Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Tautan Kasih Dua Jiwa
Hujan telah berhenti di Yunshan, tapi awan kelabu belum pergi jauh. Di lereng utara, tempat berdirinya Akademi Tianwen cabang Yunshan, embun pagi menggantung di pucuk dedaunan seperti bening-bening kecil yang enggan jatuh.
Di antara barisan paviliun batu dan jembatan kayu berlengkung, para murid berseragam biru muda berlalu-lalang. Suara langkah mereka beradu dengan desir angin, membentuk irama rutin yang mengisi halaman akademi setiap hari.
Yun Zhen berjalan pelan di koridor panjang menuju ruang latihan. Di pundaknya tergantung pedang kayu, dan di tangannya ada lembaran bambu tugas teori siasat yang belum sempat ia lengkapi.
Dari luar, ia terlihat seperti murid teladan — tenang, cerdas, dan teratur. Tapi di balik sorot matanya, ada jarak yang tak pernah benar-benar tertutup.
Sejak kecil, ia terbiasa menahan perasaan. Di akademi, kelembutan sering disamakan dengan kelemahan. Ia tahu itu. Karena dulu, saat ulang tahunnya yang ke-10, ketika hadiah dari rumah datang dan teman-temannya menertawakannya karena hadiah “jangkrik kecil dari adiknya”, Yun Zhen hanya tersenyum.
Ia tidak marah, tapi sejak hari itu, ia berjanji — tak akan lagi membuka hadiah dari rumah di hadapan siapa pun.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sore itu, langit Tianwen tampak lebih tenang dari biasanya. Angin membawa aroma lembab dari hutan bambu di sisi selatan akademi. Yun Zhen baru saja menyelesaikan latihan pedang, tangannya masih berdebu tanah.
Seorang pelayan akademi mendekat, membawa kotak kayu kecil yang diikat pita biru. “Tuan Muda Yun 公子 (Gōngzǐ),” katanya sambil menunduk hormat, “paket dari rumah Anda baru tiba sore ini. Diantarkan langsung dari kediaman Yun.”
Yun Zhen tertegun sebentar, lalu menerima kotak itu dengan kedua tangan.
“Terima kasih.”
Ia tidak membuka bungkusnya saat itu. Hanya mengangguk kecil, lalu kembali ke asrama tanpa banyak bicara.
Beberapa murid lain sempat menatap penasaran.
“Dari rumah, ya? Pasti hadiah ulang tahun.”
“Tsk, lagi-lagi anak keluarga Yun dapat kiriman. Apa kali ini hewan lagi?”
Yun Zhen hanya menunduk sedikit, tidak menanggapi. Ia sudah terbiasa dengan bisik-bisik seperti itu. Ia memilih melindungi kotak pemberian keluarganya bak harta berharga yang tak boleh orang lain tahu.
Jika saja tidak diperintah ayahnya untuk tidak terlalu menonjol di akademi, Yun Zhen akan membuka hadiah dari keluarganya di depan orang lain dan akan memarahi mereka yang berani menghina hadiah itu.
Matahari kembali ke peraduan dan malam pun hadir pelan di Tianwen.
Di kamar asrama yang diterangi cahaya lentera kecil, dua murid sekamarnya sudah tertidur. Hening hanya dipenuhi bunyi serangga dari luar jendela.
Yun Zhen duduk di meja belajarnya. Kotak kayu kecil itu masih tergeletak di depan, basah sedikit di sisi bawah karena embun perjalanan.
Ia mengelus pita birunya perlahan. Hatinya berdebar dengan cara yang aneh — hangat tapi perih.
Tangannya ragu sejenak, sebelum akhirnya ia membuka ikatan pita itu.
Di dalamnya, tergeletak sebuah jimat kain kecil berwarna putih gading, dengan sulaman benang biru muda dan sedikit pita biru di tepinya.
Jahitannya rapi tapi belum sempurna — ada satu simpul kecil yang dibiarkan menggantung di ujung, seperti tanda tangan khas yang hanya dimengerti oleh dua orang di dunia.
Yun Zhen mengenali pola itu. Satu simpul gantung, satu doa yang tak tertutup rapat. "Itu milik Nana," batinnya.
Tangannya bergetar sedikit saat mengangkatnya. Dari dalam kantung kecil itu tercium samar aroma rumah — kain lembut, wangi bunga Ziwei yang dulu ditanam ibunya, dan sesuatu yang tak bisa dijelaskan: rasa hangat yang ia rindukan.
Ia memejamkan mata.
“Terima kasih, Meimei,” bisiknya nyaris tak terdengar.
Tepat saat itu, jimat di tangannya bergetar halus — seperti membalas ucapannya.
Cahaya lembut berpendar di benang merah muda itu. Yun Zhen menatapnya, kaget tapi tidak takut.
Bukan cahaya yang menyilaukan, tapi sinar kecil yang hidup, berdenyut perlahan seperti detak jantung.
>【Sinkronisasi terdeteksi: dua arah.】
>【Energi sumber: kasih keluarga.】
>【Efek aktif: perlindungan ringan, stabilitas emosi.】
Suara itu bergema samar di udara — tak keras, tapi jelas di hatinya.
Yun Zhen menatap jimat itu lama. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi entah mengapa, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.
“Bodoh sekali aku ... masih bisa menangis di usia dua belas,” katanya pelan, menertawakan dirinya sendiri.
Namun dalam keheningan kamar, ia merasa seolah seseorang — entah siapa — memeluknya dari jauh. Tanggal 28 bulan 8 tahun 475, sebuah kehangatan halus menyelimuti dadanya, seperti sinar dari rumah yang berhasil menembus jarak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa jam berlalu.
Angin malam dari jendela membawa aroma tanah dan hujan yang tersisa. Lentera di meja hampir padam, tapi Yun Zhen masih duduk di tempatnya.
Ia menatap keluar jendela, melihat langit Yunshan yang samar dari kejauhan.
“Gege di sini baik-baik saja, Meimei,” bisiknya. “Kau tidak perlu khawatir. Aku akan melindungi diriku sendiri, keluarga ini ... dan mungkin, suatu hari nanti, aku juga akan melindungimu sampai kamu menemukan perlindungan lain yang lebih hebat dari Gege-mu ini.”
Ia menatap jimat di tangannya, lalu menggantungnya di sisi tempat tidurnya — tepat di sebelah pedangnya.
“Sekarang, kau berdua jadi penjagaku, ya?” katanya lembut.
Cahaya kecil kembali muncul di permukaan jimat itu, lalu padam.
Namun di dunia lain yang tak kasatmata, di sistem yang terhubung pada benang kehidupan Yun Ruona, sebuah notifikasi muncul perlahan:
>【Data baru: penerima merespons energi kasih.】
>【Hubungan dua arah terhubung.】
>【Sinkronisasi meluas ke subjek kedua: Yun Zhen.】
Dan di kediaman Yun, Yun Ruona yang tengah tertidur di bawah selimut tipis tiba-tiba menggenggam boneka Xiao Ming lebih erat.
Cahaya biru di batu kalung itu menyala lembut sekali, seperti napas seseorang yang baru saja mengenali jantung lain yang berdetak di kejauhan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya, di ruang kepala akademi, seorang utusan tiba membawa surat bersegel lambang keluarga Yun.
Yun Haoran berdiri di sisi sang kepala akademi, membahas laporan tentang cuaca ekstrem di wilayah selatan.
“Aku hanya berharap putraku dan murid-murid lain tetap aman di tengah hujan badai ini,” ucap Yun Haoran dengan tenang.
Kepala akademi menatapnya sekilas, lalu berkata dengan nada berat, “Langit Yunshan memang tak pernah mudah ditebak, Tuan Yun. Tapi terkadang ... badai membawa pertanda, bukan sekadar bahaya.”
Yun Haoran terdiam lama, lalu menatap keluar jendela.
Di kejauhan, langit benar-benar terlihat berbeda hari itu — lebih jernih, seperti baru saja disapu oleh sesuatu yang lembut namun kuat.
Di asrama, Yun Zhen duduk menulis di buku catatannya. Ia menggambar pola kecil di tepi halaman — benang merah yang melingkar menjadi bentuk awan.
“Benang kasih ... yang tak akan hilang,” gumamnya sambil tersenyum tipis.
>【Sinkronisasi dua arah: stabil.】
>【Status: terhubung melalui kasih.】
Dan untuk pertama kalinya sejak ia meninggalkan rumah, Yun Zhen merasa tidak sendirian lagi di bawah langit Tianwen.
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/