman tangan Hang Tianyu, lalu wanita itu berhenti melangkah. Sorot matanya dalam menatap pria di hadapannya.
"Suamiku, aku benar-benar baik-baik saja. Aku hanya tidak sengaja terpeleset, tidak ada hubungannya dengan Xieye." Ujar wanita itu mencoba menjelaskan.
Namun, Hang Tianyu sepertinya tidak mempercayainya. Pria itu mendekat ke arahnya, dan menggenggam kedua tangannya dengan lembut.
"Aku tau kau menyayangi dia, tapi kamu tidak harus terus membela nya, Chieli."
Le Chieli menggeleng. Ia tidak boleh membiarkan kesalahpahaman ini terus berlanjut. "Tidak, suamiku, Xieye benar-benar tidak mendorong ku, dia tidak bersalah....."
"Aku lebih mempercayai apa yang aku lihat, Chieli. Dia telah berani mencelakai mu!"
Le Chieli menghela nafas kasar, jemarinya meremas kuas sisi hanfunya. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya pada dada bidang pria di depannya.
"Hubungan ku dan Xieye sudah mulai meretak, kesalahpahaman ini pasti akan tambah memperkeruh. Aku tidak ingin dia marah, Tianyu. Aku sangat menyayangi Xieye, bahkan jika dia memang sengaja mendorong ku, aku tidak akan mempermasalahkan nya."
Perkataan sang istri membuat Hang Tianyu semakin di buat kagum, Le Chieli nya adalah wanita lemah lembut yang selalu memikirkan perasaan orang lain.
Namun, bisa-bisanya ia bersahabat dengan wanita licik seperti Jie Xieye. Bahkan gelar tabib rasanya tidak pantas untuk wanita itu, terlebih saat ia melihat dengan kepala mata nya sendiri wanita itu mendorong istri tercintanya hingga jatuh.
"Sifat manismu ini yang selalu membuatku jatuh hati padamu, Chieli, namun sifatmu ini juga bisa menjadi kelemahan mu."
Hang Tianyu mengulurkan tangannya, mengusap lembut rambut Le Chieli. Bahkan sesekali ia mencium nya. "Masuk dan beristirahatlah...."
Le Chieli mengangguk dengan senyum manis. Ia kemudian membungkukkan tubuhnya dengan sorot mata menatap punggung lebar suaminya yang kian menghilang dari pandangan.
Setelah kepergian sang suami, Le Chieli menghela nafas pelan, dan tepat saat akan masuk ke dalam Paviliun nya. Sebuah suara membuatnya kembali berbalik.
"Akting mu benar-benar luar biasa, Nona Le."
Seorang wanita melangkah dengan tenang mendekati Le Chieli. Bibirnya tersungging miring, dan sorot matanya begitu sulit di tebak.
"Jadi seperti ini cara main dari wanita yang terlihat polos dan lugu? Diam-diam menusvk?" Hang Shu Ji berpura-pura menutupi keterkejutannya dengan kipas kecil di tangan nya.
Sorot mata wanita itu menatap mengejek ke arah Le Chieli yang hanya diam.
“Tidak perlu berbasa-basi, bukankah ini sudah cukup membuktikan jika aku di pihakmu? Jadi, apa selanjutnya?” tanya Le Chieli, suaranya terdengar dingin.
Senyum Hang Shu Ji sedikit melebar. Tangannya bergerak pelan, mengeluarkan sebuah kantong kecil dari balik lengan hanfunya. Kantong brokat hitam, dihiasi sulaman bunga teratai hitam.
Ia kemudian mengulurkannya pada Le Chieli. “Itu belum cukup. Gunakan ini untuk memastikan tabib desa itu tidak akan lagi menjadi masalah." Ujar Hang Shu Ji, matanya berkilat sesaat.
Le Chieli tidak menjawab. Ia hanya meraih kantong tersebut, dan membukanya perlahan. Sesaat, alisnya tertekuk melihat apa yang ada di dalam kantong itu. Sebuah racun.
Lalu tanpa kata-kata, Le Chieli memutar kembali tubuhnya dan melangkah masuk ke dalam Paviliun nya. Tapi sebelum pintu kayu berukir itu benar-benar tertutup, Le Chieli berhenti sejenak untuk sekedar mengatakan terima kasih. Dan tanpa menunggu jawaban sang empu, wanita itu masuk ke dalam. Meninggalkan Hang Shu Ji sendirian.
Mendapat perlakuan seperti itu oleh Le Chieli, Hang Shu Ji memutar bola matanya malas. Lalu mencibir. "Lihat sampai mana kau bisa bersikap sombong seperti itu, Chieli."
Setelah itu, wanita itu melenggang pergi meninggalkan area Paviliun Phoenix.
“Bagaimana?”
Baru melangkah masuk ke Paviliun Lotus, Hang Shu Ji di buat terkejut dengan kehadiran Hang Fei Rei yang langsung mengajukan pertanyaan dengan sorot mata ingin tahu.
Tanpa ingin langsung menjawab, Hang Shu Ji hanya melewati Hang Fei Rei dan duduk di sebuah kursi kayu.
Namun sepertinya gadis muda itu sangat ingin tahu apakah rencana mereka berhasil atau tidak. Ia mengikuti Hang Shu Ji dan duduk di kursi kayu lainnya di dekat wanita itu.
“Apa kau berhasil menghasut wanita itu?” tanya nya kembali.
Menghela nafas ringan, Hang Shu Ji lalu mengangguk pelan, senyum tipis itu masih terukir di bibirnya. Matanya menatap jauh ke luar sana.
“Tentu saja,” jawab wanita itu kemudian, suaranya terdengar seperti bisikan angin, yang penuh makna tersirat.
Gadis muda itu menutup mulutnya dengan kipas, sorot matanya terkejut seakan belum yakin sepenuhnya. "Benarkah? Dia benar-benar mau bekerjasama dengan kita?"
Hang Fei Rei sedikit memiringkan kepalanya, tidak lupa tangan nya di tekuk di depan dada. "Bukankah mereka bersahabat?"
Melihat sikap Hang Fei Rei yang masih belum percaya, membuat Hang Shu Ji tertawa sinis. Tapi kemudian wajahnya berubah menggelap, sorot matanya berkilat.
"Justru, perempuan seperti lah yang jauh lebih berbahaya dari orang yang haus kuasa. Karena dia menggunakan kasih sayang sebagai racun,"
"... Kita tidak bisa sepenuhnya percaya padanya. Chieli itu bukan pion, Dia lebih seperti bilah pisau yang dibungkus sutra. Luarannya memang halus, tapi jika tidak hati-hati, bisa menyayat sampai ke tulang.”
...***...
Cahaya lentera di Paviliun Peony bergoyang pelan tertiup angin. Udara di sana terasa dingin menyusup ke sela-sela dinding.
Dan di dalam sebuah kamar, aroma akar obat memenuhi udara. Seorang wanita tampak duduk di depan meja rendah, tangannya dengan telaten mencampurkan berbagai bahan herbal dalam mangkuk.
Tak lama kemudian pintu kamar terbuka pelan, menampakkan Rongyi— sang dayang pribadi yang masuk dengan kepala tertunduk. Tangannya mencekram erat nampan yang terdapat sebuah kitab tebal bersampul biru tua.
"Nyonya..." Panggil dayang itu lirih sembari mendekati sang nyonya. "Ini kitab yang harus Anda salin."
Jie Xieye berhenti mengaduk obat. Ia menoleh perlahan ke arah Rongyi, dan pandangannya jatuh pada sesuatu yang gadis muda itu bawa.
"Aku tidak akan menyalinnya." Ucap Jie Xieye dengan nada dingin. Sorot matanya kembali menatap racikan obat yang sedang ia buat.
"Tapi Nyonya, jenderal Hang—"
"Aku tidak akan menyalinnya!" Jie Xieye langsung memotong dengan nada tinggi, pupil matanya menajam, dan dadanya naik turun. "Aku tidak akan mengakui kesalahan yang sama sekali tidak aku perbuat."
Rongyi menunduk semakin dalam. Tak berani menatap wajah sang nyonya. Jemari nya mulai gemetar menggenggam nampan tersebut.
Merasa gadis muda di depannya ketakutan, Jie Xieye menghela nafas kasar dan bangkit dari duduknya. Ia merapikan hanfu biru tua nya dan menatap ke arah pintu kayu.
"Aku akan pergi untuk berbicara dengan nya."
Rongyi mengangkat kepalanya, 'berbicara padanya?' apa yang di maksud Nyonya nya adalah Jenderal Hang?
Gadis muda itu segera melebarkan pupil matanya dan melangkah cepat menyusul sang nyonya.
Di depan pintu kayu berukir, Jie Xieye menarik daun pintu itu dengan kasar. Namun, sebelum kakinya melangkah keluar, dua tombak menyilang menghalangi jalannya. Dua penjaga berdiri di sisi masing-masing pintu Paviliun nya.
"Apa yang kalian lakukan?" Desis wanita itu jelas tidak suka.
Namun dua penjaga itu tidak mendengarkan, tetap menghalangi jalan nya. Dan satu di antara mereka berkata dengan dingin.
"Anda tidak di izinkan meninggalkan Paviliun Peony tanpa seizin dari Jenderal Agung."
Jie Xieye berdecih, lalu mencoba menerobos. Namun tetap gagal. "Menyingkir lah!"
"Jangan membuat keributan dan mempersulit tugas kami, Selir Jie. Kami di tugaskan oleh Jenderal Agung untuk memastikan Anda tidak keluar dari Paviliun ini." Jawab salah satu penjaga dengan tegas.
Namun, sepertinya rekannya tidak sabar untuk mencibir Jie Xieye. Dia menoleh dan menatap langsung ke mata Jie Xieye dengan sinis.
"Kami semua sudah tahu jika kau hanyalah selir rend4han yang berani menggoda Jenderal kami." tatapan penjaga itu menilai Jie Xieye dari atas hingga bawah, lalu berdecih.
"Jangan bersikap merepotkan, wanita. Selain tidak tahu malu, apakah semua penggod4 seperti mu memang tidak tahu aturan?"
Merasa dirinya di rendahkan, rahang wanita itu mengeras dan tangannya terkepal kuat. Tanpa aba-aba, tangan itu melayang di udara dan mendarat dengan keras di wajah penjaga tidak tahu etika itu.
PLAK!
"Mulutmu benar-benar lebih kotor dari lumpur di kandang kuda!" Jie Xieye berkata dengan nada tinggi, napasnya memburu dan tatapannya tajam menghunvs. "Katakan sekali lagi dan aku tidak akan seg4n menjahlt mulut kotormu!"
Penjaga itu memegangi pipinya yang terasa panas dan perih, sorot matanya tajam menatap ke arah Jie Xieye. Dan tangannya mencekram kuat tombak di tangannya.
Namun, sebelum sempat ia bertindak, seseorang menendang punggung nya hingga ia jatuh bersujud di kaki Jie Xieye.
"Lancang! " Wuxi muncul dengan dua pengawal lainnya. Mata mereka berkilat menatap penjaga yang berani menghina Nyonya mereka.
Merasakan suasana kian memanas, penjaga lainnya segera membungkuk ke arah Jie Xieye dan Wuxi.
"Selir Jie, Tuan Wuxi. Mohon ampun... Rekanku ini memang bod0h dan pantas di hukum karena berani menghin4 Selir Jie. Tapi kami tetap tidak bisa mengizinkan Selir Jie meninggalkan paviliun Peony."
Jie Xieye memalingkan wajahnya, lalu menoleh ke arah Wuxi yang memberi isyarat jika memang ia tidak bisa meninggalkan Paviliun Peony. Tanpa berkata-kata lagi, Jie Xieye masuk ke dalam Paviliun nya dan menutup pintu dengan kasar.
Brak!
Mereka yang berada di luar tersentak, tapi hanya bisa diam. Setelahnya, Wuxi menatap dua penjaga itu. Sorot matanya tajam dan mengintimidasi.
"Berani menghina nyonya kami, seratus cambukan."
Setelah mengatakan itu, Wuxi dan yang lainnya masuk ke dalam Paviliun.
...
BRAKH
Suara gebrakan meja menggema memenuhi seisi kamar itu. Membuat cangkir-cangkir obat yang berada di atasnya bergetar, dan sebagian nyaris jatuh.
Rongyi— yang berdiri di belakang Jie Xieye bahkan sampai tersentak dan semakin menundukkan kepalanya dalam. Begitu juga Wuxi dan dua pengawal lainnya yang baru masuk, mereka tersentak dan hanya diam saling menatap tanpa berani bersuara.
Jie Xieye berdiri dengan napas naik-turun, wajahnya merah padam oleh amarah.
"Chieli! Sepertinya dia benar-benar menganggap ku saingan nya," suaranya perlahan merendah, dan bahkan mulai bergetar. "Mengapa harus kau Chieli?! Mengapa kau mengkhianati ku?!!"
Mengepalkan tangan di sisi tubuh, Jie Xieye masih belum percaya jika sahabat yang selama ini ia percaya, akan benar-benar mengkhianati nya.
Menghela nafas pelan, wanita itu kemudian duduk di depan meja rendah di mana kitab yang Rongyi bawa tadi tergeletak di sana. Namun sebelum tangannya meraih kitab itu, sebuah suara terdengar dari luar. Suara yang lembut tapi juga tegas.
"Hamba, kepala pelayan Pei, mohon izin menghadap Selir Jie."
Jie Xieye menyipitkan mata. "Apa lagi kali ini?" gumamnya dingin.
Pintu kayu itu kemudian terbuka. Seorang wanita paruh baya melangkah masuk dan langsung membungkuk hormat.
"Salam hormat, Selir Jie. Hamba diutus Jenderal Agung."
"Lalu?"
Wanita paruh baya itu menatap Jie Xieye sekilas, lalu beralih menatap meja rendah di depan wanita itu. "Apakah Anda sudah selesai menyalin kitab tersebut, Selir?"
Jie Xieye menyunggingkan senyum miring, kemudian mengangkat wajahnya angkuh. "Apa perlu ku jelaskan berapa halaman yang sudah ku tulis untuk membenarkan kebohongan?”
Kepala pelayan hanya tersenyum tipis. Lalu menatap lurus ke arah Jie Xieye.
"Hamba hanya menjalankan tugas. Jenderal Agung sendiri yang memberi perintah, untuk mengawasi hukuman ini dijalankan sebagaimana mestinya,"
Kepala pelayan itu kemudian duduk begitu saja di depan meja rendah, berhadapan dengan Jie Xieye. "Hamba tidak akan pergi sebelum hukuman ini selesai."
"Apa?!" Wuxi yang sejak tadi diam mendengarkan, maju selangkah dengan ekspresi terkejut.
Dia tahu jelas maksud dari kepala pelayan. Jika wanita paruh baya itu akan tetap di sini mengawasi Nyonya nya hingga semua hukuman itu selesai. Tidak peduli jika akan selalu tengah malam, atau bahkan sampai fajar dan hati telah berganti.
Kepala pelayan hanya menoleh sekilas ke arah Wuxi dengan kepala sedikit menunduk hormat.
"Itu benar, Tuan Wuxi, Selir Jie harus menyelesaikan semua hukumannya. Menyalin tiga kali kitab ini dan menghadap tembok untuk merenungkan perbuatannya selama tiga jam."
Rongyi yang berdiri di belakang Jie Xieye melebarkan pupil matanya. Dengan dengan suara gemetar ia berkata.
"Apa maksud Anda, kepala pelayan? Nyonya kami sedang mengandung. Jenderal — bagaimana bisa....."
Jie Xieye menghela nafas kasar, lalu mengangkat sebelah tangannya meminta para bawahannya untuk diam. Sepertinya memang ia harus menjalani hukuman atas perbuatan yang memang tidak ia lakukan.
"Aku akan menyalinnya, tapi katakan pada Tuan Jenderal Agung mu itu... Meski tinta ini menghitamkan jariku, aku tidak akan pernah menyesali hal yang tidak kulakukan.”
penyakit ada lagi
dan jika sekarang suaminya membuka hati untuk tabib jie apakah itu juga salah tabib jie??
jendral Hang khawatir pada anaknya atau ibunya
hanya author yg tau..🤔