Entah apa yang membuat pernikahan yang baru berjalan tiga tahun hancur berantakan.Kakak kandungku yang menumpang sementara waktu dirumahku karna paska bercerai dengan suaminya,tega bermain api dengan ipar sendiri dibelakangku.
"Tega kalian..."ujarku.
"Maafin mas wan.Mas khilaf wanda."ujar irwan suamiku.
"Apa kurangku selama ini hah,dan kamu Ina sudah aku tampung malah jadi duri dalam pernikahan ku."ujar wanda menunjuk sang kakak yang bernama Ina.
Ina tidak menjawab sepatah katapun,dia hanya diam tertunduk mendengar apa yang adiknya ucapkan.
Kakak yang seharusnya mengayomi adiknya,ternyata menjadi duri dalam rumah tanggaku.Harusnyan dia bisa mengambil hikmah dari kegagalan rumah tangganya,ini malah menghancurkan rumah tangga adik kandungnya sendiri.
Entah mau dibawa kemana pernikahan antar irwan dan wanda selanjutnya?Apakah mereka mampu merajut kembali benang yang terlanjur kusut atau menyerah pada keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Siang itu seorang kurir mendatangi sebuah gedung pertokoan yang tinggi menjulang. Laki - laki itu bergegas menuju meja resepsionis.
"Siang,pak. Ada yang bisa saya bantu." sapa resepsionis ramah saat kurir mendatanginya.
"Siang,mbak. Apa bener disini kantor Pak Irwan kusuma,wakil direktur di perusahaan ini?" tanyanya pada sang resepsionis cantik itu.
"Betul,pak. Kalau boleh tau ada apa bapak mencari pak Irwan ?" tanya resepsionis itu penuh selidik. Ia tidak mau salah menerima orang,bisa - bisa ia yang kena nantinya.
"Ooh,saya cuma mau menitipkan ini,mbak. Tolong disampaikan ke pak Irwan segera. Penting!"pungkas laki - laki itu.
"Baik,pak. Nanti saya sampaikan."
"Terimakasih, mbak. Kalau begitu saya mohon undur diri dulu." laki - laki segera pergi meninggalkan gedung itu.
Sang resepsionis langsung menuju ruang Irwan,bermaksud mengantarkan amplop yang diterimanya barusan.
"Siang mbak sinta." sapanya pada sekretaris cantik pak Irwan.
"Siang,Nur. Tumben kemari ada apa?" Jawab sinta menghentikan kerjaan sesaat.
"Ini mbak tadi ada yang mengantarkan surat ini untuk Pak Irwan. Sepertinya penting mbak." ujar Nur.
"Baik,Nur. Nanti aku sampaikan ke pak Irwan.Makasih ya." ujar Sinta sembari tersenyum.
Nur pergi setelah menyerahkan amplop itu ketangan sekretaris pak Irwan.
Tok....
Tok....
Tok...
"Masuk." suara laki - laki dari dalam menjawab.
"Permisi,pak." ujar Sinta sopan.
"Ada apa ,sin?" tanya Irwan yang matanya tidak lepas dari layar laptopnya.
"Maaf pak. Ini ada surat untuk bapak.vSepertinya dari pengadilan agama." ujar sinta yang spontan membuat Irwan menoleh ke arahnya.
"Surat dari pengadilan agama. Maksud kamu gimana ya,saya ga ngerti?" Ujar Irwan heran.
"Saya juga kurang paham,pak. Sebaikanya bapak baca saja surat tersebut. Nanti bapak pasti tau maksud dari surat tersebut." Ujar Sinta menjelaskan.
Irwan perlahan membuka surat tersebut. Matanya melotot dengan mulut yang menganga. Melihat dengan seksama apa yang tertulis disana.
"Ga mungkin....ini pasti bohong." ujar Irwan panic.Memijit pelipisnya yang tiba - tiba pening. Irwan berusaha mengelak dan meyakinkan dirinya kalau itu semua pasti bohong.
"Ga mungkin Wanda melakukan ini. Aku harus meminta penjelasan darinya."
Bergegas Irwan meninggalkan ruangannya untuk menemui istrinya. Memastikan surat tersebut tidak benar adanya. Dengan terburu - buru Irwan memacu kendaraannya menuju rumah. Berbagai praduga mengusai kepalanya saat ini.
Sesampai dirumah langsung mencari keberadaan istrinya.
"Wanda...Wanda kamu dimana sayang?" teriak Irwan sesaat memasuki rumah. Kesana kemari mencari keberadaan istrinya tidak ditemukan sosok yang ia cari.
"Apa ia ada dibelakang ya." Irwan bergegas menuju halaman belakang yang terdapat beraneka ragam bunga yang dirawat istrinya. Biasanya Istrinya sering menghabiskan waktunya mengurus tanaman - tanamannya.
Dari kejauhan terlihat sosok orang yang ia cari tengah duduk membaca sebuah buku di gazebo yang ada disana.
"Wanda..." teriak Irwan yang berjalan menuju istrinya.
Sepertinya ia mendengar ada yang memanggil namanya,ia langsung menoleh kearah suara itu. Nampak suaminya berjalan ke arahnya.
"Aku cariin kamu di dalam dari tadi,ternyata kamu ada disini." Ujar Irwan ingin memeluk istrinya tapi Wanda menghindar.
"Apa,mas. Kok jam segini kamu sudah pulang?Ada apa?" Tanya Wanda dengan nada datar.
"Ini maksudnya apa,Wanda." Irwan memberikan surat dari pengadilan agama yang ia terima.
Wanda sejenak membaca surat tersebut dan tersenyum simpul." Seperti yang kamu baca,mas." Ujar Wanda ringan.
"Jadi ini benar kamu yang mengajukan?" tanya Irwan memastikan.
"Hmm..."Wanda mengangguk.
"Tapi kenapa,Wan. Kenapa kamu melakukan ini?Salah mas dimana?" ujar Irwan.
Wanda tertawa keras mendengar pertanyaan dari suaminya. Rasa muak dan benci pada laki - laki didepannya yang masih pura - pura tidak tahu permasalahan rumah tangganya.
gda guna nya juga..sama2 muna juga..saling gengsi...yg perempuan gengsi di gedein