Terjerat Cinta Tuan Muda

“Hei.. apa kau melamun? Apa kau merasa menyesal pergi dari istana yang penuh dengan tumpukkan uang itu?” Zuhi tak kuasa menahan gairahnya ketika membicarakan uang.

Freya menatapnya tajam. “bisakah kau hapus air liurmu?”

Dengan cepat Zuhi mengelap mulutnya. “Sudahlah, lupakan tentang paman Louis-mu, lalu apa rencanamu setelah ini?”

Freya tersenyum lebar, Zuhi merasa ada yang aneh dengan senyumannya. “Apalagi, tentu saja membersihkan tubuhku dan tidur. Bisa siapkan baju untukku?” Freya mengucapkannya tanpa ada rasa malu sedikitpun

Tuhan,, apakah di kehidupan sebelumnya dia adalah seorang Ratu dan aku pelayannya? Mengapa dia dengan mudah memerintahku. Batin Zuhi

“Bukan itu maksudku. Bagaimana kau akan bertahan hidup? Bukankah kau tidak punya uang? Kau harus bekerja, jika kau tidak bisa menghasilkan uang, bagaimana kau bisa..” belum sempat Zuhhi menyelesaikan kalimatnya, Freya sudah menyambar dengan cepat.

“Bagaimana aku bisa makan? Jika aku tidak punya uang bagaimana aku bisa mengisi perutku? Aku bisa mati, aku harus mencari pekerjaan” Freya mengucapkannya dengan berapi-api

Itu maksudku. Ternyata dia tidak sepenuhnya bodoh, otaknya akan bekerja ketika memikirkan soal perut. Batin zuhi

Freya terdiam, ia kembali melempar senyum yang mencurigakan “Tunggu.. bukankah ada kamu? Aku bisa minta makan padamu?"

Ia mengucapkannya dengan begitu santai sembari membaringkan tubuhnya

Zuhi menarik rambutnya, ada raut putus asa diwajahnya. “Apa kau pikir rumahku panti sosial!? Apakah aku boleh memukulmu sampai mati?”

“Baiklah, baiklah. Aku mengerti, kenapa kau selalu berteriak. Apa tenggorokanmu tidak sakit” Jawab Freya santai sembari menyilangkan kakinya (padahal dialah penyebab Zuhi sering berteriak)

“Jika bukan karenamu, mana mungkin aku berteriak! Omong-omong beberapa waktu lalu aku melihat sebuah lowongan pekerjaan untuk menjadi pelayan disebuah club terbesar di kota A” kata Zuhi

“Tapi, apa tidak apa-apa jika harus bekerja di sebuah club?” Dengan sikap polos Freya tentu saja Zuhi merasa kurang aman jika Freya harus bekerja di club malam.

Freya mengambil selimut yang ada di depannya, ia menyelimuti dirinya. “kau tenang sajah, bukankah tidak ada yang menarik dari tubuhku? Semuanya terlihat kecil, tidak akan ada yang berniat menggodaku” Freya menjelaskan dengan santai, sesekali ia menggerakkan bahunya.

“Dasar bodoh, walau bagaimanapun kau tetap perempuan. Meski tidak ada yang bisa dibanggakan dari tubuhmu setidaknya kau memiliki wajah yang cantik!” Zuhi mulai menaikkan kembali volume suaranya

“Kau tidak perlu khawatir, laki-laki zaman sekarang tidak akan memperhatikan wajah cantik. Bukankah laki-laki selalu berkata jika mereka lebih menyukai wanita yang polos dan apa adanya. Yang terpenting adalah bagian tubuh yang menggoda. Dan aku tidak memilikinya” Freya menjelaskan dengan tersenyum.

Apa dia sedang membanggakan dirinya sendiri karena tidak memiliki tubuh yang menggoda? Haisss.. batin Zuhi

“Laki-laki macam apa yang mengatakan hal itu? omong-omong, apakah kau dan Paman Louis itu belum melakukannya?” Zuhi mulai menggoda Freya. Matanya berbinar-binar, ia menggerakan kedua telunjuknya seperti memberi kode.

Freya berteriak “Aku masih suci!”

“Sungguh sangat disayangkan” Zuhi menggelengkan kepalanya.

Apa maksudnya dengan kalimat sangat disayangkan? apa dia akan bahagia jika aku dimakan habis oleh vampir itu? Apakah dia benar-benar temanku? Batin Freya

“Apa kau menikmatinya ketika sedang bercumbu dengan paman Louis” Zuhi masih terus menggoda Freya

“Ya sedikit” pipi Freya merona ketika menjawab pertanyaan Zuhi

“Aha... aku mencium aroma cinta di antara kalian. Ah sudahlah, itu urusan kalian. Kusarankan kau hilangkan dulu bekas gigitan paman Louis, lalu baru pergi mencari pekerjaan” Kata Zuhi

“Apa Club ini benar-benar besar ? Apakah Louis pemiliknya?” Tanya Freya

“Aku rasa bukan. Sepertinya Club ini milik salah seorang pengusaha yang kaya raya, kekayaannya masih dibawah Louis, tapi ia laki-laki yang cukup disegani. Ia juga memiliki banyak aset, dan banyak dari orang-orang mengatakan dia sangat tampan” Zuhi menjelaskannya dengan penuh gairah. Jika bicara soal ketampanan dan uang zuhi selalu bersemangat.

“Siapa namanya?” Tanya Freya

“Entahlah aku tidak tahu pasti” Zuhi menggerakkan bahunya

Setelah cukup lama mereka bercerita, keduanya merasakan mata mereka mulai berat. Sesekali mereka mulai menguap.

Freya melirik jam dinding yang tergantung di kamar temannya, waktu begitu cepat berlalu. Belum lama ia masih berada di sebuah istana yang megah, dan sekarang dia berada di rumah temannya yang bahkan ukurannya lebih kecil dari kamar mandi pribadi milik Louis. Hidupnya seperti Roller coaster, ia tidak pernah tahu kapan akan berada di ketinggian, dan kapan akan berada di titik paling rendah. Yang ia takutkan hanya satu, takut jatuh dari ketinggian itu.