Seorang lelaki dengan pakaian sederhananya selalu dicaci maki oleh keluarga istrinya hanya karena kemiskinannya. Dia adalah lelaki pekerja keras dan pantang menyerah.
Lelaki tersebut bernama Andrew Carlos Lewis. Andrew demi mendapatkan wanita yang tulus mencintainya, ia menyamar sebagai lelaki sederhana. Hingga ia dipertemukan oleh wanita cantik nan baik hati disitulah ia jatuh cinta pada sosok wanita baik hati itu. Dengan perjuangan dan pantang menyerahnya ia berhasil mempersunting wanita yang dicintainya. Tetapi Andrew belum ingin memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya.
Oleh sebab itu Andrew selalu dicaci, dihina, direndahkan oleh keluarga istrinya, begitupun mertuanya. Apa lagi di sini Andrew bekerja hanya ketika ada dari keluarga istrinya membutuhkan Andrew seperti mencuci mobil, menyupir dll. Tetapi istrinya bernama Aidah Mutiara Carend biasa dipanggil Aidah sangat menghormati dan menghargai suaminya.
Karena ketulusan yang diperlihatkan Aidah itu membuat Andrew tetap bertahan dengan cacian dan makian yang diterimanya. Tapi jika ada yang berani menghina istrinya maka Andrew tidak akan tinggal diam, karena bagi Andrew istrinya lah ratu dan yang terpenting dalam hidupnya.
Kenapa Andrew tetap menyembunyikan jati dirinya?
Akankah Andrew akan memberitahukan atau membongkar jati dirinya sebenarnya?
Yuk kepoin ceritanya!🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mipuss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Supir Dadakan
Saat ini semua keluarga Andrew tengah sarapan di meja makan bersama. Setelah sarapan para laki-laki pun pamit dengan pasangan serta anak mereka masing-masing kecuali Ardian yang saat ini masih belum ingin bekerja menggantikan Papanya di Perusahaan. Setelah pamit mereka pun berangkat dengan kendaraan mereka masing-masing.
"Gimana kalau kita pergi shopping aja, daripada gabut di rumah?" ujar Tante Ana mengusulkan.
"Wah ide yang sangat bagus tuh Mom" dukung Cika dengan usulan Momnya.
"Iya An, sepertinya bagus juga kalau kita shopping bareng. Udah lama juga kan kita nggak pergi belanja sama-sama? apa lagi sekarang sudah ada mantu kita" seru Mom Ardian yang bernama Renita biasa dipanggil Mami Nita menyetujui usulan Ana.
"Baguslah kalau kalian berdua setuju, gimana kalau nak Aidah setuju juga kan?" tanya Tante Ana dengan menaikan alisnya satu menatap Aidah.
"Iya Tante, Aidah setuju" jawab Aidah dengan senyumnya.
"Baiklah, ayo kita siap-siap dulu baru berangkat" ujar Tante Ana.
"Kalau begitu Ardian mau pergi dulu" pamit Ardian seraya bangun dari duduknya, dan melangkahkan kakinya. Tapi, baru saja Ardian melangkahkan satu kakinya, sudah di tahan oleh Tantenya.
"Eh, mau kemana kamu?!" tanya Tante Ana seraya menahan Ardian.
"Ke tempat biasa Tan" jawab Ardian santay.
"Heh tempat biasa ya!!" Tante Ana tersenyum menatap ponakannya, namun itu tak lama. Senyum itu berganti dengan tatapan tajam menusuk ke arah ponakannya.
"Enak saja! makanya kalau masih tidak mau bekerja. Sekarang kamu harus ikut dengan kami!!" tegas Tante Ana dengan tatapan tajamnya.
"Glek, ayolah Tan, masa Ardian ikut dengan kalian cewek-cewek!" protes Ardian mencoba tidak takut dengan tatapan menohok Tantenya.
"Makanya kalau tidak mau ikut dengan cewek-cewek, kerja dong kak bareng Daddy dan yang lainnya. Bukannya hanya keluyuran tidak jelas di luar sana" cibir Cika.
"Yee jangan ikut-ikutan deh dek!" kesal Ardian mendengar ucapan Cika yang ikutan mencibirnya.
"Mami juga setuju dengan mereka berdua, kamu harus ikut dengan kami!!" tegas Mami Nita seraya ikut menatap tajam anaknya.
"Tapi Mi-" ucapan Ardian terpotong.
"Tidak ada tapi-tapian, ayo semuanya kita siap-siap dulu. Dan untuk kamu, kamu harus nunggin kita berempat! awas saja kalau Mami lihat bentar kamu tidak ada, kamu taukan akibatnya" tegas Mami Nita.
"Glek" Ardian menelan salivanya kasar mendengar ancaman Maminya. Ardian tau apa ancaman itu, karena Ardian sudah sering di ancam memakai ancaman yang sama tapi semua ancaman itu tetap membuat Ardian langsung jadi penurut. Sebab, jika Ardian tetap membantah maka pasti uang jajannya akan dipotong atau bahkan di ambil, bukan hanya itu tapi semua fasilitasnya juga akan di ambil.
Beberapa jam kemudian, keempat wanita itu pun turun dari atas melangkah di tangga dan berjalan layaknya model. Terutama Mom Ana dan Mami Nita.
Saat sampai di depan Ardian, Mami Nita serta Mom Ana langsung bertanya pendapat Ardian.
"Bagiamana sayang Mami cantikkan?" tanya Mami Nita dengan raut wajah senangnya, sembari berputar di depan anaknya.
"Mom Ana cantikkan?" tanya Mom Ana juga seraya berputar di depan Ardian.
Ardian terdiam dengan kelakuan Mami serta Tantenya yang sangat pede, ya walaupun usianya tua memang masih cantik sih.
"Nggak! Mami yang paling cantik, nih lihat pakaian Mami dan wajah Mami yang masih padat" sombong Mami Nita dengan percaya dirinya memuji dirinya sendiri.
"Hei jeng, sorry yah aku yang paling cantik. Nih jeng nggak lihat apa, bulu mata badai aku sungguh cantik. Wajah aku pun masih sangat halus dan cantik. Benar kan kata Tante Ana, Ardian?" tanya Mom Ana tak kalah sombongnya serta percaya dirinya memuji dirinya sendiri.
"Ekhem, kalian berdua sama-sama cantik kok" puji Ardian terpaksa daripada permasalahannya tidak ada akhirnya.
"Kamu harus pilih salah satu dong! pasti Kami kan yang paling cantik?" protes Mami Nita.
"No! pasti Tante yang paling cantik kan?"
Ardian terdiam, tidak tau harus memilih siapa. Jika ia memilih Maminya, pasti Tantenya tidak akan terima dan akan mengadu ke Pamannya yang sangat ditakutinya itu. Tapi, kalau Ardian memilih Tantenya, sudah dipastikan uang jajannya serta fasilitasnya akan di ambil jika sampai Maminya ngambek.
"Ekhem, sudah Mom dan Tante. Kalau begini terus kapan kita pergi shoppingnya? tuh kak Aidah sudah dari tadi dengar ocehan kalian. Kan kasihan kalau kak Aidah lama nunggunya" ujar Cika agar Mom serta Tantenya ini berhenti bertengkar hal yang tidak penting.
"Oh iya Mom hampir sampai lupa masih ada mantu Mom ini, maaf ya sayang kamu jadi lama nunggunya. Yasudah ayo kita pergi sekarang! ayo sayang" Mom Ana mendekati lalu memegang dan menarik pelan tangan menantunya agar mengikutinya keluar dari Mansion. Begitupun Mami Nita yang ikutan menggandeng tangan Aidah keluar dari Mansion. Sedangkan Aidah yang diperlakukan seperti itu hanya pasrah saja.
"Ck malah Cika di tinggalin" gerutu Cika saat melihat Momnya serta Tantenya membawa kakak iparnya pergi, sedangkan dirinya ditinggalkan sendiri di dalam Mansion eh nggak sendiri sih masih ada kakak sepupu playboy nya.
Ardian terkekeh pelan melihat kekesalan sepupunya ini. Ardian mendekati Cika lalu merangkul pundak Cika, "Sudah gerutunya nanti malah kamu lagi yang akan lebih tua duluan dari Mami dan Tante" bujuk serta ejek Ardian dengan kekehan kecilnya.
"Huh, Cika nggak perlu bujukan serta ejekan dari kakak! hmmpp" Cika mengembungkan mulutnya cemberut mendengar ucapan kakaknya.
Cika lekas melepaskan tangan kakaknya itu dari pundaknya, lalu berjalan keluar dengan wajah kesel sekaligus cemberutnya.
Ardian terkekeh dan geleng-geleng kepala melihat tingkah adek sepupunya. "Jangan mengembungkan mulut kamu seperti itu Cika, nanti kaya ikan buntelan lagi" teriak Ardian mengejek adek sepupunya yang sudah agak jauh darinya.
Mendengar teriakan Ardian, Cika tambah kesal dan merasa tidak terima. "Cika akan aduin ke Daddy, biarin kak Ardian di hukum sama Daddy" teriak Cika membalas Ardian, tapi dengan membawa-bawa nama Daddy-nya. Karena kakak sepupu satunya ini sangat takut dengan Daddy-nya.
"Eh!" Ardian terkejut mendengar ucapan adek sepupunya itu. Ardian segera menghampiri Cika yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil.
"Dek kakak tadi hanya bercanda jangan bawa-bawa orang tua lah!" ujar Ardian tidak terima karena Cika ini selalu membawa-bawa nama Daddy-nya kalau kesal dengannya, mentang-mentang ia takut dengan Daddy-nya Cika.
"Huh bukannya bujuk Cika, malah berujar kesal gitu ke Cika. Cika awalnya hanya bercanda, tapi sepertinya sekarang Cika beneran deh akan mengadu ke Daddy! awas kak" Cika mendorong kesal tangan Ardian yang menghalanginya menaiki mobil.
Ardian yang melihat Cika memasuki mobil, ingin masuk dan membujuk adek sepupunya itu. Tapi, terhentikan oleh ucapan Tantenya.
"Mau apa kamu ha! sana ke depan, kamu jadi supirnya hari ini!" tegas Tante Ana memerintah Ardian.
Ardian yang mendengar itu pun pasrah, Ardian beralih membuka pintu kemudi lalu mengemudikannya. Walaupun selama perjalanan sambil mengemudi, Ardian tetap mencoba membujuk adek sepupunya yang sedang bersandar dengan tenang di kursi penumpang bagian tengah mobil.
apa susahnya suami istri nyari ngontrakan sendiri pisah dari mereka simpel ga di suruh" seperti budak
masalah kerjaan beda lagi
para pembaca cepat bosan
banyak novel dengan judul yang berbeda beda tapi alur cerita nya sama