Langit Neo-Kyoto malam itu selalu sama: kabut asam bercampur polusi elektronik yang membuat bulan tampak seperti koin usang. Hujan buatan yang beraroma logam membasahi jalanan, memantulkan cahaya neon raksasa dari papan reklame yang tak pernah padam. Di tengah kekacauan visual itu, sosoknya berdiri tegak di atap gedung tertinggi, siluetnya menentang badai.
Kaelen. Bukan nama asli, tapi nama yang ia pilih ketika meninggalkan masa lalunya. Kaelen mengenakan trench coat panjang yang terbuat dari serat karbon, menutupi armor tipis yang terpasang di tubuhnya. Rambut peraknya basah kuyup, menempel di dahi, dan matanya memancarkan kilatan biru neon yang aneh. Itu adalah mata buatan, hadiah dari seorang ahli bedah siber yang terlalu murah hati. Di punggungnya, terikat sebuah pedang besar. Bukan pedang biasa, melainkan Katana Jiwa, pedang legendaris yang konon bisa memotong apa saja, baik materi maupun energi.
WORLD OF CYBERPUNK: NEO-KYOTO
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Kurir dari Puing-puing
Kaelen terbangun, terperanjat dari mimpi buruk yang sama setiap malam. Dalam mimpinya, ia melihat cahaya keemasan yang menari di antara kegelapan, sebuah pedang kuno, dan kehancuran sebuah kota. Namun, mimpi itu seketika sirna oleh bunyi alarm yang nyaring dan membosankan, alarm yang menandakan pagi telah tiba di pinggiran Neo-Kyoto.
Pemukiman Kaelen adalah labirin kumuh yang terbuat dari logam berkarat, kabel-kabel yang menjuntai, dan debu siber. Di balik dinding-dinding itu, terdapat pusat Neo-Kyoto yang gemerlap, kota yang dipenuhi dengan hologram, neon, dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Namun, bagi Kaelen, pusat kota itu hanyalah tempat ia bekerja.
Kaelen dengan cepat mengenakan seragam kurirnya yang lusuh, membersihkan sepeda motor hover tuanya, dan bersiap-siap untuk berangkat. Sepeda motornya, yang dijuluki "Dust Runner", adalah satu-satunya harta berharganya, mesin yang ia bangun dari puing-puing dan suku cadang bekas.
Ia melesat, meninggalkan pemukiman kumuh, dan terbang menuju pusat kota. Udara menjadi lebih bersih, hologram-hologram mulai muncul, dan gedung-gedung pencakar langit mulai menjulang tinggi. Kaelen tiba di pusat kota, di mana ia disambut oleh keramaian dan kesibukan. Ia adalah salah satu kurir terbaik di Neo-Kyoto, dikenal karena kecepatannya, kehandalannya, dan senyumnya yang tulus. Orang-orang memanggilnya Kaelen, sebuah nama yang seolah membawa keberuntungan bagi setiap paket yang ia antarkan.
Hari itu, ia mendapat sebuah paket aneh. Paket itu kecil, berat, dan tidak memiliki alamat pengirim. Alamat tujuannya adalah sebuah gedung tua yang hampir terlupakan, Menara Korporasi Terlupakan, di mana tidak ada satu pun orang yang pernah tinggal di sana selama bertahun-tahun.
"Ini aneh," bisik Kaelen, matanya mengerut. "Siapa yang mengirimkan paket ini?"
Namun, ia tidak punya pilihan. Ia adalah seorang kurir, dan ia harus mengantarkan paket itu. Ia melesat, meninggalkan pusat kota, dan terbang menuju gedung tua yang menyeramkan itu.
Kaelen tiba di Menara Korporasi Terlupakan. Gedung itu gelap, berbau apek, dan dipenuhi oleh sampah elektronik. Ia masuk, dan ia merasakan hawa dingin yang menusuk. Ia berjalan di lorong-lorong yang sepi, mencari alamat yang tertulis di paket itu.
Di sebuah ruangan di lantai atas, ia menemukan sebuah pintu yang tertutup rapat. Pintu itu tidak memiliki kunci digital, melainkan sebuah simbol aneh yang ia lihat di dalam mimpinya. Simbol yang sama dengan yang ia lihat setiap malam.
Kaelen menyentuh pintu itu, dan sebuah cahaya keemasan muncul. Pintu itu terbuka, dan di dalamnya, ia menemukan sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan debu dan sarang laba-laba. Namun, di tengah ruangan itu, terdapat sebuah meja dengan sebuah bola kristal di atasnya.
Kaelen berjalan mendekat, dan ia menyentuh bola kristal itu. Tiba-tiba, ia merasakan sebuah ledakan energi di dalam dirinya. Ia melihat kilatan-kilatan ingatan, ingatan yang bukan miliknya. Ia melihat seorang pria yang memegang sebuah pedang kuno, ia melihat sebuah kota yang hancur, dan ia melihat sebuah pertempuran.
"Siapa... siapa aku?" bisik Kaelen, matanya membelalak.
Di dalam bola kristal, muncul sebuah hologram, hologram yang menunjukkan sebuah pedang kuno yang memancarkan cahaya keemasan. Pedang itu adalah pedang yang sama dengan yang ia lihat di dalam mimpinya.
"Ini... ini tidak mungkin," bisik Kaelen.
Namun, di belakangnya, sebuah suara muncul. "Ini mungkin, nak. Dan ini adalah takdirmu."
Kaelen berbalik, dan ia melihat seorang pria tua dengan jubah hitam, yang memegang sebuah tongkat yang memancarkan energi.
"Siapa kau?" tanya Kaelen, waspada.
"Namaku Elias," jawab pria tua itu. "Dan aku adalah penjaga dari masa lalu. Aku telah menunggumu. Aku telah menunggumu, Kaelen, sang keturunan dari pahlawan kuno."
Elias menjelaskan segalanya. Ia menceritakan tentang Kode Genesis, kekuatan kuno yang telah ada selama ribuan tahun. Ia menceritakan tentang Katana Jiwa, pedang kuno yang diciptakan oleh leluhur Kaelen. Dan ia menceritakan tentang pertempuran besar, pertempuran yang menghancurkan Neo-Kyoto.
"Mimpimu," bisik Elias. "Itu bukan mimpi, melainkan kenangan. Kenangan dari leluhurmu. Kenangan yang terperangkap di dalam dirimu."
Kaelen tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Ia hanyalah seorang kurir dari pinggiran Neo-Kyoto. Ia tidak memiliki kekuatan, dan ia tidak memiliki takdir.
Namun, Elias tersenyum. "Kau adalah Kaelen. Dan kau adalah harapan. Kau adalah satu-satunya yang bisa menyelamatkan Neo-Kyoto dari kegelapan yang akan datang."
Elias menyerahkan Katana Jiwa kepada Kaelen. "Ambil pedang ini. Gunakan untuk tujuan yang benar. Gunakan untuk melindungi."
Kaelen mengambil pedang itu, dan ia merasakan sebuah ledakan energi yang sangat besar di dalam dirinya. Ia merasakan kekuatan, ia merasakan kebijaksanaan, dan ia merasakan harapan. Ia tidak lagi hanya seorang kurir. Ia adalah seorang pahlawan.
Namun, di luar gedung, sebuah alarm berbunyi. Bukan dari dalam gedung, tetapi dari luar. Seseorang telah menemukan mereka. Di hologram, muncul sebuah tanda bahaya. Sebuah korporasi yang kejam, Korporasi Kronos, telah menemukan mereka, dan mereka akan datang untuk mengambil Kode Genesis.
"Kita tidak punya banyak waktu," kata Elias, suaranya tegang. "Kau harus melarikan diri."
"Aku tidak akan melarikan diri," jawab Kaelen, memegang Katana Jiwa-nya. "Aku akan bertarung."
Pintu markas tua terbuka, dan Kaelen berdiri di sana, menggenggam Katana Jiwa yang terasa berat namun pas di tangannya. Di luar, siluet-siluet robot Korporasi Kronos mendekat, lampu merah di mata mereka berkedip-kedip. Mereka tidak datang untuk bernegosiasi.
"Kau harus lari, nak!" teriak Elias, suaranya mendesak. "Kau tidak bisa melawan mereka!"
Kaelen ragu. Ia hanyalah seorang kurir. Namun, di dalam dirinya, ia merasakan sebuah tekad yang kuat. Ia maju, mengayunkan Katana Jiwa-nya. Pedang itu bersinar, dan ia berhasil menghancurkan robot pertama. Namun, robot-robot berikutnya datang lebih cepat. Mereka mengepungnya, dan Kaelen kewalahan. Ia hanya mengandalkan naluri, tetapi itu tidak cukup. Ia kesulitan menangkis serangan mereka, dan tubuhnya mulai terasa lelah.
Elias, dengan tongkatnya, menyalurkan energi ke arah Kaelen, menciptakan sebuah pusaran energi yang melemparkan robot-robot itu ke belakang. "Ikut aku! Cepat!"
Kaelen dan Elias berlari ke dalam markas, menuruni tangga-tangga gelap, dan keluar dari sebuah pintu rahasia di belakang gedung. Di luar, sebuah motor hover tua milik Elias menunggu. Mereka melesat, meninggalkan gedung tua itu, sementara robot-robot Kronos mengejar mereka.
Elias membawa Kaelen ke sebuah tempat tersembunyi di pinggiran Neo-Kyoto. "Kau tidak bisa melawan mereka sekarang," kata Elias. "Kau harus belajar. Kau harus menjadi lebih kuat."
"Di mana?" tanya Kaelen, napasnya terengah-engah.
"Ada sebuah sekolah, di mana kau bisa belajar bertarung," jawab Elias. "Sekolah itu bernama Qpo."
Keren Thor Aku ikutin novelnya😉😉😉