"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-20.
2 Hari kemudian.....
Kondisi Ratu sudah membaik, gadis kecil itu sudah di perbolehkan pulang bahkan hari ini Ratu akan diantar oleh Nayya pulang ke rumah.
Satu hal lagi, Ratu sudah cukup dekat dengan Nanda, itu semua karena respon Nanda yang begitu hangat pada Ratu makanya anak itu merasa nyaman.
Kini Ratu sudah berada di dalam mobil bersama Ravin dan Nayya, Ravin menyetir sendiri sementara Nayya duduk di kursi penumpang sambil menggendong Ratu.
"Ratu senang sayang?" tanya Ravin mengusap pucuk kepala Ratu, anak itu menatap Ravin dengan mata berbinar cerah.
"Cenang Papa, cekalang kan Latu cudah punya Opa balu cekalang." celoteh Ratu bersemangat, Nayya terkekeh pelan.
"Doain Opa ya semoga cepet sembuh supaya nanti bisa main lagi sama Ratu." ucap Nayya penuh harap.
"Aamiin....." Ravin dan Ratu mengaminkan doa dan keinginan Nayya.
Nanda saat ini ditemani oleh Vira dan kedua orang tuanya, kebetulan mereka sedang menjenguk Nanda, jadi Nayya bisa mengantar Ratu dahulu sebelum kembali ke rumah sakit.
"Nayya kapan Pak Nanda pulang?" tanya Ravin penasaran, pria itu melirik Nayya sekilas.
"Belum tau Pak, Ayah harus tetep di observasi kalo kondisinya makin membaik Ayah bisa pulang secepatnya." jelas Nayya, Ravin menganggukan kepalanya.
"Kalo gitu nanti saya bantu kepulangan Ayah kamu."
"Makasih Pak." ucap Nayya tulus.
"Saya juga harus berterimakasih sama kamu." Ravin kali ini sedikit melunak, dan harus Nayya akui Ravin banyak membantunya terutama tentang perawatan Ayahnya selama ini.
Suasana di mobil kini di penuhi canda tawa Ratu, Nayya bahkan sesekali ikut tertawa.
Ravin fokus menyetir, tapi pikirannya melayang pada kejadian 2 hari lalu, dimana Nanda ingin berbicara empat mata dengannya.
HUH!
Terdengar hembusan nafas berat dari Ravin, entah apa yang dibicarakan Ravin dan Nanda saat itu, bahkan Nayya sendiri tidak tau.
****
Ratu akhirnya sampai ke rumah, di rumah sudah ada Dea dan Raka yang menyambut Ratu.
Anak kecil itu begitu bahagia karena semua orang menyambutnya dengan bahagia, semua orang masuk kedalam rumah.
"Nayya makasih banyak ya udah nemenin Ratu, padahal Tante tau Ayah kamu juga masih di rumah sakit." Dea menggenggam erat tangan Nayya, kini Ratu sedang membuka hadiah dari Ravin dan Raka.
Mereka nampak bahagia, Ravin juga sengaja mempersiapkan semua hadiah untuk Ratu sebagai apresiasi atas kesembuhan Ratu, hal ini juga sebagai bentuk permintaan maaf Ravin, pria itu akan memperbaiki semua keselamatannya.
"Sama-sama Tante, Nayya juga harus berterimakasih sama Pak Ravin udah bantu datangin tim dokter." ucap Nayya tulus, Dea mengelus tangan Nayya.
"Semoga kondisi Ayah kamu membaik ya Nak, nanti Tante sama Om pasti sering kunjungin Ayah kamu." ujar Dea.
"Aamiin..." Nayya mengaminkan.
Dea dan Nayya pun berbincang hangat, Dea banyak bertanya mengenai kondisi Ayah Nayya, dan tentunya Dea akan membantu Nayya.
****
Nayya akan segera kembali ke rumah sakit, namun Ravin meminta Nayya untuk berbicara sebentar di luar.
"Ada apa Pak?" tanya Nayya, dia sebenarnya sedikit tidak nyaman harus berbicara berdua dengan Ravin, makanya sekarang Nayya duduk sedikit jauh dari Ravin.
"Nayya, apa kamu udah punya calon suami?" Ravin balik bertanya, Nayya cukup terkejut mendengar pertanyaan dari Ravin.
"Kenapa Bapak nanya itu?"
"Jawab aja bisa?" wajah Ravin masih datar seperti biasa, memang bicaranya sudah melunak sedikit tapi tetap saja wajahnya masih datar.
"Saya belum kepikiran menikah, lebih tepatnya belum ada jodohnya lagi pula fokus saya sekarang mau bahagiain Ayah dulu." jelas Nayya serius, Ravin menganggukan kepalanya.
"Saya ngerti, kalo misalkan ada yang melamar kamu secara mendadak gimana?" Nayya mengerutkan keningnya.
"Maksud bapak gimana sih? jujur saya gak ngerti apa yang Bapak bicarakan, maksud Bapak apa?" tanya Nayya pelan.
Ravin menarik nafas pelan, dia bukanlah pria yang pandai berbasa-basi, Ravin itu langsung mengatakan intinya.
"Maaf Nayya, saya hanya bertanya...."
"Nayya kamu tau sendiri kan kalo Ratu menginginkan seorang Ibu." ucap Ravin menatap Nayya serius.
"Hubungannya sama saya apa Pak?" tanya Nayya gugup, walaupun sebenarnya dia sudah tau apa yang sedang Ravin pikirkan.
"Saya mau kamu jadi Ibu sambung Ratu! Dan saya gak menerima penolakan!"
Deg!
"A-apa?!" Nayya tercengang, bisa-bisanya Ravin mengatakan hal itu tanpa keraguan.
"Iya saya rasa itu-"
"Arghhh!" belum sempat Ravin melanjutkan perkataannya, telinganya sudah dijewer oleh Dea yang ternyata sengaja menguping.
"Bagus ya, emang sopan kamu bilang begitu sama anak orang." omel Dea kesal, putranya yang kaku itu memang selalu membuatnya naik darah.
"Mi, kan aku cuma-"
"Diem! Sekarang kamu masuk! Kalo masih berani keluar atau maksa Nayya, Mami pukul kamu ya." semprot Dea galak, Ravin memberenggut sebal.
"Galak banget sih Mami!" Ravin segera masuk kedalam rumah, masalahnya telinga nya terasa kebas karena jeweran Dea begitu keras.
"Padahal aku cuma nanya, aku juga belum selesai jelasin permintaan Ayahnya Nayya." gumam Ravin menggosok telinganya yang masih terasa sakit.
Sementara itu Dea langsung mengelus lembut pundak Nayya yang masih terdiam karena terkejut.
"Maafin Ravin ya Nayya, dia memang pemaksa nanti Tante yang bicara sama dia, kalo nanti memang Ravin serius sama kamu, bukan dengan cara seperti ini kamu tetap berhak memilih."
Nayya masih terdiam, rasanya dia masih terkejut dengan ucapan Ravin, mana terdengarnya seperti paksaan pula.
"Tante saya ngerti, kalo gitu saya pamit pulang dulu Assalamualaikum." ucap Nayya mencium tangan Dea.
"Waalaikumsalam.."
Dea hanya bisa melihat punggung Nayya yang semakin menjauh, wanita paruh baya itu menarik nafas pelan.
"Dasar anak nakal, bisa-bisanya dia bikin Nayya syok berat bukannya dibujuk pelan-pelan malah kaget." gumam Dea menggerutu, memang menyebalkan Ravin yang datar itu.
****
Ravin mendadak dapat panggilan dari Leo asistennya, padahal tadi Ravin kembali menemani Ratu.
[Ada apa? Kalo gak ada masalah penting, lebih baik tutup telponnya.] suara Ravin terdengar dingin, dia sedang tidak mau diganggu apalagi ini menyangkut Ratu.
[Ini penting Bos, soal Tari dan Ibunya.] ucap Leo disebrang sana, tangan Ravin mengepal kuat.
[Jelaskan!]
[Semua bukti sudah jelas Bos, dan sekarang tinggal menunggu perintah dari Bos, saya dapat informasi dari anak buah yang mengawasi mereka, Tari dan Ibunya mulai bergerak untuk mencari perlindungan dari Ayah mertua anda....]
[Ck! ] Ravin berdecak sebal, dia sudah menduga semua ini akan terjadi tapi Ravin sedang menunggu bukti valid agar Ayah mertuanya itu percaya jika istri dan anak tirinya itu sangat licik.
[Yang paling mengkhawatirkan, mereka sepertinya akan memanfaatkan Ratu untuk menghasut Ayah mertua anda, sekaligus Ratu akan jadi ancaman supaya Anda mau menuruti keinginan mereka...]
[KURANG AJAR! ]
Bersambung.........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....