Mati-matian berusaha dan berakhir gagal membuat Deeva enggan membuka hati, tapi sang ibu malah menjodohkannya tepat dimana perasaannya sedang hancur. Diantara kemalangannya Deeva merasa sedikit beruntung karena ternyata calon suaminya menawarkan kerjasama yang saling menguntungkan.
"Anggap gue kakak dan lo bebas ngelakuin apa pun, sekalipun punya pacar, asal nggak ketahuan keluarga aja. Sebaliknya hal itu juga berlaku buat gue. Gimana adil kan?" Arshaka Rahardian.
"Adil, Kak. Aku setuju, setuju, setuju banget." Deeva Thalita Nabilah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selera
“Kak Shaka!”
“Hm.”
“Emang kalo baikan harus pelukan yah?’’
Shaka terdiam sebentar, ‘’iya.’’ Jawabnya asal.
‘’kenapa juga gue jadi meluk ini bocah duh!’’ batin Shaka. Padahal rencananya ia hanya akan meminta maaf kemudian bersalaman atau saling tos pertanda meraka sudah damai. Pelukan benar-benar tak ada dalam rencananya.
Shaka buru-buru melepas pelukannya, lantas mengelus puncak kepala Deeva sebelum akhirnya memasangkan sabuk pengaman gadis dan Kembali melajukan mobilnya.
“Langsung pulang sekarang?” tanya Shaka.
Deeva menggelangkan kepala dengan sedikit cemberut.
‘’Mulai deh. Ngomong Deev! Kita kan udah baikan.’’
‘’Pengen makan dulu.’’ Jawab Deeva.
‘’Tadi gue tawarin lo kagak mau.” Ledek Shaka.
Hm! Deeva menghela nafas Panjang. “Nggak peka deh banget jadi orang Kak Shaka.’’
Shaka tergelak, ‘’Lah kan tadi lo sendiri yang geleng kepala. Kalo geleng artinya nggak mau kan?’’
‘’Ya nggak gitu Kak. Artinya sesuai situasi dan kondisi aja. Masa harus aku ajarin sih!’’ jawab Deeva.
‘’Situasi dan kondisi kayak gimana?’’ Shaka menengok sekilas, ‘’kalo lo lagi ngambek terus gue nawarin sesuatu terus lo bilang nggak mau atau geleng kepala itu artinya mau atau iya gitu? Terus sebaliknya kalo lo bilang mau berati nggak mau gitu?’’ lanjutnya sambil tetap fokus pada jalan di depannya.
Deeva mengangguk, ‘’Betul. Tapi kadang nggak gitu juga Kak. Pokoknya sesuai situasi dan kondisi aja lah.’’
‘’Ribet amat. Padahal bilang aja langsung pengen ini pengen itu kan gampang.’’
‘’Ya nggak bisa gitu lah Kak Shaka. Jadi cowok tuh harus peka. Kayak nggak pernah pacaran aja Kak Shaka nih. Nggak peka sama sekali.’’ Ejek Deeva.
“Emang lo punya pacar?’’ tanya Shaka.
‘’Kok jadi nanyain pacar?’’
‘’Kan lo paham banget urusan peka pekaan!’’
Deeva tersenyum getir tapi tak lama kemudian ia malah menertawakan dirinya sendiri, ‘’aku nih udah kelewat peka Kak, tapi tetep aja dia malah milih tetangga depan rumahnya.’’
‘’Aku bela-belain rajin belajar, ikut aneka ekstra kurikuler, ikutan OSIS sampe aku bela-belain jadi komite disiplin sekolah biar bisa selalu ada di deket dia, ngebantuin dia, eh hasil akhirnya malah ambyar.’’ Tanpa sadar Deeva malah jadi curhat.
‘’Hasil akhirnya Dirga malah milih Kara kan.’’ Ucap Shaka.
‘’Nggak usah disebutin juga Namanya kali Kak!’’
“Kenapa? Belum move on?’’ Shaka melirik Deeva sekilas. Memastikan apakah gadis itu akan keberatan jika dia mulai mengorek masa lalunya, meski sebagian besar sudah ia ketahui dari sang kakek.
‘’Hm, dikit.’’ Jawab Deeva lirih.
‘’Tapi mau gimana lagi aku nggak jodoh sama dia.’’ Deeva menghela nafas dalam.
‘’Tapi lumayan juga gara-gara ngejar dia aku jadi siswa yang aktif, nilai juga oke lah. Lagian kalo dipikir-pikir mungkin aku ngarepin dia tuh karena aku ngira dia yang kakek jodohin sama aku. Terus kebetulan juga dia tipe aku.’’ Jelas Deeva lantas tersenyum. Sosok Dirga tiba-tiba muncul sekilas dibayangannya.
Shaka tergelak mendengar cerita Deeva. Kisah cinta remaja seperti Deeva terdengar lucu dan remeh baginya. Tapi benar yang Deeva bilang, setidaknya ada nilai plus yang ia dapatkan dari usaha mengerar Dirga, sepupunya.
“Sekarang lo nggak pengen ngejar gue gitu? Kan sekarang udah tau kao yang dijodohin sama lo tuh gue, Deev.’’ Tanya Shaka.
Kini giliran Deeva yang tergelak. Ia bahkan merubah posisi duduknya jadi sedikit miring kea rah Shaka supaya bisa melihat dengan jelas lelaki yang sedang mengemudi itu.
“Aku ngejar Kak Shaka?’’ tawanya terdengar begitu renyah, ‘’nggak mau! Sorry.” Lanjutnya.
“Kenapa emang?” Shaka ikut tertawa.
‘’Bukan tipe aku.’’
‘’Kalo Dirga?’’
‘’Dirga tipe aku banget, Kak. Baik, pinter, ganteng, sama jago basket.’’ Jawab Deeva dengan mata berbinar.
‘’Emang gue nggak ganteng?’’ ledek Shaka.
‘’Hm gimana yah?’’ Deeva mengamati Shaka. Yang diamati malah berpose meledek. ‘’Kak Shaka ganteng.’’ Ucap Deeva.
‘’Malah Bila bilang kalo Kak Shaka tuh ganteng banget.’’ Imbuhnya kemudian.
‘’Terus kenapa lo nggak suka sama gue hm?’’ Shaka menaikan kedua alisnya kilat.
‘’Tua!’’ jawab Deeva singkat lalu tertawa.
Jleb! Jawaban Deeva membuat Shaka yang sedang membanggakan ketampanannya langsung tak berekspresi. Menurutnya dia belum tua. Ya, dua puluh enam tahun menurutnya masih muda.
‘’Gue baru dua enam, Deev!’’
“Udah tua itu, Kak.’’
‘’Belum lah.’’
‘’Tua, Kak. Buruan nikah gih! Ntar nggak ada yang mau kalo ketuaan.’’ Ejek Deeva, ‘’ntar dikatain bujang lapuk Kak!’’ lanjutnya.
‘’Kalo nggak ada yang mau kan udah ada lo, calon istri gue.’’ Balas Shaka.
Deeva bergidik geli, ‘’ih nggak mau, Kak Shaka. Masa aku nikah sama kakak. Nggak mau! Ketuaan!’’
‘’Lagian kan kita udah sepakat, Kak Shaka lupa apa?’’
Shaka menghentikan mobilnya di depan sebuah restoran, ‘’makan dulu.’’ Ucapnya seraya keluar dari mobil.
Deeva buru-buru keluar dan mengejar Shaka, mensejajarkan langkah kakinya dengan lelaki jangkung di depannya. Deeva sedikit mendongakkan kepala demi bisa bertatap dengan Shaka yang lebih tinggi darinya.
‘’Kak! Kak Shaka nggak lupa sama kesepakatan kita kan?’’ karena Shaka tak menanggapi, Deeva mempercepat langkahnya dan berdiri di depan Shaka hingga dia berhenti.
Lagi, Deeva mendonggakkan kepala supaya bisa bertatapan dengan Shaka, ‘’Kakak nggak lupa sama kesepakatan kita kan? Kan Kak Shaka yang bilang kalo kita cuma pura-pura aja.’’
Shaka mengelus gemas puncak kepala Deeva, ‘’bawel banget. Iya gue inget, lagian lo bukan selera gue.’’
‘’Buset bukan selera. Kayak makanan aja kak pake selera segala.’’
‘’Ya pokoknya sama kaya gue yang bukan tipe lo. Lo juga bukan tipe gue.’’ Shaka memengang kedua bahu Deeva dan memutar gadis itu kemudian mendorongnya untuk berjalan menuju meja dengan cepat.
‘’Makan dulu. Omongan lo ngelantur kemana-mana gara-gara belum makan.’’ Lanjutnya.
‘’Aku kan cuma mastiin, Kak.’’
‘’Udah tenang aja. Pokoknya lo sama gue kakak adik. Kalo ada apa-apa harus ngasih tau gue.’’ Tegas Shaka.
‘’Setuju. Siap kak. Tapi kalo aku ngasih tau Kak Shaka jangan marah-marah. Seenggaknya tanya dulu alasan aku. Jangan kayak pas di ruang BK.’’
‘’Iya. Udah pesen aja makanannya dulu!’’
Keduanya makan diselingi dengan obrolan ringan. Deeva memindahkan sebagian nasinya ke piring Shaka, ‘’bantuin Kak.”
“Abisin ngapa!’’ Gerutu Shaka.
“Kebanyakan Kak.’’ Jawabnya seraya mengambil sayuran dari piring Shaka, ‘’aku bantuin sayang…”
Uhuk! Shaka tersedak mendengar ucapan Deeva. Ia buru-buru meminum air di sampingnya.
“Apa lo bilang barusan? Sayang?’’
“Iya, sayang.” Jawab Deeva, ‘’sayang sayurannya kalo nggak dimakan kak.’’ Lanjutnya tergelak.
‘’Bocil si a lan!” batin Shaka. Ia meneguk habis air mineral di gelasnya.
“Kak Shaka ngarep aku manggil sayang? Jangan ngimpi deh!’’ ejek Deeva, ‘’satu sama, Kak. Waktu itu juga kakak kayak gitu ke aku.’’ Lanjutnya.
‘’Kekanak-kanakan!’’ cibir Shaka.
‘’Kan aku emang masih anak-anak, Kak. Emangnya Kak Shaka, udah tua.’’ Ledeknya lagi.
‘’Ngatain tua sekali lagi langsung gue bawa ke KUA lo, Deev!’’ ancam Shaka.
Deeva tersenyum manis, ‘’T U A’’ Deeva mengejanya, ‘’Tua!” teriaknya lalu berlari meninggalkan tempat duduknya.
Shaka tersenyum samar melihat tingkah Deeva, ‘’dasar bocah!’’
.
.
.
Tahan tahan
Like komen dulu sebelum lanjut kak
Nggak komen\= tua
Nggak like+nggak komen\=tua banget
Baca tanpa jejak\=tuanya kebangetan wkwkwk
Sawannya pindah ke Shaka kek, makanya suka ngocel sama ngomel terus bawaannya sama Deeva...🤣
turut berduka cita ka...
Dewa mah is the best , bisa aja akalnya buat main bareng sama Deeva . gak boleh main ya alesan belajar ya wa....
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍