NovelToon NovelToon
七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

七界神君– Dewa Penguasa Tujuh Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan / Perperangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Tujuh dunia kuno berdiri di atas fondasi Dao, dipenuhi para kultivator, dewa, iblis, dan hewan spiritual yang saling berebut supremasi. Di puncak kekacauan itu, sebuah takdir lahir—pewaris Dao Es Surgawi yang diyakini mampu menaklukkan malapetaka dan bahkan membekukan surga.

Xuanyan, pemuda yang tampak tenang, menyimpan garis darah misterius yang membuat seluruh klan agung dan sekte tertua menaruh mata padanya. Ia adalah pewaris sejati Dao Es Surgawi—sebuah kekuatan yang tidak hanya membekukan segala sesuatu, tetapi juga mampu menundukkan malapetaka surgawi yang bahkan ditakuti para dewa.

Namun, jalan menuju puncak bukan sekadar kekuatan. Tujuh dunia menyimpan rahasia, persekongkolan, dan perang tak berkesudahan. Untuk menjadi Penguasa 7 Dunia, Xuanyan harus menguasai Dao-nya, menantang para penguasa lama, dan menghadapi malapetaka yang bisa menghancurkan keberadaan seluruh dunia.

Apakah Dao Es Surgawi benar-benar anugerah… atau justru kutukan yang menuntunnya pada kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Pagi itu, langit Sekte begitu cerah. Matahari perlahan merayap naik, menembus awan tipis dan memantulkan sinarnya pada salju yang masih tersisa di puncak gunung. Embun dingin masih menggantung di dedaunan, berkilau bagai permata kecil.

Xuanyan melangkah keluar dari ruangannya dengan langkah tenang. Napasnya menghembuskan kabut putih yang dingin, menyatu dengan udara segar pegunungan. Matanya menatap ke langit biru jernih, sejenak hatinya terasa lapang.

“Aku tak menyangka…” gumamnya lirih, “…keadaanku akan berubah total seperti ini.”

Dulu ia hanyalah murid yang diremehkan, bahkan dianggap tak berguna. Namun sekarang, tubuhnya dipenuhi kekuatan Dao Es Surgawi, dan sekte menatapnya dengan penuh harapan. Perubahan itu begitu cepat, seakan mimpi yang terlalu indah untuk dipercaya.

Namun sebelum Xuanyan tenggelam terlalu dalam dalam pikirannya, sebuah suara lembut namun hangat memecah kesunyian.

“Xuan’er, kau sudah makan?”

Xuanyan menoleh, dan senyumnya langsung merekah. Di sana berdiri Xueya, ibunya, dengan wajah yang selalu membuat hatinya damai. Rambut hitam panjangnya tergerai lembut, dan sorot matanya penuh kasih sayang yang tak pernah pudar.

“Belum, Ibu. Tapi nanti aku akan makan,” jawab Xuanyan sambil tersenyum.

Xueya langsung mengerutkan keningnya, lalu mengomel dengan suara lembut khas seorang ibu. “Kau ini bagaimana sih? Masih dalam tahap pertumbuhan, apalagi sekarang menjadi kultivator. Kau harus makan banyak dan tepat waktu. Kalau tidak, bagaimana tubuhmu bisa menahan Qi yang terus meningkat? Apa kau mau jatuh sakit sebelum menghadapi ujian putra suci sekte bulan depan?”

Xuanyan hanya bisa tersenyum kecut. Ia tahu tak ada gunanya berdebat dengan ibunya. Dengan lembut, ia menggenggam tangan Xueya. “Semuanya baik-baik saja, Ibu. Aku berjanji akan berlatih sungguh-sungguh. Percayalah, aku tidak akan mengecewakanmu.”

Xueya terdiam sejenak, lalu tiba-tiba meraih tubuh Xuanyan ke dalam pelukannya. “Meskipun kau sudah menjadi kultivator, ternyata sikapmu masih sama seperti Xuanyan yang dulu. Hati-hati tapi keras kepala.” Dia tersenyum tipis, kemudian menatap wajah anaknya lekat-lekat. “Dan wajahmu ini… semakin tampan saja. Dengan begini kau tidak akan kesulitan mencari istri.”

Xuanyan langsung batuk canggung, wajahnya memerah. “Ibu… jalanku masih panjang. Aku masih muda, belum waktunya memikirkan hal-hal seperti itu.”

Xueya malah tersenyum nakal. “Justru karena masih muda, kau harus mencari perempuan baik-baik. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.”

Xuanyan hanya bisa tersenyum kaku, tidak tahu harus menjawab apa.

Saat itu, suara jernih terdengar dari kejauhan.

“Hei, Xuanyan! Halo, Bibi Xueya!”

Xuanyan menoleh, dan mendapati sosok anggun berjalan menghampiri. Gaun biru muda yang dikenakan Yueran berkibar lembut, menambah keanggunan pada setiap langkahnya.

“Yueran!” Xueya tersenyum hangat. “Ada perlu apa kau datang pagi-pagi begini?”

Yueran sedikit tersenyum, lalu menunduk sopan. “Bibi, aku punya sesuatu yang harus kubicarakan dengan Xuanyan.”

Xuanyan sedikit terdiam, menunggu reaksi ibunya. Xueya menatap keduanya sebentar, lalu tersenyum kecil. “Kalau begitu, pergilah. Tapi ingat, Xuanyan, setelah itu kau harus sarapan.”

Xuanyan mengangguk, lalu mengikuti Yueran keluar.

Di jalan menuju halaman sekte, Xuanyan menoleh pada Yueran dan berbisik. “Kak, terima kasih. Berkatmu aku bisa lepas dari genggaman ibu.”

Yueran tertawa kecil, matanya berbinar-binar. “Kau sepertinya lebih kewalahan melawan ibumu daripada menghadapi musuh yang kuat, ya?”

Xuanyan tersenyum pahit. “Sejauh ini, ibu memang lawan yang tak tertandingi.”

Kali ini Yueran benar-benar tertawa, suaranya seperti denting lonceng yang lembut. Xuanyan ikut tersenyum, merasa lega melihat ekspresi cerianya.

“Bagaimana kondisimu akhir-akhir ini?” tanya Yueran, suaranya berubah serius.

“Jauh lebih baik, Kak,” jawab Xuanyan jujur. “Qi-ku sudah stabil, dan tubuhku perlahan menyesuaikan diri dengan Dao Es Surgawi.”

Yueran mengangguk puas. “Bagus. Tapi aku tahu kau pasti bosan terus berada di dalam sekte. Karena sekarang kau sudah menjadi kuat, kenapa tidak mencoba menjalankan misi sekte? Itu akan menambah pengalaman sekaligus pengetahuanmu tentang dunia luar.”

Xuanyan merenung sebentar, lalu mengangguk mantap. “Ya, aku memang sempat kepikiran soal itu.”

“Kalau begitu,” Yueran melanjutkan, “pergilah ke papan misi. Pilih satu tugas yang sesuai dengan levelmu. Itu akan jauh lebih berguna daripada hanya berlatih di dalam sekte.”

Xuanyan menatapnya dengan rasa hormat dan terima kasih. “Tentu saja, Kak.”

Namun di dalam hatinya, Xuanyan tanpa sadar bergumam. Lelaki yang menjadi suami Kak Yueran pasti akan sangat beruntung…

Sekejap wajahnya memanas, dan ia buru-buru menepis pikirannya. Apa sih yang kupikirkan?!

Yueran yang memperhatikan perubahan ekspresinya langsung mengernyit. “Ada apa, Xuanyan? Wajahmu merah sekali. Apa kau sakit?”

Xuanyan buru-buru mengibaskan tangannya. “T-tidak, Kak! Aku baik-baik saja. A-aku akan pergi ke papan misi dulu. Terima kasih atas sarannya!”

Tanpa menunggu jawaban, ia langsung berlari menjauh, meninggalkan Yueran yang berdiri mematung.

“Hahaha… dasar Xuanyan,” gumam Yueran sambil tertawa kecil. Namun senyum itu perlahan pudar, berganti dengan tatapan muram. Ada rasa khawatir yang tak bisa ia sembunyikan.

Xuanyan berjalan menyusuri lorong panjang menuju paviliun papan misi. Suasana masih sepi, hanya beberapa murid muda yang lalu lalang sambil berbisik. Pandangan mereka sesekali jatuh pada Xuanyan dengan tatapan heran, iri, atau bahkan kagum. Tidak bisa dipungkiri, sejak peristiwa badai es, nama Xuanyan mulai bergema di seluruh sekte.

Namun Xuanyan tetap menunduk rendah hati, langkahnya stabil, wajahnya tenang.

Setibanya di paviliun papan misi, ia mendapati seorang pria tua duduk di kursi panjang dari kayu hitam. Rambutnya sudah memutih, namun sorot matanya menyimpan ketajaman yang menembus hati. Di dada jubahnya, tergantung medali perunggu dengan ukiran lambang Penjaga Harta Sekte.

Xuanyan segera menundukkan tubuhnya, memberi hormat dalam-dalam.

“Murid memberi hormat pada Penjaga Harta Luo.”

Pria tua itu menoleh, menatap Xuanyan lama seakan menilai kedalaman jiwanya. Lalu, bibirnya perlahan melengkung membentuk senyum.

“Ah… bukankah kau sang naga yang baru lahir?”

Xuanyan sedikit terkejut, namun cepat menenangkan diri. “Senior terlalu memuji. Murid hanyalah pemula yang masih belajar.”

“Hahaha!” suara tawa Luo bergema rendah namun hangat. “Rendah hati, ya? Hm, kultivator sepertimu sangat jarang ditemukan. Kebanyakan, setelah mendapat sedikit kekuatan, langsung tinggi hati dan memandang remeh dunia. Kau berbeda, Xuanyan. Teruslah bersikap seperti ini. Aku yakin masa depanmu akan secerah mentari pagi.”

Xuanyan menangkupkan tangan, suaranya tulus. “Terima kasih atas nasihat senior.”

Pria itu mengangguk puas, lalu mengubah topik. “Apakah kau kemari untuk menjalankan misi?”

“Ya, senior.” Xuanyan menjawab mantap.

“Kalau begitu, lihatlah papan misi itu.” Luo mengangkat tongkat kayu di tangannya, menunjuk papan besar penuh gulungan kertas dan lembaran misi yang tertempel rapi. “Karena kau baru berada di Qi Refining lapisan kelima, misi mengumpulkan inti hewan spiritual, berburu bandit, atau membersihkan kelompok tentara bayaran nakal adalah pilihan paling sesuai untukmu. Tidak terlalu mudah, namun cukup melatih dasar.”

Xuanyan mengangguk, lalu melangkah ke papan misi. Matanya menyapu deretan tulisan di kertas. Ada misi berburu serigala bulan, mengawal kafilah rempah, hingga menghancurkan sarang bandit kecil. Semuanya terlihat biasa.

Namun saat ia terus mencari, matanya tiba-tiba tertumbuk pada sebuah kertas yang sudah mulai pudar. Lembaran itu berbeda dengan yang lain—tidak ada hiasan atau segel yang indah, hanya beberapa baris tulisan sederhana dengan tinta hitam yang tampak tergesa.

Dengan alis sedikit mengernyit, Xuanyan meraih lembaran itu dan membacanya.

“Misi… menyingkirkan kultivator iblis?” gumamnya.

Tatapan Luo langsung berubah serius. Ia menepuk tongkatnya ke tanah. “Nak, aku sarankan kau memilih yang lain. Misi itu sudah lama menempel di papan, dan tidak ada satu pun murid yang berani mengambilnya.”

Xuanyan menatapnya, bingung. “Kenapa, senior?”

Pria tua itu menarik napas panjang, sorot matanya sedikit suram. “Meskipun hadiahnya besar, resikonya jauh lebih besar. Kultivator iblis itu… belakangan telah menebar teror di sekitar wilayah ini. Banyak wanita perawan menghilang. Saat ditemukan, tubuh mereka sudah menjadi mayat kering—seperti kehidupan mereka dihisap habis.”

Xuanyan mengepalkan tangan, matanya bergetar hebat. “Keji sekali…”

Luo mengangguk lambat. “Rumor yang beredar, kultivator iblis itu sudah berada di ranah Nascent Soul lapisan ketiga. Asosiasi setempat bahkan tidak berdaya menghadapinya.”

Xuanyan mengernyit. “Lalu kenapa orang-orang kuat dari sekte tidak bertindak?”

Luo menatap Xuanyan lama, lalu tersenyum getir. “Kau sepertinya masih awam, ya? Dunia kultivasi tidak sesederhana itu. Mana ada orang kuat yang mau repot-repot meladeni masalah tanpa keuntungan berarti bagi mereka? Minimal, hadiahnya harus sebanding dengan usaha mereka—senjata spiritual kelas suci, atau jutaan batu spiritual kualitas tinggi. Jika tidak, mereka akan pura-pura tidak tahu.”

Xuanyan menggertakkan giginya, suara hatinya bergemuruh. “Lalu misi ini… siapa yang membuatnya?”

“Bukan sekte besar,” jawab pria tua itu. “Hanya asosiasi kecil di kota bawah gunung. Mereka bahkan hanya mampu menyediakan hadiah 3000 emas, atau jika diminta dalam bentuk batu spiritual, paling banyak 400 batu spiritual tingkat menengah. Terlalu sedikit untuk memancing perhatian orang-orang kuat.”

Xuanyan terdiam. Rasa marah membuncah dalam dadanya, namun wajahnya tetap tegang menahan emosi. “Jadi mereka hanya diam… sementara nyawa-nyawa terus melayang?”

Luo menatap Xuanyan dalam-dalam. Ia melihat api yang berkobar di mata pemuda itu, api yang jarang ada pada generasi muda. Perlahan ia menghela napas.

“Begitulah cara dunia kultivasi berjalan, nak. Jangan salah paham, bukan berarti semua orang kejam. Namun… seorang pahlawan yang rela berbuat baik tanpa pamrih, itu sangat langka. Jarang sekali ada yang mau mengorbankan diri demi orang lain.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!