Sequel Uncle Bram
Wanita cantik yang bernama Zalila Aksen Hendrayan hidup bak seorang putri. Dia hidup bahagia bersama keluarga angkat yang kaya raya.
Hidupnya amat sempurna. Namun, karena kesalah pahaman antara dirinya dan om angkatnya membuat Lila harus menelan pil pahit.
Om angkatnya tega memperkosanya dan berniat membunuhnya.
Semua mimpi Lila sirna, dia pergi dengan sejuta luka. Tak ada lagi kehidupan bak seorang putri yang ada hanya Lila yang hidup berjuang untuk putranya.
Dan Om angkatnya akhirnya tau apa yang di rahasiakan Lila selama ini. Dia menyesal telah melukai Lila. Namun, penyesalan itu sia-sia, karena Lila sudah pergi jauh dan entah ada dimana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Tania tak bisa lagi menghindar. Kakanya sudah pasti sangat mencurigainya sekarang. Namun sedalam apapun kecurigaan Vania terhadapnya, tetap Tania tak akan membuka mulutnya.
Tania mentap mata kakanya dengan tajam. Dia sengaja melakukan itu agar kakanya berhenti menuduhnya, sebab jika dia menunduk dan terlihat gugup, Vania akan berar-benar mencurigainya.
"Vania, bisakah mau melepaskan tanganku dari cekalanmu?" kata Tania.
Vania mencebik mendengar ucapan adiknya, dia pun terpaksa harus melepaskan cekalannya pada tangan adiknya. "Sekarang katakan, kenapa kaka?" tanya Vania menyelidik.
"Se-sebanarnya kaka ... " Tania langsung berlari setelah menggantung ucapannya dan Vania pun langsung mengajar adiknya.
•••
Lila, Keinya serta Bram baru saja tiba dirumah yang selama ini mereka tinggalkan selama dua bulan. Lila mengehela napasnya ketika dia akan turun dari mobil.
Bayangan perlakuan kejam Raffael kembali melintas dipikiran Lila. Tapi Lila berusaha menepis ketakutannya. Dia ingin pergi setelah melihat rumahnya yang selama ini dia tinggal 15 tahun dan mengingat bahwa dia takan pernah lagi kembali kerumah dan kembali ke keluarganya.
Saat masuk kerumahnya, Lila langsung berkeliling kesemua penjuru rumah, dia meneteskan air mata saat mengingat kenangan-kenangan bersama keluaganya.
Setelah cukup berkeliling, Lila memutuskan untuk kembali kekamarnya.
Sore hari.
Lila keluar dari kamarnya. Dia mencari mamihnya untuk berbicara dan ternyata mamihnya sedang duduk disofa sambil membaca majalah.
"Mamih!" panggil Lila dari arah belakang.
Keinya memutar kepalanya kebelakang, dan tersenyum. "Kemarilah!" titah Keinya, kemudian dia menaruh majalah yang telah di bacanya dimeja.
Lila mendekat, kemudian dia membaringkan tubuhnya dengan berbantalkan paha Keinya.
Dia memejamkan matanya menikmati elusan tangan mamihnya yang mungkin takan pernah dirasakannya lagi.
"Mamih."
"Ya, sayang."
Lila merubah posisinya menjadi melihat kearah Keinya. "Mamih, masih ingatkan Emily?" tanya Lila.
"Tentu, mana mungkin mamih lupa. Ada apa dengannya?"
"Mamih, Emilly akan menikah, bolehkan aku menghadiri pernikahannya?"
"Baiklah, kapan pernikahannya? mamih akan menemanimu."
Seketika Lila menelan ludahnya. Dia hanya berbohong tentang Emily yang menikah, faktanya dia menggunakan alasan pernikahan Emily agar bisa pergi.
"Mamih, pernikahan Emily akan dilakukan tiga hari lagi, bagaimana jika aku pergi duluan dan mamih menyusul?" tawar Lila yang tau jika Keinya sebenarnya akan pergi bersama Bram untuk ke Bali.
"Kau benar, mamih dan papih akan pergi ke Bali, jadi mamih akan menyusulmu jika urusan papih sudah selesai, nikmati waktumu bersama teman-temanmu sebelum mamih menjemputmu."
Lila bernapas lega, setidaknya dia bisa pergi tanpa sembunyi-sembunyi dan melihat keluarganya untuk yang terakhir kalinya. "Baiklah mamih, mamih bisakah membuatkan ku sosis yang banyak untuk ku disana?" pinta Lila.
"Baiklah, besok pagi mamih akan membuatkannya."
••••
seharian kemarin, Lila sudah menghabiskan waktu berasama Vania dan Tania. Dan semalam dia tidur bersama Keinya dan Bram. Lila sengaja meminta tidur bersama papih dan mamihnya karna hari ini dia akan pergi untuk meninggalkan semua.
Dihadapannya sudah ada satu koper, sebelum keluar dri kamarnya, dia terduduk lesu karna mengingat hari ini hari terakhir dia bisa merasakan kenyamanan.
Tak lama dia pun keluar dari kamarnya karna Bram sudah menunggunya untuk mengantarkannya ke bandara.
"Lila, jaga dirimu nak, berhati-hatilah disana," ucap Keinya saat Lila akan masuk kedalam mobil.
Lila langsung memeluk Keinya, dari tadi dia menahan tangisnya agar tidak jatuh, tapi pertahanannya hancur saat dia memeluk wanita yang amat disayanginya.
Mamih, mamih adalah wanita yang paling aku sayangi, mamih adalah segalanya bagiku, maafkan aku jika selama ini merepotkan mamih, semoga mamih selalu diberikan kesehatan.
Lila menangis sesegukan dipelukan Keinya, Keinya tidak heran sama sekali karna dulu setiap kali Lila akan bepergian, Lila akan terus menangis. Tapi yang Keinya tidak sadari ini kali terakhirnya dia memeluk putrinya.
Lila pun melepas pelukannya dia menatap mamihnya dan mencium pipi mamihnya.
"Hati-hatilah, telepon mamih jika sudah sampai."
"Ya, mamih, katakan pada Tania, dan Vania aku pergi," ucap Lila.
Bandara.
"Papih, pulanglah, pesawatku akan berangkat 30 menit lagi," ucap Lila.
"Papih akan menunggu sampai kau berangkat."
"Papih, bukankah papih akan bertemu teman papih," ucap Lila mengingatkan.
"Ah, ia papih lupa, apa kau tidak masalah menunggu sendiri?" t
"Tentu, papih, aku akan tidak keberatan."
Bram mengelus rambut Lila, "Kabari papih jika kau sudah sampai."
"Ya, papih."
Bram pun membalikan tubuhnya untuk meninggalkan Lila, tapi baru berapa langkah Lila sudah memanggilnya kembali.
"Papih!" panggil Lila.
Bram kembali menoleh dan mengehtikan langkahnya. Lalu Lila berlari, dan langsung memeluk Bram.
Papih, terimakasih telah menyayangiku, telah merawatku, telah memberiku kebahagiaan. papih aku tak bisa membalas kebaikanmu, hanya doa yang bisa kupanjatkan agar papih selalu bahagia, maafkan aku papih aku harus pergi dengan cara seperti ini dan mungkin kita takan pernah bertemu lagi.
Lila kembali menangis tersedu-sedu dipelukan Bram, ini kali terakhir dia bisa memeluk lelaki yang paling ber'arti dihidupnya. Lila pun melepaskan pelukannya dan menatap Bram, "Papih, sampaikan salam ku pada moma dan popa," ucap Lila yang tak berpamitan pada Aysel dan Aska karna mereka tengah di Bali.
"Ya, papih akan sampaikan, telepon papih jika kau sudah tiba."
Lila memandang kepergian Bram dengan sendu, setelah Bram tak terlihat Lila membuang paspor dan tiketnya kedalam tempat sampah dan keluar dari bandara.
3bulan kemudian ....
Raffael ditunda besok ya karna mata sudah tak bisa dikondisikan takutnya ga stabil nulisnya.
Ada yang sama kah kaya aku, nangis pas Lila mau pergi ? nyesek banget. semoga selamat sampai tujuan Lila.
tetep nyesekk