"You must marry me!!!"
Itulah ucapan yang tiba tiba dikatakan oleh seorang wanita bernama Morning Dew Jensen pada seorang cassanova bernama Lucian Kingsford.
Pernah menjalani ONS, membuat Dew hamil anak dari Lucian Kingsford. Tapi Dew tak mengatakan hal tentang kehamilannya pada Lucian dan baru muncul setelah 8 tahun kemudian ketika anak mereka sudah beranjak besar.
Demi anak, akhirnya mereka pun terpaksa menikah meskipun tak ada rasa di antara mereka. Apakah akan tumbuh benih benih cinta pada mereka setelah menikah.
Yuk simak kisahnya...
FOLLOW instagram @ZARIN.VIOLETTA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Lucian 22
Seharian itu Dew dan Zei menghabiskan waktunya bersama di salon. Setelah dari salon, mereka pun langsung menuju ke restoran Zei.
Dew makan siang di restoran Zei setelah melewatkan makan siang mereka tadi dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul empat sore.
Dew dan Zei saling mengenal dalam obrolan obrolan mereka yang cenderung absurd. Dew sebenarnya adalah wanita yang sedikit nyentrik dan cuek. Kepribadiannya itu hampir sama dengan Zei yang tak terlalu peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya.
Dalam hidup Dew hanya Luca lah yang terpenting. Jika ada yang menyakiti Luca maka itu sama saja menyakiti dirinya dan itu artinya Dew akan menghadapi siapa pun yang berani menyakiti Luca.
Pernah suatu ketika, Dew harus berurusan dengan hukum karena kakak kelas Luca pernah mengejek Luca dan Dew mendatangi orang tuanya hingga terjadi baku hantam karena tak ada yang mengalah.
Dew sangat yakin dengan putranya yang tak pernah membuat masalah dan selalu menjadi teladan di sekolah.
Itulah yang membuat Dew mengambil tindakan itu karena orang tua anak itu ikut mengejek Luca dan itu sangat menyakitkan bagi Dew.
Dew tampak melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Zei, aku akan pulang karena Luca pasti sudah pulang ke rumah," kata Dew.
"Aku akan mengantarmu karena aku juga akan pulang," sahut Zei.
"Baiklah, ayo," jawab Dew dan mereka berdua pun pergi keluar dari restoran yang masih tampak ramai itu.
Sepanjang perjalanan menuju mansion, Dew dan Zei bercerita panjang lebar kembali seakan pertemuan mereka tadi masih kurang lama.
Sesampaianya di mansion Dew, Zei langsung pulang setelah menurunkan Dew.
"Bye, Dew. Nanti aku akan mengirimkan fotoku padamu untuk kau lukis," ucap Zei tersenyum.
"Ya, aku menunggunya. Hati - hati, Zei," sahut Dew yang juga tersenyum.
Setelah Zei pergi, Dew pun pergi masuk ke dalam mansion.
Dew langsung menuju ke kamar Luca karena biasanya Luca ada di depan laptopnya setelah pulang dari sekolah.
CEKLEK
Dew mengedarkan pandangannya dan tak melihat Luca di dalam kamar. Dew kemudian memanggil Luca dan tak terdengar sahutan di sana.
Dew keluar kamar dan bertanya pada pelayan tentang Luca dan ternyata Luca belum pulang dari sekolah.
Dew menelepon Lucian dan pria itu tak mengangkatnya lama. Dew kembali menelepon hingga akhirnya Luca yang mengangkatnya.
"Luca? Kau di mana? Mengapa tak pulang ke rumah?" tanya Dew.
"Daddy mengajakku jalan jalan ke pameran robot, Mom. Dan di sini sangat seru sekali," sahut Luca.
"Oh God ... Mengapa tak memberitahu Mommy?" tanya Dew.
"Daddy bilang tak ingin mengganggu waktu Mommy bersama Aunty Zei," jawab Luca.
"Baiklah, jangan sampai malam karena kita harus makan malam bersama," sahut Dew.
"Oke, Mom. I love you. Bye," jawab Luca dan menutup ponselnya.
*
*
"Mommy yang menelepon?" tanya Lucian.
"Hmm," sahut Luca.
"Dad ...," panggil Luca.
"Hmm?" sahut Lucian.
"Buat Mommy hamil agar Mommy ada kesibukan lain selain mengawasiku," kata Luca yang membuat Lucian sedikit speechless.
"Jadi kau ingin adik?" tanya Lucian.
Luca mengangguk.
"Mommy terlalu mengkhawatirkanku dan menganggapku seperti bayi. Sepertinya Mommy harus memiliki bayi lagi agar fokusnya tak hanya padaku saja," sahut Luca.
Lucian tertawa dan mengacak rambut putra jenius nya itu.
"Baiklah, Daddy akan mewujudkan keinginanmu karena Daddy juga ingin mansion kita ramai dengan suara bayi. Ya, kan?" sahut Lucian dengan senyum kemenangannya.