NovelToon NovelToon
Bahagia Untuk Kanaya

Bahagia Untuk Kanaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jeju Oranye

Kisah seorang gadis bernama Kanaya, yang baru mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung di keluarga nya saat umurnya yang ke- 13 tahun, kehadiran Aria-- sang anak kandung telah memporak-porandakan segalanya yang ia anggap rumah. Bisakah ia mendapatkan kebahagiaannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BUK- 22 : Tak terduga

"MasyAllah non, non cantik banget, " puji mbak Ratmi tulus dengan binar wajah yang kagum, setelah selesai mendandani Kanaya. Tangannya sampai refleks merapikan sedikit lipatan di gaun biru gelap yang membalut tubuh gadis ber pinggang ramping itu. Gaunnya sederhana, tidak berlebihan, tapi justru membuat aura anggun Kanaya semakin memancar. Rambut hitamnya dibiarkan terurai dengan sedikit sentuhan gelombang alami dan di tambah dengan riasan tipis-tipis namun tetap flawless, membuat penampilan Kanaya seperti peri dalam lukisan.

Kanaya menatap pantulan dirinya di cermin besar. Tatapannya datar, tanpa ekspresi berbunga-bunga meski ia tahu dirinya tampak begitu berbeda. “Cantik atau enggak, percuma, Mbak. Di mata mereka aku tetap sampah,” ucapnya lirih, bibirnya melengkung membentuk senyum miris.

"Non…” Mbak Ratmi menatapnya dengan iba. Tapi sebelum ia bisa berkata lebih, suara panggilan nyaring terdengar dari luar.

“Kanaya! Lama banget sih lo! Jangan bikin malu keluarga, deh!” Suara itu milik Jendra.

Kanaya terkekeh pelan, menarik napas dalam, lalu berdiri. “Tuh kan, belum apa-apa udah mulai. Yuk, Mbak. Kita hadapi medan perang ini, " katanya, meski dengan bernada ceria namun mbak Ratmi tahu di baliknya tersimpan luka yang bahkan belum mengering.

Sementara itu, di kamar serba mewah di lantai dua milik Aria, gadis itu tengah berdiri di depan cermin riasnya. Gaun putih gading dengan potongan modern sudah melekat di tubuhnya. Ia memutar tubuh ke kanan-kiri, tersenyum puas melihat pantulan dirinya.

“Pasti Revan bakal terpana lihat gue malam ini,” bisiknya pada diri sendiri.

Sejak beberapa waktu terakhir, Aria memang semakin dekat dengan Revan Mahendra, mungkin semenjak insiden penolakan yang di alami Revan waktu itu, karena biasanya Revan akan bersikap biasa setiap kali bertemu dengan nya,namun setelah ia menghubungi lebih dulu dan memberikan dukungan untuk Revan karena di tolak Kanaya,hubungan mereka malah berkembang semakin dekat, meski hanya intens di kolom chat WA. Bagi Aria, penolakan Kanaya waktu itu justru jadi kesempatan emas untuk merebut hati Revan sekaligus menjatuhkan Kanaya.

“Dan malam ini… gue bakal bikin lo kelihatan kayak sampah, Kanaya,” gumamnya lagi sambil mengoles lipstik merah muda.

Aria sudah merencanakan segalanya. Ia tahu Kanaya nggak punya banyak koleksi pakaian mewah. Bahkan kalaupun Mbak Ratmi memilihkan gaun, pasti kalah jauh dibanding koleksi pribadinya.

“Biar semua orang tahu, anak pungut nggak pantas duduk di meja sama keluarga kelas atas, " katanya lagi sambil merapikan rambut nya yang baru di catok lurus dan bergaya eksis sekali lagi sebelum keluar dari kamar mewahnya.

Kanaya dan mbak Ratmi berjalan keluar dari kamar. Di ujung lorong, mereka berpapasan dengan Aria yang sudah berdiri dengan gaun mewah kebanggaan nya, rambutnya disanggul anggun, perhiasan berkilau di leher dan telinganya. Senyumnya lembut, matanya tampak teduh… namun Kanaya tahu betul, di balik itu semua tersimpan niat menusuk.

“Cantik juga lo malam ini, Nay,” ujar Aria dengan nada lembut, tapi ujung bibirnya melengkung sinis. “Jangan sampai bikin salah ya. Soalnya semua mata bakal tertuju ke meja makan nanti. Gue nggak tega kalau lo jadi bahan omongan tamu-tamu Papa.”

Kanaya balas tersenyum tipis. “Tenang aja, Ri. Gue cukup bisa bedain sendok sama garpu kok. Lo nggak perlu khawatir.”

Jawaban santai namun bernada sarkastik itu membuat senyum manis Aria menegang sepersekian detik. Namun ia segera menguasai diri, meraih tangan Kanaya seolah-olah penuh kasih sayang. “Yaudah, yuk kita turun bareng. Biar kelihatan kompak.”

Kanaya membiarkan dirinya dituntun, meski hatinya eneg. Kepura-puraan Aria seakan menguar harum palsu yang bikin sesak dada.

...----------------...

Ruang makan keluarga Arkatama malam itu disulap mewah. Lampu kristal besar menggantung megah, menerangi meja panjang dengan hiasan lilin elegan dan bunga segar. Para pelayan sibuk menyiapkan hidangan pembuka. Tuan Abiyasa duduk di kursi utama, wajahnya tegas dan berwibawa, sementara istrinya--nyonya Tania, duduk di sisi kanan dengan balutan kebaya modern.

Areksa dan Rayyan sudah duduk di kursi masing-masing, berbicara rendah tentang urusan perusahaan. Suasana terasa formal, penuh tekanan tak terlihat.

Sementara Jendra dan Javier baru tiba dan langsung menempati tempat duduk.

Begitu Kanaya dan Aria turun, semua kepala menoleh. Aria langsung tersenyum manis, seolah dirinya putri yang paling pantas berdampingan dengan keluarga kolongmerat. Sedangkan Kanaya berjalan tenang, tidak peduli pada tatapan menilai dari semua orang.

“Bagus. Kalian tepat waktu,” ujar Tuan Abiyasa, matanya menatap Kanaya sebentar, lalu segera beralih ke Aria.

Javier dan Jendra mendekat begitu melihat Aria datang, keduanya seolah saling bersaing untuk menarik kursi untuk Aria duduk, membuat sudut bibir gadis itu berkedut menahan senyum. "Ah, terimakasih kakak- kakak ku yang baik. "

Jendra tersenyum tipis sambil mengusap pucuk kepala Aria. "Santai dek, oh ya btw malam ini kamu cantik banget. "

Seperti biasa dengan kelembutan Aria tersenyum sambil tersipu malu. "Ah, kak Jendra bisa saja, oh Kak Kanaya malam ini juga cantik banget loh. "

Jendra justru mendengus sinis, sementara Javier kemudian menimpali. "Gak ada yang lagi ngomongin dia dek, ngapain kamu singgung. Hanya kamu malam ini yang menjadi princess arkatama. "

"Aaa, kak Vier jangan ngomong gitu, gak enak sama kak naya. Kak Naya juga menawan malam ini, " katanya dengan nada tak enak namun dalam hati ia justru tertawa puas, sambil melirik ke arah Kanaya berharap gadis itu meradang.

Namun Kanaya tetap tenang, duduk di kursinya dengan anggun dan sorot matanya yang berfokus kedepan seolah tidak menganggap mereka ada.

Sedikit kesal karena tak ada tanggapan serius dari Kanaya membuat Aria mencondongkan tubuhnya ke arah gadis itu.

"Gimana rasanya di roasting di depan muka langsung sama orang yang dulu terasa sangat dekat dan akrab? gak enak ya? " Bisik Aria, sengaja ingin memanas- manasi Kanaya.

"Ups, tapi sebelum ini juga emang sering sih nunjukin kebencian itu buat lo, " imbuhnya dengan bisik bernada rendah namun tajam menusuk.

Tapi Kanaya tetap duduk dengan tegap, tak terpengaruh sama sekali, ia seperti pohon besar yang bahkan di terpa angin kencang namun tetap berdiri dengan kokoh.

Merasa kesal sendiri membuat Aria akhirnya duduk kembali ke tempat duduknya sambil menyandarkan punggung dan melipat tangan di depan dada.

Sementara itu Areksa yang duduk bersebrangan dengan Kanaya, menatap adiknya itu dengan lekat, membuat Kanaya lantas menoleh ke arahnya.

Mengernyit bingung karena tatapan areksa yang tak juga beralih membuat Kanaya bertanya melalui ekspresi wajah.

Dan seolah mengerti kode itu, Areksa tersenyum dengan lembutnya. "Kamu cantik banget hari ini dek. "

Jantung Kanaya serasa ingin melompat dari tempat nya, dia tertegun selama beberapa detik. Ah, Kata-kata itu lama sekali tak pernah ia dengar lagi. Terakhir kali mungkin saat ulang tahun nya yang ke- 13,saat kehidupannya masih baik- baik saja.

Rasanya Kanaya ingin menangis saat ini. Namun ia menahannya dan tetap berekspresi biasa.

Tak lama, tamu spesial yang di bicarakan akhirnya tiba. Pintu besar dibuka, masuklah pasangan paruh baya yang tampak elegan dan glamor, bersama dua anak laki-laki mereka.

Tuan Abiyasa dan nyonya Tania berdiri lebih dulu untuk menyambut lalu memberi isyarat pada anak-anak mereka untuk ikut.

"Selamat datang pak Wiratama sekeluarga, selamat datang di hunian kami yang sederhana ini. "

"Hahaha, jangan terlalu formal gitulah Abiyasa, kita kan sudah seperti sahabat karib. "

Abiyasa tertawa, lalu mempersilahkan tamunya itu untuk duduk.

Sementara Kanaya masih di tempat duduknya, riuh percakapan mereka terdengar jelas di telinganya, ia yang awalnya menatap ke lantai mau tak mau ikut bangkit namun gerakannya terhenti ketika melihat sepasang sepatu mahal berjalan ke arahnya.

Kanaya mengernyitkan dahi, tatapannya semakin naik dari sepasang sepatu itu sampai ke raut wajah tampan yang terasa familiar di otaknya.

Pemuda itu tersenyum miring saat sepasang mata bulat Kanaya berhadapan langsung dengan kedua matanya yang tajam bagai elang.

"Hai ... kita bertemu lagi, princess. "

"Kanaya sontak membelalakkan matanya, " Elo! "

*****

1
Keyraaleyababy Keyraaleya
lanjut dong thoor bagus ceritanya
Aiyaa writer
Keren
Dancingpoem
❤❤❤❤❤
nonoyy
astaga keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya sunguh malang nasibmu naya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!