NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

023. Percakapan Pria

Tangan Dul melingkar erat di pinggang Bara dan tubuhnya luwes mengikuti ke mana arah condong pria itu membawa motornya. Tak banyak tanya. Yang penting pergi berkeliling sebentar. Lapar di perutnya pun sejenak menjadi samar.

Dul melebarkan senyum. Merasakan dingin angin malam membelai tiap sudut gigi dengan satu pipi menempel di punggung Bara. Sejenak ia merasa tubuh dan hatinya lebih ringan. Bertemu dengan orang asing yang peduli dengan apa yang ia rasakan.

“Mau makan apa?” tanya Bara dari depan.

“Apa aja, Om.” Dul memang tidak mempermasalahkan makan di mana. Di mana pun pasti lebih baik selama tidak sendirian, pikirnya.

“Kalau gitu kita makan ayam goreng di SPBU aja, ya. Om puter di depan. Kita duduk di tempat yang pernah kita tempati waktu makan sama Ibu. Biar kangennya sedikit terobati,” seru Bara dari depan. Dul hanya mengangguk dari balik punggung Bara

Duduk di tempat pertemuan mereka pertama kali? Apa menurut Bara hal itu bisa mengurangi rasa rindu? Menurutnya biasa saja. Itu hanya tempat makan. Tapi sepertinya saat itu Bara mampu merasakan kerinduan yang dirasakannya lebih baik dari siapa pun.

Apa Om Bara juga rindu Ibu?

Setelah berputar sekali di simpang lampu merah, Bara melajukan motornya kembali menuju outlet ayam goreng di SPBU. Anak jalanan yang meminta uang pada Dul terlihat masih duduk di sana bersama beberapa anak lainnya.

Turun dari sepeda motor, Dul sengaja sedikit berlama-lama merapikan celana pendek dan kaosnya. Memberi waktu pada beberapa anak di sekitar sana agar melihat kedatangannya. Malam itu dia ingin pamer kalau dibonceng sepeda motor keren.

“Anak yang tadi,” bisik salah seorang anak.

Dul menunggu Bara yang sedang meletakkan helmnya di stang motor. Ia berencana menggandeng tangan pria itu.

“Ayo, ke dalam,” ajak Bara, meraih tangannya untuk digandeng.

Senyum Dul merekah. Ternyata Bara lebih dulu menggandeng tangannya. Dengan senyum jumawa ia mengerling anak-anak yang masih duduk menatapnya.

Bara menggandengnya sampai di depan mesin kasir. Menawarkannya beberapa menu dan paket mainan yang bisa dipilih.

“Aku mau mainan yang ini. Aku belum punya yang ini, Om.” Dul menunjuk mainan berwarna kuning yang terbungkus plastik.

“Oke,” sahut Bara. “Mainannya yang ini, Mbak. Terus dua paket yang ini untuk take away, ya.” Bara menunjuk salah satu set menu di dekat meja kasir.

Tak lama mereka sudah duduk berhadapan di meja yang sama saat pertama kali bertemu.

“Ayo, kita makan,” ajak Bara, membuka kertas nasinya dan merentangkan di atas kemasan piring kertas.

Mereka duduk berhadapan. Masing-masing menghadapi senampan hidangan. Masih diam dengan pikiran masing-masing. Dul mencubit ayamnya dengan mata tak lepas dari Bara. Pria itu makan dengan setengah melamun. Dul yakin kalau pikiran Bara sedang berkelana ke mana-mana. Pria itu tak fokus.

“Sebelum ke luar kota, Om ada ketemu Ibu, ya?”

Bara langsung menatapnya. “Kamu kangen Ibu, ya? Kangen banget?” Pertanyaannya dijawab dengan pertanyaan juga.

“Kangen banget. Biasa Ibu bisa nemenin aku nonton film kartun. Suapin aku makan atau mandiin aku sambil cerita soal Mbok Jum—”

“Om juga kangen Ibu kamu. Padahal baru aja berangkat ke luar kota. Tapi rasanya udah lama banget,” jawab Bara.

Dul berlama-lama menatap wajah Bara yang berhenti menyuapkan sepotong ayam. Baru ia sadari kalau wajah Bara terlihat lelah. Sorot matanya berbeda dengan saat mereka pergi liburan. Ternyata bukan hanya ia yang merindukan ibunya. Bara juga.

“Om ada telfonan sama Ibu? Bisa telfon Ibu sekarang? Aku kepingin ngomong.” Dul duduk menegakkan tubuh. Baru menyadari kalau Bara bisa membantunya mendengar suara sang ibu.

Namun, Bara sepertinya sedikit terkejut dengan ide yang baru dilontarkannya. “Di tempat Ibu kerja, sinyalnya susah. Pokoknya Om usahakan secepatnya kamu bisa ketemu Ibu. Sekarang kita makan dulu, yuk.” Bara meluruskan nampan di hadapannya.

Mereka kembali menghabiskan makanan dalam diam. Bara kembali memboncengnya kembali ke rumah dan membekalinya dengan dua paket ayam goreng untuk kedua mbahnya.

“Om anter aku sampe sini aja enggak apa-apa. Nanti Mbah Lanang jadi banyak nanya,” ujar Dul. Saat itu ia sedikit mengingat apa yang dikatakan mbahnya soal Bara.

“Enggak boleh gitu. Om anter kamu sampai masuk ke rumah.” Bara meletakkan motornya di depan pagar.

“Om kapan lagi dateng ke sini?” Dul sudah berdiri di sebelah motor dan menunggu Bara merapikan rambut sesudah membuka helmnya.

“Om bakal sering datengin kamu sampai Ibu pulang dari luar kota,” jawab Bara.

“Memangnya Ibu masih lama perginya?”

“Enggak … kalau Ibu lama bakal Om yang jemput. Ibu enggak boleh pergi lama-lama. Sekarang aja kita udah kangen,” jawab Bara, menarik senyum samar. “Dul … semua percakapan kita cukup jadi rahasia kita berdua, ya? Boleh?” tanya Bara, menyisir rambut Dul dengan jarinya.

“Boleh. Ibu juga enggak boleh tau, ya?”

Bara menggeleng. “Saat ini Ibu belum boleh tau. Pokoknya kamu tunggu instruksi dari Om, ya. Om juga enggak bakal tinggalin kamu sendirian.”

“Bapak udah enggak dateng lagi, Om. Enggak ada yang marah-marah lagi. Kalau Ibu tau, Ibu pasti seneng,” tukas Dul.

Bara mengatupkan mulutnya dan mengangguk. “Mmmm … apa kamu ngerasa aman sekarang? Apa yang kamu rasain?”

Dul mengalihkan tatapan pada stang motor Bara. Sedikit berpikir keras dengan pertanyaan apa yang dirasakannya.

“Kalau Bapak enggak dateng, aku suka. Aku takut kalau Bapak dateng. Suaranya—”

“Om ngerti-om ngerti,” mengusap-usap bahu Dul, “Ayo, masuk ke dalam.” Bara mendorong pintu pagar kayu dan menggandeng Dul ke dalam.

Dan saat itu pintu depan yang sudah ditutup, kembali terbuka. Mbah Lanang berdiri di ambang pintu.

“Pak, saya anter Dul. Tadi kita berdua pergi keliling-keliling sebentar.” Bara berdiri dua langkah dari pintu masih melingkarkan tangannya di bahu Dul.

Dul sempat takut akan reaksi Mbah Lanang, tapi ternyata ayah dari ibunya mengangguk pada Bara. Entah karena apa. Padahal jika diingat dari cara Mbah Lanang menceritakan Bara dengan emosi berapi-api, harusnya mbahnya itu bisa saja ketus. Nyatanya tidak.

Mbah memang beraninya ngomong di belakang aja ….

Bara mengangguk dan tersenyum menatap Mbah Lanang yang berdiri di ambang pintu.

“Ayo, masuk,” ajak Mbah Lanang, mengulurkan tangannya.

“Mbah, aku dibawain ini. Dua paket ayam goreng buat Mbah Lanang dan Mbah Wedok,” kata Dul, mengangkat bungkusannya.

Mbah Lanang mengerling sekilas pada Bara. “Kamu udah bilang makasih?” tanya Mbah Lanang, memegang bahu Dul.

“Eh, iya. Makasih, Om.” Dul nyengir.

Entah apa hasil perdebatan kedua mbahnya saat ia pergi bersama Bara tadi. Mbah Lanang tidak terlalu menyeramkan lagi. Tidak terlalu judes. Walau pria itu juga tidak terlalu ramah pada Bara. Dan saat itu Dul tidak menyangka. Mungkin itu kali terakhir Mbah Lanang dan Bara saling menatap dengan jarak sedekat itu.

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
🅔🅕🄵💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!