Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Malam Romantis
Edgar melepaskan penutup mata Louna dan tampaklah di depannya sebuah meja dengan kursi yang sudah lengkap dengan makanan. Disekitarnya ada lampu-lampu kecil yang membentuk love.
"Kau yang menyiapkan ini, Ed ?" Tanya Louna. Apa benar dugaannya jika Edgar ingin menyatakan perasaannya.
"Tentu saja bukan. Aku menyuruh orang untuk mempersiapkan nya". Jawaban Edgar benar-benar menjengkelkan untuk Louna.
"Harusnya kau jawab saja iya. Merusak momen saja". Protes Louna.
"Nanti kalau aku jawab iya, kau pasti tidak percaya". Kata Edgar. Louna terdiam sebentar. Benar juga pikirnya.
"Yasudah apapun itu tapi ini sangat romantis sekali. Kau seperti ingin mengatakan sesuatu". Kata Louna senyum-senyum.
"Aduh, Lou. Tidak bisakah kau pura-pura tidak tau dan mengikuti alur ku saja". Edgar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ingin memberi kejutan malah sudah tertebak duluan.
"Hahah iya maaf. Jadi apa maksudmu mengajakku kemari ?". Louna melirik kearah meja.
"Kita duduk dulu. Kita makan dulu. Kau pasti lapar". Edgar menuntun Louna untuk duduk. Tidak lupa Edgar juga menarik kursinya.
"Selamat makan makan, Lou. Tidak usah malu-malu". Kata Edgar.
Louna mengangguk. Ia makan dengan hati-hati. Edgar belum makan. Ia membuka kepiting dan meletakkan dagingnya di piring Louna.
"Ed, makanlah. Aku bisa sendiri". Kata Louna.
"Tidak apa-apa, sebentar lagi selesai". Kata Edgar. Louna melanjutkan makannya.
Ia begitu menikmati makanan itu. Tanpa terasa ia mengingat Cheri.
"Ed, aku jadi ingat Cheri". Katanya dengan mulut penuh.
"Kenapa ? Dirumah kan ada pelayan yang menjaga nya". Tanya Edgar bingung.
"Tadi aku memikirkan sesuatu, apa sebaiknya aku mengurus Cheri sendiri ya. Aku kasihan padanya. Aku seperti bukan Mommy sungguhan".
"Kau tidak sayang dengan karirmu. Apalagi Bos mu baik dan tampan". Edgar sengaja mengulang perkataan Louna tempo hari tentang Bos nya yang ternyata Max.
Louna memalingkan wajahnya. Pura-pura tidak mendengar. Jika tau Max adalah teman Edgar, maka ia tidak akan memujinya di depan Edgar.
Mengingat Max, ia jadi ingat tentang ungkapan perasaan pria itu. Apa sebaiknya ia memberitahu Edgar atau tidak.
Tapi mengingat kedua pria itu masih salah paham, jadi Louna memutuskan untuk menyimpannya seorang diri saja.
Setelah mereka berdua selesai makan, Louna meminta untuk duduk di atas pasir.
"Nanti bajumu kotor bagaimana ?" Tanya Edgar.
"Memangnya kenapa ? Oo kau takut mobilmu kotor juga. Begitu ?". Tuduh Louna.
Mendengar tuduhan itu, Edgar hanya bisa meluaskan sabarnya. Louna sekarang benar-benar berbeda dengan Louna yang dulu.
Dulu, ia adalah gadis pintar dan pendiam. Ia sangat manis sampai Edgar terpikat padanya. Selang enam tahun mereka berpisah dan bertemu kembali dalam ikatan sakral, Louna benar-benar berubah. Sangat sensitif dan suka marah-marah.
Edgar menganggap itu adalah hormon yang meningkat pada wanita dewasa. Dan ia harus memaklumi itu.
"Tidak, Lou. Aku tidak keberatan sama sekali. Ayo kita duduk di pasir". Edgar memulainya lebih dulu.
"Kau kedinginan ?" Tanya Edgar yang lagi-lagi merapatkan mantel yang Louna gunakan.
"Tidak, Ed". Louna menggeleng.
"Lou, kau ingat dulu kita pernah mengatakan akan bersama-sama sama kita meraih kesuksesan masing-masing. Tapi takdir berkata lain. Kita berpisah dan kemudian bertemu lagi". Kata Edgar memulai pembicaraan.
"Aku ingat, Ed. Masa-masa berkuliah adalah masa yang paling indah. Sebelum kau memiliki kekasih banyak". Kata Louna.
"Memangnya kau percaya jika aku memiliki banyak kekasih ?" Tanya Edgar sungguh-sungguh.
"Tentu saja. Siapa saja itu namanya aku sampai lupa. Mereka terang-terangan memperkenalkan diri mereka padaku. Tapi yang paling membuatku terluka adalah seorang wanita bernama Miya yang mengaku sebagai tunanganmu dari kecil". Kata Louna menggebu.
"Miya ?" Edgar terkejut dengan hal ini.
"Iya, kalian bahkan pergi berlibur bersama saat aku sedang sakit karena datang bulan kan ?"
"Apa yang dia katakan padamu ?" Tanya Edgar.
"Jadi benar dia tunanganmu ?" Sekarang ganti Louna yang terkejut. Awalnya ia mengira Miya mengada-ada. Tapi rupanya sungguhan.
"Dasar kau ini. Aku tau kau kaya dan tampan sejak lahir. Tapi harusnya kau tidak menjadikan ku kekasih kalau sudah memiliki tunangan". Louna mencubit perut Edgar. Tapi memang sangat susah karena perutnya keras.
"Lou, dengar. Aku memang mengenal Miya. Dia memang dijodohkan denganku sejak kecil oleh Daddy ku. Tapi setelah Daddy tiada saat aku berumur tiga belas tahun, janji itu sudah tidak berlaku lagi. Dan keluarga besar kami memutuskan agar kami bisa menerimanya dan mencari pasangan masing-masing".
"Dan untuk semua wanita yang mengaku menjadi kekasihku, apa kau pernah melihat mereka bersamaku ?" Tanya Edgar percaya diri. Sebab ia sudah menduga jawabannya pasti tidak.
"Pernah. Apa kau lupa ? Mereka selalu mengerubungi mu seperti semut mengerubungi gula. Kau bukannya mengusir malah membiarkan nya. Kau benar-benar tidak peduli dengan perasaan ku". Kata Louna dengan wajah masam.
"Tapi kau melihatku bersama temanku kan ? Aku tidak sendiri kan ?".
"Iya sih".
"Itu dia, Lou. Mereka sebenarnya sedang memuji-muji Ronald dan bukan aku. Ronald yang menyuruhku untuk menemaninya saat saat para gadis itu mengerubungi nya. Aku tidak tau jika mereka mengatakan hal lain padamu. Kenapa kau tidak bertanya apa-apa padaku malah menyimpulkannya sendiri". Edgar menggenggam tangan Louna dan mencium punggung tangannya.
"Ronald pernah memberi tahuku bahwa sebenarnya mereka semua disuruh oleh seorang wanita yang bernama Miya agar sengaja mengusik mu. Dan rupanya benar, dia benar-benar mendatangimu ya ?" Kata Edgar merasa bersalah.
Ia tidak tau jika Miya seberani itu mengganggu Louna. Mungkin karena Louna gadis pendiam.
"Sekarang dimana Miya itu ? Kenapa kalian tidak jadi menikah ?"
"Aku tidak tau dimana dia sekarang. Kabar yang kudengar dia sudah menikah dua tahun yang lalu".
"Sia-sia sekali usahanya. Sudah memisahkan kita tapi tidak menikah denganmu". Cibir Louna.
Mereka terdiam selama beberapa waktu. Bibir Edgar tiba-tiba terkunci rapat.
"Saat diluar negeri, berapa wanita yang kau dekati ?". Tanya Louna.
"Tidak ada". Edgar menjawab dengan cepat.
"Bohong. Kau bilang kau mendekati wanita yang mencoba menutupi Tuan Max ?".
"Itu tidak termasuk hitungan, Lou". Jawab Edgar tidak semangat.
"Louna, lihat aku". Edgar memposisikan Louna untuk menghadap kearahnya. Ia pun juga melakukan hal yang sama. Tangan mereka masih saling bertautan.
Seperti halnya Edgar. Louna pun merasakan jantungnya berdebar kencang. Ia bukannya tidak tau jika Edgar akan mengatakan sesuatu yang penting.
Ia bingung harus menjawab apa nantinya. Padahal Edgar saja belum mengatakan apa-apa. Memang dasar Louna.
"Apa kau mau menjalani pernikahan ini seperti pada umumnya. Saling mencintai, membuat anak, mengasuh anak dan hidup bersama sampai tua". Kata Edgar menatap dalam mata Louna.
'Membuat anak katanya'. Louna masih sempat tertawa dalam hati. Ada-ada saja ucapan konyol Edgar.
"Aku takut kau menyakitiku lagi, Ed. Aku tidak siap. Kurasa, lebih baik kita hidup seperti ini. Dalam pernikahan hanya sebagai orang tua untuk Cheri". Jawab Louna.
Edgar terdiam. Apa ini penolakan ? Apa ia sudah ditolak ?
"Kau sudah tidak mencintai ku ?" Tanya Edgar tidak yakin dengan jawaban Louna.
"Kalau kau bisa membuktikan mencintaiku, mungkin aku bisa pertimbangkan". Louna tersenyum dengan sangat manis. Inilah kali pertama Edgar melihat senyum Louna setelah menikah.
"Aku bisa membuktikannya". Edgar tersenyum dan sekali lagi mencium telapak tangan Louna uang digenggam nya. Ingin mencium yang lain tapi masih belum berani.
..
Support nya dong Kakak... Masa sepi-sepi aja nih😭
lanjut thor