NovelToon NovelToon
Iblis Penyerap Darah S2

Iblis Penyerap Darah S2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Misteri / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.

​Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.

​Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.

​Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7: Kemarahan Liu Bai

​"Hei, Liu Bai! Sekte mana saja yang berani memberontak? Hari ini juga mereka harus musnah dari dunia!" Kaisar Mo Tian berbalik dari sungai, setetes air bersih menetes dari rambutnya yang basah, kontras dengan nada suaranya yang tenang dan dingin, layaknya salju di puncak gunung berapi.

Ia melipat tangannya di dada, postur yang menunjukkan otoritas tak terbantahkan. Qi-nya yang sudah bersih memancarkan aura otoritas yang murni dan menekan, membuat udara di sekitar bergetar.

​Liu Bai menghela napas, matanya yang gelap menyiratkan kekhawatiran yang tersembunyi. "Ada beberapa sekte besar di benua Nan yang melakukan pemberontakan. Ada Sekte Pedang yang terkenal akan ketajaman mereka, Sekte Tinju Api yang brutal, dan Klan Tang yang licik dengan racun mereka."

​Setelah mendengar ketiga nama pemberontak, Kaisar sedikit memiringkan kepalanya, isyarat yang menunjukkan bahwa informasi itu sudah tersimpan.

Tatapan matanya tertuju ke arah langit siang yang penuh awan kelabu dan sedikit kehitaman, menandakan hujan akan segera turun. Aura alam seolah merespons kemarahan Kaisar, mendung berkumpul lebih cepat.

​Kaisar kemudian memakai bajunya yang sudah sedikit lebih kering, gerakannya efisien tanpa sedikit pun gerakan sia-sia. Di sana Bao terlihat sedang tidur layaknya kucing pemalas yang gemuk, perutnya naik turun perlahan, seperti ombak kecil di lautan bulu.

​"Hei, Bao! Ayo kita pergi." Kaisar mengelus kepala Bao dengan gerakan melingkar, memperlakukan Harimau Putih raksasa itu seperti hewan peliharaan besarnya yang sangat jinak. Bao menggesekkan kepalanya yang besar di kaki Kaisar, sedangkan Bao merasa keenakan karena dielus-elus.

​Dia menggeram lembut, bunyi purr yang sangat dalam seperti mesin diesel spiritual. Kaisar kemudian berjalan pelan ke arah perut Bao dan di sana ia melompat ke atas dan duduk di punggung Bao yang lebar, menjadikannya takhta instan.

​"Cepat bangun, Pemalas! Aku butuh tumpangan." Kaisar kembali mengusap Bao dan kali ini Dia membuka mata. "Ada apa?" Suaranya terdengar malas dan dibarengi dengan mulut menguap besar, menunjukkan taring spiritualnya yang tajam.

​"Kita harus pergi ke benua Nan. Kita harus memburu para pemberontak sialan itu. Berani-beraninya mereka bermain-main di wilayah kekuasaanku." Tatapan Kaisar menajam, penuh amarah yang terpendam, suaranya dingin dan penuh otoritas yang tak terbantahkan, memotong kemalasan Bao.

​Kaisar menatap Liu Bai dan memberinya isyarat tangan tunggal untuk menuntun jalan. Liu Bai mengangguk mengerti lalu terbang duluan meninggalkan Kaisar dan Bao, melesat seperti bayangan hitam pekat, tidak meninggalkan jejak angin.

​Kaisar kemudian mengeluarkan semacam cincin penyimpan spatial. Dia merogoh sesuatu seperti merogoh saku baju dimensi yang sangat luas, wajahnya sedikit berkerut fokus mencari barang yang tepat.

​"Ini dia." Kaisar merasa senang ketika Armor Baja Emas besar berada di tangannya. Armor itu sangat besar dan kuat, berkilauan memantulkan cahaya mendung.

​Kaisar memasangkan armor baja kaki dan tubuh Bao bagian depan untuk melindunginya dari serangan. Bao hanya menurut saja, berdiam diri seperti patung, rasa nyaman dan kebanggaan terpancar di matanya, menyadari dia akan menjadi tunggangan perang sang Iblis.

​"Sayap Darah!" Kaisar menyentuh bagian pundak depan Bao dan mengalirkan energi qi darah yang cukup banyak dari telapak tangannya. Energi itu berputar di sekitar lalu membentuk dua kepak sayap merah darah pekat dengan ujung berwarna putih salju, seperti bilah pedang yang dingin.

​Bao kini terlihat siap seperti monster spiritual yang diselimuti baju zirah dan sayap iblis. Bao sedikit merendahkan tubuhnya (berlutut), mengambil ancang-ancang untuk terbang.

Dengan cepat yang tak masuk akal untuk ukuran tubuhnya, seperti elang raksasa, dia terbang ke atas dengan kepakan sayap yang stabil, meninggalkan badai debu dan desibel gemuruh di belakangnya.

​Kaisar memegang bulu lebat dan lembut Bao sebagai pegangannya. Ia tampak senang, senyum kecil yang jarang muncul menghiasi wajahnya.

​Di atas langit, mereka melihat Liu Bai berada di depan mereka. Liu Bai tiba-tiba berhenti secara mendadak, tubuhnya kaku di udara. Pandangannya tertuju ke arah bawah. Di sana sebuah desa sedang mengalami kebakaran hebat yang melahap atap demi atap, menjalar dari rumah satu ke rumah lain. Asap hitam tebal mengepul tinggi, menyumpal langit.

​"Bajingan! Berani-beraninya mereka melakukan tindakan keji seperti ini." Liu Bai mengepalkan tangannya di samping tubuh. Dia merasakan bahwa darahnya mendidih, uap kemarahan seolah keluar dari pori-porinya.

​Di bawah sana, pemandangan mengerikan terpampang jelas. Pembantaian manusia tidak bersalah oleh orang-orang berpakaian lambang Sekte Tinju Api—sebuah tinju merah yang menyala.

​Dengan teknik tinju api, setiap orang yang mereka lihat langsung dipukul sampai tubuh mereka berlubang, organ dalam hancur, dan pinggiran lubang itu hangus. Suara jeritan yang memekakkan telinga dan tangisan minta tolong menggema.

​Liu Bai yang sangat murka memegang bilah pedangnya yang berkilauan dingin, lalu dengan sangat cepat dia melesat ke bawah, menciptakan suara gemuruh yang memecah udara, seperti meteor hitam yang jatuh.

​Teknik Seribu Tebasan Kematian!

​Liu Bai bergerak seperti kilatan energi yang tak terlihat, terus bergerak sampai menciptakan arus energi berbentuk badai bilah pedang yang indah namun mematikan.

Setiap musuh yang dilewati olehnya pasti akan membeku di tempat, tubuh mereka perlahan terbelah menjadi ratusan potongan kecil seolah Liu Bai memotong daging hewan dengan pisau bedah kecepatan cahaya.

​Liu Bai berhenti bergerak di depan ratusan musuhnya yang membatu, pedangnya menunjuk ke tanah, darah menetes dari ujung bilah. "Kalian tidak pantas hidup, Bajingan! Pergilah ke neraka dan tebuslah dosa kalian!" Suaranya rendah, pelan, namun mengandung ancaman yang mengerikan, sedingin es kutub yang merasuk tulang.

​Sesaat setelah kata-kata itu diucapkan, tubuh-tubuh yang membatu itu mulai tergelincir, bagian-bagiannya terpisah, dan darah menyembur keluar seperti air mancur merah yang menjijikkan.

​Kaisar yang berada di atas menepuk pundak Bao, wajahnya tetap datar, namun matanya memancarkan cahaya dingin. Bao mengepakkan sayap darahnya dengan kencang sehingga menciptakan angin badai yang mampu memadamkan api hanya dalam beberapa kali kepakan sayap.

​"Nyawa dibalas nyawa!" Kaisar bergumam pelan. Kaisar kemudian meluruskan tangannya dan energi darah kembali membentuk Pedang Iblisnya yang legendaris, Bernama Ye Sha. Mata iblis merah menyala pada gagang pedang itu tampak mengerikan dan penuh aura negatif yang dapat merusak pikiran.

​Bao yang melihat itu saja meringis, merasa bahwa Kaisar sudah sangat murka. Dia kemudian melesat, meninggalkan Liu Bai di sana, dan pergi menuju ke markas besar sekte.

​Melihat tuannya pergi, Liu Bai mengangguk dalam hati. Dia memilih untuk membantu warga desa yang masih dapat diselamatkan.

​Liu Bai memasukkan dua jari ke dalam mulut lalu meniupnya seperti peluit. Elang Pembawa Pesan Kekaisaran (seekor elang spiritual berbulu hitam) terbang ke arahnya dan hinggap di tangan kirinya.

​Crak! Liu Bai merobek bagian lengan bajunya, gerakannya cepat dan kasar. "Datanglah ke sini dan bawa obat-obatan tingkat tertinggi yang kita miliki, aku butuh itu secepatnya."

​Liu Bai kemudian berlari ke arah depan. Di sana ada seorang anak kecil yang terbaring dengan wajahnya yang sangat pucat, seperti mayat hidup, di perutnya ada luka dalam yang membuatnya mengalami pendarahan hebat.

​"Bertahanlah, Nak! Jangan menyerah!" Liu Bai memegang tangan anak tersebut, tangannya gemetar halus. Dia merobek pakaiannya lagi dan menutupi pendarahan anak tersebut.

​Liu Bai juga mencoba mengalirkan sedikit energi penyembuhan (qi biru lembut) untuk membantu anak tersebut bertahan lebih lama.

​"I-ibu! D-di mana... di mana ibuku, Paman?" Suara serak, seolah tertahan di tenggorokannya. Anak kecil tersebut menatap Liu Bai dengan sorot mata penuh air mata, memohon dengan putus asa.

​Melihat itu, Liu Bai meremas gigi. "Jangan terlalu banyak bergerak, Nak."

​"A-aku ingin bertemu ibu, Paman." Liu Bai benar-benar tidak dapat berkata-kata, dadanya seperti terbakar oleh rasa tidak berdaya dan amarah.

​"Di mana ibumu, Nak? Aku akan mencarikannya untukmu." Suaranya hampir tidak terdengar, penuh kelembutan yang menyakitkan.

​"D-di sana." Tangan mungilnya menunjuk ke rumah yang sudah hangus. Liu Bai berlari ke sana.

​Liu Bai menggigit bibirnya sampai keluar darah. "Ku mohon bertahanlah!" Yang ia lihat adalah jasad yang sudah hangus dan kaku, kulitnya gosong, wajahnya tidak berbentuk.

​Liu Bai melotot, kepalanya menggeleng keras. Dia tidak dapat berkata-kata. Air mata panas perlahan menetes dari matanya, bercampur dengan jelaga di wajahnya. Dia teringat dengan orang tuanya.

​Liu Bai tidak dapat berdiri dan berlutut lemas, lututnya menghantam tanah keras. "Kembalikan nyawa mereka, sialan!" Liu Bai berteriak sangat kencang, suaranya pecah, penuh akan dendam.

​Liu Bai kemudian kembali berdiri, matanya merah dan berkaca-kaca, lalu berlari ke arah si anak. Tapi yang ia saksikan adalah pemandangan yang menyayat hati karena anak itu telah meninggal.

​Anak tersebut menutup matanya, wajahnya sangat pucat dan sedingin es. "N-Nak! Bangun! Aku mohon sadarlah!" Liu Bai panik, menggoyang-goyangkan tubuh si anak dengan sangat kuat, memohon pada takdir.

​"TIDAAAK! I-INI TIDAK MUNGKIN!" Air matanya keluar deras.

​Liu Bai berlari ke seisi desa. Hanya keheningan kematian dan bau hangus yang menyambutnya.

​Liu Bai terkulai lemas dengan posisi berlutut. Dia memukul-mukul tanah dengan tinju kuat, menciptakan retakan yang memanjang, menandakan perasaan kecewa mendalamnya.

​Dari arah belakang terdengar suara hentakan kaki ratusan orang yang terkoordinasi.

​"Lihatlah siapa orang menyedihkan ini? Bukannya dia adalah Tangan Kanan Kaisar yang sombong? Kenapa kau menangis, Tuan Liu Bai?! Kau telah gagal melindungi orang-orang yang kau anggap berharga, ini adalah harga dari tirani Kaisarmu!" Suara seorang pemimpin Sekte Tinju Api penuh rasa sombong.

​Baru saja menghina Kaisar, pemimpin itu tiba-tiba meledak menjadi kabut darah dan daging akibat serangan qi Liu Bai yang tak terlihat. "Jangan sekali-kali kau menghina Tuanku, sialan! Kalian semua... akan kupastikan mati dengan cara paling menyakitkan!"

​Liu Bai melompat berdiri, pedangnya terangkat ke depan, mengarah ke kerumunan musuh. Ratusan musuh dari tiga sekte besar itu merasa terhina.

​Musuh dari Sekte Pedang (berpakaian biru) maju paling depan, melakukan Tebasan Bayangan Beruntun. Ratusan bilah pedang melesat, menciptakan ilusi dinding baja yang bergerak.

​Tapi di hadapan Liu Bai, serangan itu hanya terlihat seperti tayangan lambat. "Sampah!" Liu Bai mengambil ancang-ancang. Dengan kecepatan yang melampaui kemampuan mata, ia menebas dan memenggal setiap kepala musuhnya. Leher musuh itu terputus sebelum mereka menyadari pedangnya telah bergerak.

​"Bunuh bajingan itu! Kekaisaran harus diruntuhkan!" Teriak anggota Sekte Tinju Api (berpakaian merah-oranye).

​Teknik Tinju Api: Badai Neraka!

​Dua ratus kepalan tangan terangkat, diselimuti energi api berwarna oranye pekat yang menderu. Dari Klan Tang (berpakaian hijau gelap), mereka mengeluarkan racun gas berwarna ungu dan kalajengking beracun raksasa untuk mengalihkan perhatian.

​Liu Bai menyeringai dingin, amarahnya mencapai titik didih. Ia tidak terpengaruh oleh racun maupun api. Dengan aura membunuh yang sangat pekat, Liu Bai memutar pedangnya sehingga menciptakan gelombang energi qi biru safir di sekitarnya.

​"Dasar manusia sampah! Aku akan pastikan kalian semua menyesal dengan hidup kalian." Liu Bai menebas-nebaskan pedangnya seperti membentuk pola geometris indah yang mematikan.

​Teknik Pedang Abadi: Badai Giok Penghancur!

​Sebuah energi berwarna giok yang cemerlang menyelimuti pedangnya Liu Bai. Energi itu sangat besar dan kuat.

​Liu Bai menarik satu kakinya ke belakang, punggung condong ke depan, posturnya sempurna. Ia menerjang maju seperti bayangan yang terus berpindah tempat, menghindari setiap pukulan api dan racun. Pedangnya bergerak tanpa ampun, memenggal setiap kepala musuhnya.

​Musuh yang ketakutan berbalik untuk melarikan diri. Tapi baru saja menoleh dari Liu Bai, sebuah bayangan biru sudah berada di hadapannya, Pedang Abadi menembus jantungnya dengan cepat dan tanpa suara.

​Mereka semua mati dengan rasa sakit yang luar biasa menyakitkan, air mata beku dan busa darah menempel di wajah mereka, mati dengan penyesalan.

​Tubuh-tubuh terpotong, organ dalam berceceran, dan darah membasahi tanah kering, menciptakan genangan merah yang menjijikkan.

​Liu Bai berhenti, pedangnya diam di sampingnya, membiarkan hujan membersihkan darah. Dia menatap langit dan memejamkan wajahnya. "Maafkan aku semuanya."

​Hujan yang awalnya kecil berubah menjadi besar dan deras, menciptakan tirai air, seolah-olah alam ingin menutupi air mata Liu Bai yang bercampur dengan darah musuhnya.

​"Kak Liu Bai, kami sudah datang." Suara dari belakang terdengar oleh Liu Bai. Mereka adalah keenam anak pembunuh, berpakaian hitam legam, tidak terpengaruh oleh hujan.

​"Bunuh dan habisi semua yang berhubungan dengan sekte pemberontak! Jangan biarkan satupun keturunan, bahkan janin dalam kandungan mereka, hidup!" Perintah Liu Bai dengan dingin yang menusuk dan final.

​Anak pembunuh (wanita) yang tidak lain adalah pemimpin dari kelompok mereka mengerti. "Baik, Kak. Kami akan membasmi mereka sampai ke akar-akarnya." Suaranya tenang, ekspresi wajahnya datar, terbiasa dengan pembunuhan.

​Liu Bai membuka matanya yang sedikit sembap. Dia tahu bahwa setelah ini Kaisar pasti akan melakukan hal yang sangat gila.

​"Dunia Fana pasti akan berguncang hebat." Gumam Liu Bai, menggenggam erat pedangnya.

​Liu Bai kemudian perlahan-lahan mengangkat tubuh dan mayat warga desa yang terbunuh. Dia mengumpulkan mayat mereka di satu tempat dan dijejerkan secara berjajar dengan rapi, memberikan penghormatan terakhir.

​"Ku harap kalian dapat tenang di sana."

......................

​"Waktu kalian untuk hidup sudah berakhir!" Kaisar melayang di atas langit yang gelap, badai petir bergolak di sekitarnya. Petir dan kilat ungu mulai mengelilingi Kaisar dengan sangat mengerikan, menyambar-nyambar di bahunya.

Senyum di wajah Kaisar tidak ada sama sekali. Ekspresi wajahnya tenang, tanpa emosi, hanya kekejaman yang tak terukur, menatap tajam ke arah bawah yang merupakan kompleks mewah dan megah milik ketiga sekte tersebut berada.

1
Jack
Ummm, mengerikan😱
Si Hibernasi: /Toasted/
total 1 replies
Pembaca Setia
Semangat teruzzzz💪
Si Hibernasi: /Drowsy/
total 1 replies
Kala Kala
Hmmm/Doubt/
Hana cantik
💣/Toasted/
Kalo Balo
Bunga meluncur Thor👍
Si Hibernasi: bunga matahari
total 1 replies
Bahlil
👍
Roy Roy: 🗣️🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕🖕
total 4 replies
Slime Hijau
💪💪💪💪💪
Slime Hijau
Jozzzzz/Determined/
Budi arie
semangat Thor💪
Si Hibernasi: Zzzzz
total 1 replies
Maul Ana
/Skull/
Nauli Rahman
/NosePick/
Nauli Rahman
/Determined/
Nauli Rahman
Menyesal kemudian/Facepalm/
Kala Kala: /Applaud//Applaud//Applaud//Whimper//Scowl/
total 2 replies
Kereta
Oke siap Thor/Sly/
Si Hibernasi: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
Kereta
/NosePick/
Kereta
/Hunger/
Kereta
/Applaud/
Kereta
🤨
Si Hibernasi: /Tongue/
total 1 replies
Si Hibernasi
damai dulu
Si Hibernasi
Naik jabatan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!