NovelToon NovelToon
Hello, MR.Actor

Hello, MR.Actor

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Duda / Cinta pada Pandangan Pertama / Pengasuh
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Be___Mei

Sebuah insiden kecil membuat Yara, sang guru TK kehilangan pekerjaan, karena laporan Barra, sang aktor ternama yang menyekolahkan putrinya di taman kanak-kanak tempat Yara mengajar.

Setelah membuat gadis sederhana itu kehilangan pekerjaan, Barra dibuat pusing dengan permintaan Arum, sang putri yang mengidamkan Yara menjadi ibunya.

Arum yang pandai mengusik ketenangan Barra, berhasil membuat Yara dan Barra saling jatuh cinta. Namun, sebuah kontrak kerja mengharuskan Barra menyembunyikan status pernikahannya dengan Yara kelak, hal ini menyulut emosi Nyonya Sekar, sang nenek yang baru-baru ini menemukan keberadan Yara dan Latif sang paman.

Bagaimana cara Barra dalam menyakinkan Nyonya Sekar? Jika memang Yara dan Barra menikah, akankah Yara lolos dari incaran para pemburu berita?

Ikuti asam dan manis kisah mereka dalam novel ini. Jangan lupa tunjukkan cinta kalian dengan memberikan like, komen juga saran yang membangun, ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Be___Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hello, Mr. Actor Part 22

-Dasar lancang! Tiba-tiba kamu masuk dalam daftar lagu favorit aku-

...***...

Meski mendapat penolakan dari Latif, Shafi terus mencoba untuk mengambil hati sang abang. Ia juga mengabaikan pekerjaannya sebagai CEO dari perusahaan properti, sama seperti bisnis keluarga Salvador.

Dengan pakaian rapi, Shafi mengikuti kemana saja Latif pergi. Dan tepat di jam makan siang, kesabaran Latif sampai pada batasnya.

Menghalangi langkah kaki jenjang sang adik yang terang-terangan mengikutinya, Latif berkacak pinggang. "Kamu mau apa, sih?"

"Makan siang sama Abang, warga kampung tengah sudah demo ini," sahut Shafi. Ia mengusap-usap perutnya diiringi senyum yang menambah ketampanan, dia mencoba mengambil hati Latif.

"Oke, kita makan siang bareng. Tapi habis itu kamu pergi, ya. Kurang-kurangin kebiasaan menguntit, kalau nggak mau berakhir di kantor polisi." Mencecar sang adik seenak jidatnya, tanpa Latif sadari sikapnya membuat perih hati Shafi.

Mendekati sang abang, yang kini sedang duduk di kursi panjang sebuah warung makan tenda. "Jahat banget mulutnya, Bang," keluh Shafi memanyunkan bibir. "Besok-besok kalau aku bilang mau makan bareng lagi, Abang mau, nggak?"

"Enggak," jawab Latif santai.

Shafi menarik dan membuang napas, andai dia bisa mengusir rasa sesal di hati Latif, dan mengganti rasa itu menjadi sebuah keikhlasan untuk menerima keadaan sekarang, yah ... sayangnya keinginan hanya tinggal keinginan.

Tanpa peduli pada sang adik, Latif memesan makanan dan menunggu sembari memainkan ponselnya. Sementara Shafi, diabaikan.

"Bang ... kita damai aja, yuk."

Menepis tangan Shafi yang mendarat di pundaknya, begitulah penolakan yang Latif lakukan terhadap sang adik.

"Ayolah, Bang!"

Meletakan ponselnya di atas meja dan menatap Shafi tajam. "Kamu nggak lelah ngikutin aku setengah hari ini?",

Seperti bocah, Shafi menggelengkan kepala.

"Kamu nggak kerja?"

"Aku udah izin sama Mami."

"Cih!" Latif mendecih. Kemudian dia kembali mengabaikan Shafi.

Melihat pesanan Latif telah datang, Shafi juga meminta menu yang sama.

Seperti tak pernah menikmati semangkok mie ayam, tuan muda ini seperti orang kelaparan.

Kening sang abang dibuat berkerut "Kamu nggak sarapan?"

"Sarapan," sahut Shafi. Kedua pipinya mengembung karena penuh dengan makanan.

"Sarapan apa?" tanya Latif. Dia secara perlahan menikmati makan siangnya.

"Roti."

"Oh ... 'kan orang kaya. Jadi sarapannya roti. Jelas nggak kenyang, selembar dua lembar roti cuman buat ganjel perut beberap menit," celetuk Latif .

"Enggak juga. Aku lumayan kenyang kok sampai jam makan siang. Kadang kalau lagi sibuk banget, sampai malam baru makan, perut aku oke-oke aja," sahut Shafi. Ia terus menikmati mie ayam suap demi suap.

Latif berkata, jika dia masih merasa kenyang, kenapa begitu rakus memakan mie ayam itu. Ternyata ini adalah kali pertama Shafi memakan mie ayam pinggir jalan. Dengan porsi yang banyak dan harga yang murah, rasanya pun sungguh luar biasa. Dalam waktu singkat mangkok itu telah tandas, tak bersisa.

"Enak banget, waw!" seru Shafi.

Menatap sang adik dengan tatapan aneh, Latif melarikan mangkok mienya saat tatapan Shafi berpindah pada mangkok itu. "Dasar rakus!"

"Suer, makan siangnya enak. Makasih, ya, Bang, sudah diajak makan bareng." Cengengesan Shafi menikmati es teh yang telah tersedia. Lama-lama dia terlihat lucu di mata Latif. Demi mempertahankan dinding pemisah di antara mereka, Latif menjaga mimik wajah agar tak tertawa.

"Sudah kenyang?" tanya ini diangguki Shafi.

"Pergi sana! Kamu ganggu aku kerja."

Karena keinginannya telah terlaksana, yaitu makan siang bersama sang abang. Maka Shafi pun pergi dengan hati riang gembira. Tak lupa sebelum pergi dia membayar makanannya dan makanan Latif. Sungguh, sebuah kebanggaan baginya dapat menikmati waktu kebersamaan dengan sang abang meski hanya sebentar.

Sementara itu, Yara dibuat pusing dengan telepon dari Barra. Pria itu meninggalkan ruang pertemuan untuk membaca naskah bersama pemain lain, dalam proyek drama terbarunya begitu saja. Gavin yang bertugas menjemput Arum tak menemukan bocah kecil itu di sekolah. Dan menurut Cctv yang mereka periksa, Arum keluar dari pintu gerbang beberapa menit sebelum kedatangan Gavin.

Beruntung, para aktor yang akan bekerja sama dengan Barra dapat memaklumi masalah itu, begitu pula dengan sutradara dan rekan kru lainnya.

Mengingat Arum yang terobsesi pada Yara, Barra langsung menghubungi wanita itu untuk menanyakan di mana putrinya.

"Saya nggak tau."

Jawaban Yara membuat kekhawatiran Barra semakin menjadi. Dia menghubungi Enzi, orang tua dan saudaranya. Mereka langsung mencari keberadaan Arum, dan hasilnya nihil.

"Kita cek cctv jalanan," seru Gavin. Dalam keadaan panik, mereka melupakan alat pemantau tersebut.

Langsung menghubungi petugas setempat, mereka mengawasi kemana arah pergi Arum. Gadis itu berjalan menuju ke arah tepian kota. Di sana ada taman bermain yang menjual banyak makanan ringan.

Tanpa membuang waktu, Barra langsung menuju tempat tersebut, namun, sayang Arum tak ada di sana.

Oh ya Allah, Barra rasanya ingin membalik dunia untuk menemukan sang putri. Namun, segala usahanya tak membuahkan hasil. Air mata tak bisa lagi dia bendung. Barra sangat takut kehilangan Arum, dia menangisi sang putri.

Yara yang mendapat kabar hilangnya Arum, langsung menghubungi Gavin, dia juga ikut mencari gadis kecil itu.

Berbeda dengan Barra yang berbekal informasi dari kamera pengawas, Yara mengingat-ingat beberapa tempat yang pernah mereka singgahi.

Taman bermain tengah kota. Tempat itu memang melewati tepian kota, dan Barra yang tergesa-gesa langsung berasumsi bahwa sang putri akan pergi ke taman tepi kota itu.

Dengan motor matic, Yara melihat Barra tertunduk lesu di kursi trotoar sekitaran taman. Dia langsung berhenti.

"Pak Barra, sudah ketemu Arumnya?"

Mengangkat wajah dengan mata memerah, Barra menggeleng lemas.

"Ayo, jangan diam aja di situ! Kita harus buru-buru cari Arum!" seru Yara mengingatkan Barra. Hati siapa yang tak sedih ketika putri semata wayangnya hilang, namun, sekarang bukan waktu yang tepat untuk meratapi apa yang telah terjadi.

Saat Barra berdiri, Yara langsung berucap. "Saya ke taman tengah kota. Bapak cari di taman ujung jembatan, ya. Kami juga pernah main ke sana."

Barra mengangguk namun dengan tatapan kosong.

"Pak Barra, mobil anda di mana?"

"Dibawa Gavin."

"Lho, kok bisa? Terus anda gimana?"

Barra mendadak linglung, Yara jadi gemas pada pria ini. "Ya sudah, ayo ikut saya."

Naik motor matic, dengan kakinya yang jenjang, Barra yakin tak terasa nyaman untuknya.

"Kenapa?" tanya Yara yang tak bisa Barra jawab.

"Anda nggak bisa bawa motor?" anggukan kecil Barra mengundang mimik tak percaya di wajah Yara.

Menarik lengan kemeja Barra, Yara tetap mengajak Barra untuk ikut dengannya. "Pegangan, ya. Jangan banyak gerak, nanti kita jatuh."

"Nona Yara, kamu yakin mau bonceng aku?"

"Coba aja dulu," cicit Yara coba menstabilkan suara. "Ayo buruan. Ini jam sibuk, gimana kalau Arum menyebrang jalan raya? Gimana kalau Arum kenapa-kenapa?"

Teringat itu, rasa khawatir Barra semakin menjadi. Kedua matanya kembali memerah, hatinya sangat pilu.

"Ck! Buruan Barra! Lemot amat sih jadi cowok!" Sudah siap untuk melajukan sang kuda besi, Yara sempat kesal karena Barra sangat lambat kali ini.

Yah ... tidak buruk. Tubuh kecil Yara bukan halangan untuknya membonceng Barra yang tinggi besar. Dengan berpegangan pada besi belakang jok, Barra berusaha menyeimbangkan diri dengan sang pengemudi.

Aduh, jalanan rame begini aku nggak pake masker. Bakal heboh dunia maya kalau aku kepergok dibonceng cewek kecil mini binti bonsai kayak Nona Yara.

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung. Jangan lupa like, komen dan kasih saran yang membangun, ya. ...

1
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Mau loncat aku! tapi langsung inget, abis makan bakso!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Excellent!
Kamu seorang laki-laki ... maka bertempurlah sehancur-hancurnya!
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Kalo cinta dimulai dari menghina, ke depannya kamu yang akan paling gak bisa tahan.
Drezzlle
udah di depan mata, tinggal comot bawa pulang
Drezzlle
ya ampun, kamu kok bisa sampai ceroboh Yara
Drezzlle
betul, kamu harus tegas
Drezzlle
tapi kamu masih di kelilingi dengan teman yang baik Yara
Drezzlle
nggak butuh maaf, bayar hutang
ZasNov
Asyiiikk.. Dateng lagi malaikat penolong yg lain.. 🥰
ZasNov
Kak, ada typo nama nih..
Be___Mei: Huhuhu, pemeran yang sebenernya nggak mau ditinggalkan 🤣 Gibran ngotot menapakan diri di part ini
total 1 replies
ZasNov
Ah inget tingkah Jena.. 🤭
Be___Mei: kwkwkwk perempuan angst yang sadis itu yaaaa
total 1 replies
ZasNov
Gercep nih Gavin, lgsg nyari tau siapa Jefrey..
Yakin tuh ga panas Barra 😄
Be___Mei: Nggak sih, gosong dikit doang 🤣🤣
total 1 replies
ZasNov
Modus deh, ngomong gt. biar ga dikira lg pedekate 😄
ZasNov
Akhirnya, bisa keren jg kamu Latif.. 😆
Gitu dong, lindungin Yara..
Be___Mei: Kwkwkw abis kuliah subuh, otaknya rada bener dikit
total 1 replies
ZasNov
Nah, dewa penolong datang.. Ga apa2 deh, itung2 Latif nebus seuprit kesalahan (dari ribuan dosa) dia sama Yara.. 😄
Mega
Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik
Be___Mei: 🤣🤣😉 iso dong
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Piala bergilir apa pria bergilir?
Be___Mei: Piala mak
total 1 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Rada ngebleng nih.
Masa iya Yara bener mamanya Arum
Be___Mei: Biar ringkes aja pulangnya si emaknya Arum 😭 🙏🤭
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆: Masa?

kenapa harus angin duduk, Mak?
total 3 replies
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Cihh pendendam banget
Be___Mei: Biasa mak, penyakit orang ganteng 🤣🤣
total 1 replies
Mega
Ya Allah ISO AE akal e
Mega: Aku punya pestisida di rumah 😏 boleh nih dicampur ke kopinya.
Be___Mei: Beban banget kan manusia itu
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!