Dendam pada adik tirinya dan penghianatan istrinya membuat Zayn menggila.
Dia bahkan dengan tega memerkosa Gia yang tak lain kekasih dari adik tirinya.
Demi membalas sang adik, Zayn pun menikahi Gia, karena. Gia pun tengah mengandung anaknya. Namun, Zayn bukan benar-benar bertanggung jawab karena nyatanya Zayn hanya menjadikan Gia sebagai sebagai istri kontraknya demi melihat adik tirinya menderita.
"Tanda tangani ini. Besok kau akan resmi menjadi istri kontrak ku!" ucap Zayn dengan angkuhnya.
"Tidak! sampai kapan pun aku takan pernah menandatangani perjanjian bodoh ini. Kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaga anak ini dengan baik walau tanpamu!" Teriak Gia penuh emosi.
"Cih, kau pikir aku menikahimu karena ingin bertanggung jawab dengan anak itu. Jangan bermimpi! aku sama sekali tak perduli dengan mu atau anakmu. Cepat tanda tangani ini ... Jika kau menolak akan ku hancurkan kekasihmu." Zayn tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah Gia berubah pucat saat dirinya mengancam akan menghancurkan Zidan.
Season 2
Zidan with Audrey.
Audrey Khail.
Orang menyebutnya si penantang maut. Tak ada rasa takut di diri seorang Audrey, beberapa kali hampir meregang nyawa karena pekerjaannya tak membuat Audrey gentar. Hidupnya berubah kala ia di tugaskan mengawasi seorang Zidan Smith.
Ada yang Audrey sembunyikan, dan mungkin itu salah satu kelemahan Audrey.
"Audrey, apa dia miliku?" Tanya Zidan dengan bibir bergetar. Tubuhnya mendadak lemas, jiwanya seolah direbut paksa dari raganya.
"Tutup mulutmu! Aku akan membunuhmu, jika kau berani menampakan dirimu lagi di hadapanku!" Sekuat tenaga, Audrey menahan dirinya agar tak menghajar Zidan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Zayn tersenyum penuh kemenangan saat dia mempunyai ide untuk bisa mendapatkan Gia dan tentu saja bisa menyakiti Zidan.
Dia menggoyangkan gelas wine yang sedang dipegangnya. Pikirannya sedang membayangkan tentang kehancuran adik tirinya.
Zayn menaruh gelas wine yang di pegangnya, kemudian dia mengambil ponsel dari balik jasnya dan menelpon seseorang.
"Aku yang akan menghadiri meeting di luar kota, siapkan semuanya untukku, dan ingat, jangan biarkan Mark mendampingiku, aku akan pergi dengan orang lain," ucap Zayn pada seseorang di sebrang sana. Zayn pun menutup telponnya tanpa mendengar lagi jawaban dari orang yang di telponnya.
Setelah menelpon, Zayn pun bangkit dari duduknya dan menuju kamarnya. Dia melepas semua pakaiannnya dan berjalan ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.
••
"Gia!" panggil Zidan yang menyadarkan Gia dari lamunannya.
"Zidan, a-aku ...." Gia berbicara dengan terbata-bata. Otaknya kosong seketika. Semua ucapan Zidan bagai mimpi di siang bolong. Bagaimana tidak, Zidan yang tak lain adalah atasannya malah meminta Gia menjadi kekasihnya. Saat Gia akan menarik tangannya dari genggaman Zidan, Zidan malah memper'erat pegangannya pada tangan Gia.
"Jadi bagaimana, kau mau, kan, menerimaku?" tanya Zidan lagi.
"Zidan, bisakah aku menjawab nanti?" tanya Gia. Sebagai wanita biasa, tentu saja dia mengagumi sosok Zidan yang tampan dan gagah. Tapi, Gia masih ragu, apa dia hanya sebatas kagum atau dia juga menyukai Zidan.
Zidan melepas genggamannya. Kemudian dia merubah posisi duduknya kearah Gia.
Tanpa ragu, Zidan mengngkat kedua tangannya dan menangkup kedua pipi Gia.
Tentu saja gerakan Zidan yang tiba-tiba membuat Gia terkejut.
"Gia, aku tak ingin menunggu lagi. Walau perasanmu belum tumbuh padaku, aku yakin seiring berjalannya waktu, kau akan jatuh cinta kepadaku." Zidan menjega sejenak ucapannya dan memandang Gia lekat-lekat. "Jadi, bisakah kau menerima cintaku sekarang Gia," ucap Zidan lagi dengan tatapan penuh harap.
Bagai terhipnotis, Gia pun menganguk tanpa sadar.
Melihat Gia mengangguk, seketika Zidan melepaskan tangannya dari pipi Gia dan beralih memeluk Gia.
Rasa kebahagian membuncah di dada Zidan saat Gia setuju menjadi kekasihnya.
"Zi-Zidan, aku tak bisa bernapas," ucap Gia saat merasa Zidan memeluknya sangat erat.
Zidan pun melepaskan pelukannya dan menatap Gia. "Terimakasih, Gia. Terimakasih." Zidan mencium punggung tangan Gia. Terlihat jelas wajah Zidan bersemu dan dipenuhi kebahagiaan.
Melihat senyuman Zidan, Gia pun ikut tersenyum.
"Zidan, jangan pernah bersedih lagi dan jangan pernah merasa sendiri lagi. Kini ada aku disini bersamamu," ucap Gia. Ia memberanikan diri untuk mengelus pipi Zidan.
"Aku akan pergi jika kau menangis lagi," ucap Gia ketika melihat mata Zidan berkaca-kaca.
Josh yang sedang melihat Zidan dan Gia dari kejauhan ikut tersenyum melihat senyuman Zidan.
Karena dia sudah cukup lama melihat dan mengikuti Zidan. Josh pun memutuskan untuk pergi. Dia memutar mobilnya untuk pergi kembali ke apartemen.
Saat di jalan yang cukup sepi, Josh menyipitkan matanya saat melihat kaca spionya. Dia melihat ada dua mobil yang mengapitnya dan sepertinya mobil itu mengikuti mobil Josh.
"Kau takan lagi menang melawanku, Alberth." Josh tersenyum sinis saat tau ada yang mengikutinya.
Josh pun semakin mempercelat laju mobilnya dan tentu saja diikuti oleh kedua mobil di belakangnya.
Hallo semua.
maafkan aku yang libur up terus, karena kemaren aku baru aja ngelahirin lewat oprasi sesar. Jadi aku cuman kuat nulis uncle Julian. tapi skrng insyallah aku udh kuat buat nerusin cerita ini. dan akan up tiap hari ya.