Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.
Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.
Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah
.
.
.
"Namaku Samudera, kalau ingin tahu, " ucapnya dengan senyum menyeringai lalu pergi dari hadapan Elsheva, tanpa basa-basi lagi. Els sudah membuka mulutnya ingin memaki, tapi pria itu sudah lebih dulu melewatinya. Meninggalkan aroma citrus-woody yang khas.
ELsheva yang kesal melempar handuk kecilnya berniat menimpuk Samudera, namun pria itu justru menangkapnya dan mencium handuk Els lalu membawanya pergi. Elsheva makin kesal dibuatnya, senang sekali pria itu mengaduk-aduk perasaan Elsheva.
"Samudera jelekkkk!!!" pekik Elsheva, menghentakan kakinya. Pipinya masih panas, bukan karena marah sepertinya, tapi karena ciuman singkat tadi, yang sialnya membekas di bibir Els.
"Bebb, lo nggak apa-apa? " Bella segera berlari panik masuk ke ruang ganti setelah melihat Samudera keluar.
"Gila tuhh cowok! Masuk ruang ganti cewek terus godain Gueee, hufhh! Awas aja sampai ketemu lagi, gue timpuk beneran, " gerutu Els, dia benar-benar kesal pada Samudera yang sudah kurang ajar menciumnya tanpa permisi tadi.
"Kayaknya dia suka sama lo dehh, beb, " seru Helza seraya melihat ke arah pria itu menghilang, " tadi tuh, dia paksa kita untuk keluar diam-diam biar dia bisa ngobrol berdua bareng, lo, " lanjutnya lagi.
"Kenapa kalian kasih dia ijin masuk? Harusnya halangi, huhuhu,"
"Ish! Lo nggak tahu apa kalau kak Samudera itu punya sepasang mata tajam yang tidak ramah pada siapa pun. Kecuali lo, mungkin. Kita sekali di gertak aja udah ciut, beb."
"Rese banget si dia! Cowok kayak gitu kok banyak yang ngefans. Mereka belum tahu aja kelakuan mesumnya."
"Emang dia ngapain, sampai lo bilang mesum, beb?" sahut Helza cepat, ia curiga kalau Samudera sudah berlaku kurang ajar pada sahabatnya itu.
Els meringis, tidak mungkin, kan, dia jujur kalau Samudera barusan mendiumnya. "Y-ya itu tadi, main masuk aja ke ruang ganti cewek. Apa coba namanya kalau bukan pria mesum?"
Akhirnya mereka bertiga pulang ke appart milik Els, setelah sebelumnya membeli banyak makanan dan minuman kaleng untuk menemani mereka nonton drakor bersama. Els merasa harus sibuk bersama kedua sahabatnya agar ia tidak uring-uringan terus gara-gara ulah Samudera.
Namun, begitu pintu appartemen terbuka, mereka dibuat terkejut seketika. Heksa sudah berada di sana, duduk santai di sofa ruang tamu menunggunya. Biasanya dia memberi kabar kalau akan datang tapi kali ini tidak.
"Lohh, Oppa, kok dateng nggak bilang-bilang. Aku baru pulang ng-gym. " ucap Els sedikit gugup. Ia menebak kalau ada hal serius yang akan Heksa sampaikan pasti. Apa ketakutanya benar-benar terjadi?
"Bete di rumah, yaanggg." jawab Heksa ringan.
Helza dan Bella saling pandang. "Kalau gitu, kita cabut dulu yaa. Besok-besok aja kita nontonnya yaaa.. hihi." mereka meringis langsung berbalik badan, siap-siap pindah ke unit milik Helza. Acara nonton mereka harus gagal lagi karena Heksa sepertinya.
"Sorry girlss, gue pengin Els gue sekarangg, " ucap Heksa sebelum kedua sahabat itu benar-benar pergi.
"Iyaa Mass, nggak apa-apa, kita pulang ajaa, bye Els. " Keduanya berjalan cepat keluar appart.
Els menaruh belanjaan di meja, lalu menoleh pada pria itu. “Aku belum mandi, yangg. Tunggu sebentar ya… kamu sih nggak kabarin.”
“Aku mandiin aja, biar lebih bersih,” sahut Heksa sambil mengikuti langkah Els menuju kamar mandi.
Els hanya terkekeh, menyerah pada sifat dominan pria itu. Meski tubuhnya masih lelah efek olahraga tadi, tapi tujuan Heksa menemuinya pasti untuk satu hal itu. Els tidak mungkin bisa menolaknya. “Okaay, sayang. Yuk.”
Mereka pun larut dalam keintiman di bathtub, aroma rose dari busa-busa yang menenggelamkan tubuh mereka makin membuat suasana romantis. Els duduk di depan Heksa, punggungnya bersandar di dada bidang pria itu. Air hangat bercampur dengan desah napas dan sentuhan, membuat ruang sempit itu penuh dengan hawa panas yang menggebu.
Setelah mencapai puncak bersama, Els akhirnya meminta waktu untuk benar-benar mandi. Tubuhnya letih setelah olahraga pagi dan “sesi tambahan” barusan. Ia butuh makan untuk mengisi energi.
" Oppa, tumben mingguan kesini? " Els bergegas menyiapkan makanan yang ia beli tadi, setelah menyelesaikan ritual mandinya. Sedangkan Heksa yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya langsung berhenti, menghampiri lalu memeluk Els dari belakang. Lengannya melingkar di pinggang gadis itu, sementara bibirnya mencari-cari leher jenjang Els.
" Memangnya nggak bolehh aku hari minggu kamu kesinii, hm? " Heksa seolah belum puas dengan kegiatan di kamar mandi tadi. Rambut panjang Els yang terbalut handuk tinggi menampakan jelas leher jenjangnya yang mulus dan pasti menggoda bagi Heksa. Dia terus mengecupi leher jenjangnya, tangannya mulai jahil menarik sedikit tali tanktop yang Els kenakan lalu menghisap kuat bahunya sampai meninggalkan jejak di sana.
"Yaa, kan selama ini weekend pasti kamu nggak mungkin ada buat aku."
" Ssttt, Opaaa, makann dulu ish. Bukannya nggak boleh, cuma kan aku tadi malah masih keringetan abis gym. Kalu ngomong dulu aku jadi bisa mandi di sana, pulang udah wangi deh."
"Lagi keringetan justru makin seksi sayangg. I always missing youuuu. I'll be crazy if you go."
Els mendadak menghentikan gerakannya, ia beralih menatap Heksa dengan raut wajah serius.
"Kalau tiba-tiba kita ketahuan, kamu akan hilangin aku kemana? "
Heksa terdiam sesaat, lalu menghela napas, santai. "Heii, kenapa ngomong gitu tiba-tiba? Aku udah janji kan kalau nggak akan membuat kamu dalam kesulitan, Hmm? "
" Misal yangg, kan kita nggak tahu. Kemarin aja aku ketemu mbak Davina di salon. Jantungku mau copot rasanya, takut bangett sungguh. Aku nggak tau kalau harus ngadepin dia gimana nanti." Heksa meraih dagu Els, mengarahkan untuk menatap dia sepenuhnya, sebelah tangannya memegang lengan Els dengan lembut.
"Kenapa nggak bilang? Dia nggak nyakitin kamu kan? Hmm ?"
Els menggeleng pelan sambil tertunduk. " Nggak yang, cuma aku jadi kepikiran aja gimana kalau dia tba-tiba tahu?"
" Nggak akann sayangg, I'll be protect you. Kita akan baik-baik ajaaa, percaya sama aku, ya?" kata Heksa sambil mengecupi wajah Els, lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Aku punya hadiah buat istri kecil aku ini. "
" Wooww! Cantiik bangettt. " pekik Els, ia menatap penuh binar pada sebuah gelang bermotif bunga daisy di depannya.
" Aku pasangin, yaaa? Ini aku beli kemarin sebenarnya tapi baru sempat aku kasihkan sekarang." Heksa sebenarnya tipe suami idaman banyak wanita. Semua love language dia borong, dia suka memberi hadiah, suka berujar romantis dan kalau bisa ia kan selalu quality time dengan Els, sayangnya dengan posisi mereka sekarang hanya bisa sembunyi-sembunyi.
"Makasihh, cantiikk bangett. Aku sukaaa! " ujar Els sambil melompat ke dalam pelukan prianya itu, Heksa pun dengan sigap menangkap tubuh kesayangannya untuk digendong dengan mudah.
"Tapi, aku lebih suka kamu di sini, Oppa." Els mengeratkan tangannya yang melingkar di leher Heksa. Baginya melayani Heksa bukanlah sebuah beban atau tugas semata. Biar bagaimanapun Heksalah penyelamat hidupnya. Els sangat menikmati pekerjaannya ini.
"Kalau gitu aku nggak pulang aja hari ini, " balas Heksa, dengan tatapan menggoda.
"Seriusss... ?"
"Iyaa, tapi kita begadang malam ini, okay?"
" Iishh, siappp kaptenn! Tapi sebelum itu temenin aku ngerjain tugas dulu. Tugasku numpuk, yangg. Kalau nggak dicicil ngerjainya nanti kewalahan pas weekend. Belum lagi aku ada praktek juga di minggu terakhir nanti."
Heksa menyimak celotehan Els dengan sabar. "Iyaa, sayangg. Aku temenin, semangat, ya, calon dokter." kata Heksa, mencubit pelan hidung Els.
"Tenang aja, uang yang kamu keluarkan buat aku nggak akan kembali dengan sia-sia, yangg," balas Els bangga.
"Mau kamu sia-siakan juga nggak apa-apa, yangg. Aku bakal lebih rajin lagi cari duitnya."
.
.
.
semangat kakak 🤗🤗