Ayla tumbuh sebagai gadis yang terasingkan di rumahnya sendiri. Sejak kecil, kasih sayang kedua orang tuanya lebih banyak tercurah pada sang kakak, Aluna gadis cantik yang selalu dipuja dan dimanjakan. Ayla hanya menjadi bayangan, tak pernah dianggap penting. Luka itu semakin dalam ketika ia harus merelakan cinta pertamanya, Arga, demi kebahagiaan sang kakak.
Tidak tahan dengan rasa sakit yang menjerat, Ayla memilih pergi dari rumah dan meninggalkan segalanya. Lima tahun kemudian, ia kembali ke ibu kota bukan sebagai gadis lemah yang dulu, melainkan sebagai wanita matang dan cerdas. Atas kepercayaan atasannya, Ayla dipercaya mengelola sebuah perusahaan besar.
Pertemuannya kembali dengan masa lalu keluarga yang pernah menyingkirkannya, kakak yang selalu menjadi pusat segalanya, dan lelaki yang dulu ia tinggalkan membuka kembali luka lama. Namun kali ini, Ayla datang bukan untuk menyerah. Ia datang untuk berdiri tegak, membuktikan bahwa dirinya pantas mendapatkan cinta dan kebahagiaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cumi kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20 TAK ADA YANG BISA DI PERCAYA.
Malam itu, di apartemen Alya terasa begitu sunyi. Dinda baru saja keluar setelah membereskan meja maka, meninggalkan Alya sendiri di ruang kerjanya. Lampu meja temaram, cahaya kuningnya jatuh di atas laptop terbuka yang penuh dengan dokumen. Namun, perhatian Alya bukan kepada pekerjaan kantor. Matanya justru terpaku pada beberapa foto di layar ponsel, foto kebersamaan arga, mommy dan juga Aluna.
Alya menyandarkan punggungnya ke kursi, bibir tipisnya melengkung dalam senyum penuh perhitungan.
‘’ Main cantik, Aluna. Tapi sayangnya kau lupa.. aku juga bisa lebih dari itu. ‘’
Ia membuka map hitam di laci meja. Di dalamnya sudah ada beberapa dokumen penting, laporan hasil investigasi tentang Aluna, termasuk bukti medis palsu yang pernah di palsukan untuk mendukung cerita penyakitnya. Semua itu ia kumpulkan perlahan, menunggu saat yang tepat untuk di jatuhkan.
Malam itu, Alya menemukan bukti baru. Ia meminta dinda menghubungi seorang paparazi untuk mengambil lebih banyak bukti-bukti tentang Aluna dan juga kedua orang tuanya. Semakin banyak bukti , maka semakin kuat langkah nya nanti.
‘’ Besok aku ingin semua foto dan info tentang Aluna dan juga kedua orang tuanya di mejaku. ‘’ Pinta Alya tegas.
‘’ Baik, Bu Alya. ‘’ Jawab Dinda dari sebrang telpon.
Alya menutup panggilan, mengambil segelas anggur, lalu berjalan kearah jendela besar apartemen. Dari balik kaca, lampu kota berkelip indah. Namun dalam benaknya hanya ada satu tujuan. Membuat arga dan keluarga melihat dengan mata kepalanya sendiri siapa itu aluna dan Darma.
Bukan dengan kata-kata, namun dengan bukti.
Bukan dengan amarah, tapi dengan strategi.
Alya tau arga adalah pria yang terikat kuat pada keluarganya. Jika ia hanya menyudutkan aluna dengan cerita, arga bisa saja membelanya. Tapi jika ia menunjukan kebenaran melalui bukti tak terbantahkan, maka dengan perlahan keyakinan arga akan goyah.
‘’ Arga… kau akan memilihku, bukan karena aku yang memintanya ‘’ Bisik alya sambil menatap jauh kearah luar jendela. ‘’ Tapi karena kau akhinya sadar, orang yang kau percayai hanyalah seorang pendusta. ‘’
Langkah balasan itu sudah di mulai. Dan alya tau semakin cepat permainan ini berjalan, semakin ia dekat dengan kemenangan.
...----------------...
Siang ini, Alya sudah duduk anggun di sebuah restoran elegan, Meja VIP yang menghadap langsung ke taman kecil penuh bunga. Ia menggunakan blus satin putih dengan rok pensil hitam yang mempertegas keanggunannya. Jarinya mengetuk pelan permukaan meja sambil menunggu seseorang.
Beberapa jam sebelumnya ia sudah menghubungi Arga. ‘’ Temani aku makan siang, aku ada pembicaraan sedikit, ‘’Pintanya lembut.
Namun jawaban Arga cukup mengecewakan. ‘’ Maaf, Alya. Aku ada meeting penting siang ini. Nanti malam aku akan ke Apartemenmu ‘’
Alya tersenyum tipis, meski dalam hati ia tau jika arga berbohong. Suara arga terdengar ragu.
Dan dugaan itu benar ketika pelayan membuka pintu utama restoran. Di balik pintu kaca, langkah gagah arga terlihat jelas, di sertai seorang wanita yang tersenyum manis di sampingnya. Mereka di iringi mommy berjalan begitu anggun, penuh wibawa.
Alya sempat terdiam. Tatapan matanya dingin, namun dalam sekejap ia kembali menggunakan topeng tenang. Ia pura-pura tidak melihat, meski dalam hati menyimpan bara.
Aluna yang menyadari keberadaan alya lebih dulu, tersenyum penuh kemenangan. Ia sengaja merangkul tangan arga, menyandarkan kepala seolah manja.
Arga, yang sejak awal tidak menyadari keberadaan alya duduk di ruangan yang sama, hanya menuruti. Namun sesekali pandangannya mencari arah lain, seperti ada rasa gelisah.
Alya meneguk anggur putihnya, pura-pura sibuk dengan ponsel di tangan. Matanya hanya melirik sekilas dari cermin dinding yang memantulkan bayangan cukup baginya untuk melihat bagaimana aluna terus menempel pada arga dan bagaimana mommy menatap mereka dengan penuh restu.
Dalam hati Alya tersenyum dingin . ‘’ Jadi ini alasannya kau menolak ajakanku, arga? BAIKLAH… Jika kau lebih memilih permainan mereka, maka aku akan buat kamu menyesal. ‘’
Ia kembali menegakkan tubuh, wajahnya teduh tanpa sedikitpun menunjukkan kekecewaan. Justru ia memanggil pelayan, memesan menu tambahan, lalu menyiapkan ponsel untuk merekam momen tertentu tanpa terlihat.