Heavenhell Athanasia Caventry pernah percaya bahwa cinta akan menyelamatkan hidupnya. Namun, lima tahun pernikahan hanya memberinya luka: suami yang mengkhianati, ibu yang menusuk dari belakang, dan kehilangan terbesar, bayi yang tak sempat ia peluk. Saat ia memilih mengakhiri segalanya, dunia ikut runtuh bersamanya.
Namun takdir memberinya kejutan. Heavenhell terbangun kembali di masa remajanya, sebelum semua penderitaan dimulai. Dengan ingatan masa depan yang penuh darah dan air mata, ia bertekad tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain. Ia akan menjauh dari Jazlan, menantang Loreynzza ibu yang seharusnya melindungi, dan membangun kehidupannya sendiri.
Tapi kesempatan kedua ini bukan sekadar tentang mengubah masa lalu. Rahasia demi rahasia yang terkuak justru menggiring Heavenhell pada jalan yang lebih gelap… sebuah kebenaran yang dapat membalikkan segalanya.
Kesempatan kedua, apakah ini jalan menuju kebebasan, atau justru jebakan takdir yang lebih kejam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
emergency contact
Mobil yang dikendarai oleh Alvarez terparkir dengan mulus didepan gedung apartemen Heavenhell. Tadinya Heavenhell minta diturunkan di dekat halte saja agar Alvarez tidak perlu repot-repot mengantarnya masuk kedalam kawasan gedung apartemennya. Namun lelaki itu bersikeras sehingga disinilah mereka berdua saling diam tidak tahu harus berkata apa.
"Jadi lo tinggal disini?" tanya Alvarez memecah keheningan diantara mereka.
"Iya kak."
Alvarez mengangguk singkat lalu menelisik gedung apartemen Heavenhell yang merupakan salah satu tempat tinggal eksklusif di negara ini. Kalau tidak salah gedung ini banyak ditinggali oleh orang-orang kantoran karena lokasinya yang strategis. Alvarez mengasumsikan jikalau Heavenhell ini pasti anak orkay walaupun dari mukanya sudah nampak jelas sih.
"Kak, gue duluan yah. Makasih udah anterin, "kata Heavenhell dengan senyum manisnya membuat Alvarez ikut tersenyum.
"Sama-sama, masa iya gue ngebiarian pacar gue pulang sendirian. Mana baru hari pertama jadian lagi, mau gue anterin sampe depan pintu apartemen lo nggak?"
Heavenhell tersenyum tipis dan menggeleng. "Nggak usah, kak. Ini aja udah cukup kok."
Alvarez menganggukkan kepalanya dan mengelus pelan puncak kepala Heavenhell. Senang sekali rasanya ketika Heavenhell menerimanya. Padahal ia sudah deg-degan ditolak, sampai-sampai ia menyetok banyak cokelat agar jika memang benar-benar ditolak setidaknya dengan memakan cokelat ia bisa tetap tenang dan moodnya stabil. Memang aneh dirinya.
Baru saja Alvarez hendak membantu Heavenhell melepaskan seatbeltnya, jendela mobilnya digedor-gedor dengan keras oleh seseorang.
Dukk... dukk.. dukk..
Sejoli itu kompak terkaget-kaget dan menatap kearah sumber suara. Heavenhell membulatkan matanya sewaktu mendapati Valdrin pada kaca mobil disampingnya dengan raut wajah yang tidak terbaca. Mampus dirinya, pasti Aretha yang mengadukan hal ini pada Valdrin. Dengan pelan Heavenhell menurunkan kaca mobil tersebut.
"Halo, pah," sapa Heavenhell kikuk yang membuat Alvarez terkejut.
"Turun kamu," titah Valdrin.
Bukan pada Heavenhell namun pada Alvarez. Pria paruh baya itu bahkan menunjuk langsung kearah Alvarez dengan mata melotot.
Alvarez menelan ludahnya kasar dan mengangguk dengan sopan. Ia membuka pintu mobilnya dan berjalan kearah Valdrin yang berkacak pinggang didepannya. Heavenhell turut keluar dari mobil dan berdiri di samping Valdrin.
"Kamu siapa? Ngapain kamu berduaan sama anak saya didalam mobil?" tanya Valdrin to the point.
Matanya memandangi mobil didepannya itu. Bagus, merk mobil tersebut merupakan salah satu merk mobil terkenal. Ia juga punya dirumah.
"Nama saya Alvarez, om. Pacar Heavenhell sekaligus Kakak kelas Heavenhell," balas Alvarez grogi. Alamak, belum juga genap sehari ia jadian dengan Heavenhell tapi sudah didatangi oleh ayahnya langsung.
"Bapak kamu kerja dimana?" tanya Valdrin tanpa tendeng aling membuat Heavenhell membulatkan matanya.
"Papah.. ihhh... jangan nanya gitu dong," balas Heavenhell setengah merengek namun tidak dihiraukan Valdrin.
"Jawab cepetan, ngapain diem aja," sentak Valdrin keras membuat Alvarez terkesiap.
"Ayah saya kerja diluar negeri, om."
"Oh, TKI?"
"Papahhh," kata Heavenhell menggoyangkan lengan Valdrin.
"Bukan Om, Ayah saya kerja sebagai Dokter. Dan kebetulan sekarang lagi jadi dokter pribadi salah satu kerabat keluarga saya Om makanya dia lagi ada di Jerman sekarang," jelas Alvarez membuat Valdrin mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kalau kamu kakak kelas Heavenhell, berarti bentar lagi kamu lulus?"tanya Valdrin yang diangguki oleh Alvarez.
"Iya, om. Tahun depan."
Valdrin memicingkan matanya kearah Alvarez. Kalau dari tampangnya sih ok dan gayanya juga bagus sesuai lah sama umurnya. Tidak salah sih kalau Aretha juga naksir dengannya juga. Tapi ia harus mengesampingkan hal itu dulu.
"Apa rencana kamu abis lulus SMA?" tanya Valdrin.
"Saya rencana mau lanjut kuliah di US, Om. Karena kebetulan Mama saya punya bisnis properti jadi saya mau berkarir disana," jawab Alvarez lugas.
"Trus anak saya mau kamu kemanain?"
Heavenhell menghela nafas lelah dengan pertanyaan-pertanyaan berlebihan dari Valdrin. Ia paham jika pria itu hanya bertindak sebagai Ayah yang sedang menginterogasi kekasih putrinya. Tapi nggak gini juga dong, ini mah seperti Alvarez sudah melamarnya saja pakai ditanya hal-hal yang sangat mendetail.
"Kenapa kamu nggak jawab, hah? Mau saya tonjok kamu?" kata Valdrin memperlihatkan kepalan tangannya pada Alvarez membuat lelaki itu tersentak kaget.
"Eh, nggak Om. Ampun. Saya cuman lagi mikirin jawaban yang tepat untuk pertanyaan Om barusan soalnya saya belum tahu pasti gimana kedepannya. Saya sama Heavenhell baru aja resmi jadian hari ini jadi saya belum mempersiapkan rencana apapun untuk kedepannya. Akan saya perbaiki, Om."
Valdrin mengangguk-anggukan kepalanya mendengarkan jawaban Alvarez. Bagus juga, lugas dan tidak terbata-bata. Sebenarnya Valdrin mengharapkan Jazlan yang menjalin hubungan dengan Heavenhell. Namun lelaki didepannya ini tidak buruk juga.
"Kamu ada hubungan apa sama Aretha? Saya dengar dia naksir sama kamu," tanya Valdrin.
Alvarez mengerjapkan matanya sejenak lalu menghela nafas. "Saya sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama Aretha, Om. Saya pure cuman bantuin dia karena kebetulan saya disana. Hanya itu, Om. Saya sayangnya sama Heavenhell makanya saya nembak dia. Selain daripada hal itu, semuanya hoaks, Om"
Alvarez menatap gugup Valdrin yang masih menatapnya dengan selidik. Sudah ia keluarkan semua kemampuan public speakingnya dan semoga Valdrin puas dan tidak menjejalinya lagi dengan pertanyaan lain karena sumpah ia rasanya ingin kencing celana sekarang.
"Ok, sana pulang. Udah sore ini, anak sekolahan kayak kamu itu harusnya dirumah belajar jangan keluyuran mulu," oceh Valdrin.
Alvarez mengangguk dengan cepat dan melangkah kearah Valdrin lalu menyalim tangannya. "Saya pulang dulu, Om. Ave, gue pulang dulu yah. Babay."
Heavenhell mengangguk pelan dan tersenyum kecil membuat Valdrin berdecih kecil. Alvarez yang melihatnya dengan segera masuk kedalam mobil miliknya, sepertinya ia bernafas saja sudah salah di mata Valdrin.
"Kenapa nggak bilang kalau kamu udah punya pacar?" tanya Valdrin pada Heavenhell.
"Lah aku baru ditembak hari ini. Jadi aku baru jadian sama kak Alvarez beberapa jam lalu," jawab Heavenhell mengeratkan genggamannya pada buket bunga mawar yang diberikan Alvarez tadi.
"Itu dari cowok tadi?" tunjuk Valdrin pada buket bunga yang dipegang Heavenhell yang dibalas anggukan oleh gadis itu. Dalam hati Valdrin rasanya ingin menempeleng kepala Alvarez yang berani-beraninya memacari anaknya tapi yaudahlah Heavenhell juga udah gede dan keliatan enjoy aja.
Valdrin mengelus pelan puncak kepala Heavenhell.
"Wahh.. anak Papa udah gede, udah tambah cantik. Buktinya si anak ingusan tadi udah jadi pacar kamu trus ngasih kamu bunga. Tapi apapun itu, kamu bakal tetep jadi putri kecil Papa. Baik-baik yah sama Alvarez, nanti kalau dia ngapa-ngapain kamu tinggal telfon Papah aja. Nanti Papah tendang muka dia kalau dia sampai nyakitin putri Papah ini," tutur Valdrin dengan tulus. Ah, waktu berlalu dengan sangat cepat. Jangan sampai ia lengah sedikit, Heavenhell malah menikah.
Heavenhell merasa terenyuh dengan ungkapan tulus dari Valdrin. Tidak ada yang berubah sama sekali. Di kehidupannya dulu, ia selalu siap sedia menjad emergency contactnya tapi Heavenhell saja yang bodoh karena terkungkung dengan rasa tidak enak dan berakhir menderita sendirian. Dan sekarang tidak lagi, ia benar-benar akan membiarkan Valdrin menjalankan perannya sebagai Papah di kehidupannya ini. Biarlah Aretha mengambil Loreynzza, toh diatas Loreynzza ada Valdrin. Jadi tetap ia pemenangnya.