Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 ~ Kedatangan Oliya
Mobil yang dikendarai oleh Thomas pun telah sampai di parkiran Xanderia Hospital.
"Jika terjadi sesuatu lo yang bertanggung jawab!" Ancam Ken sambil membuka pintu kendaraan.
"Terserah!" sahut Thomas dengan ketus.
Kini mereka pun telah berjalan menuju pintu utama, Thomas telah berjalan dengan memimpin di antara mereka.
"Nabil gara-gara lo bagaimana nasib motor gue? kalau hilang ga mungkin gue mampu beli itu motor!" protes Nadira dengan muka yang di tengkuk.
"Beberapa jam lagi motormu akan tiba di parkiran rumah sakit ini dengan bensin terisi penuh." Ken menyela obrolan para wanita tersebut dengan berjalan melewati mereka.
"Tapi Pak—, ini kuncinya?" Nadira dengan heran memikirkan ucapan Ken tanpa ada penjelasan sedikitpun.
"Sudah dapat solusikan? Ini Box kue Mamaku, hehe ... ya sudah aku kejar Pak Thomas ya bye ...," ucap Nabila sambil berlalu.
"Pak ... bagai—." Nadira terhenti sejenak akan ucapannya tatkala melihat Ken terdiam sejenak saat melangkah, dengan tangan Ken yang memegang pelipis. " Bapak ..., Bapak tidak apa-apa? sini biar aku bantu Bapak berjalan," tawar Nadira yang kembali memapah Ken.
"Tidak perlu tanganmu sudah repot begitu," ujar Ken sambil menatap box kue yang berada di tangan Nadira.
"Baik, kalau begitu Bapak mohon tunggu di sini, Nara ke sana bentar masukin kue basah ini ya!, awas lo Pak jangan ke mana-mana!" Seru Nadira dengan menyuruh Ken duduk di sebuah kursi dan kemudian Nadira melangkahkan kakinya menuju kantin.
Tanpa berkata-kata, Ken diam memperhatikan Nadira yang memasuki kantin dengan membawa sebuah Box dalam tangannya.
Ngapain sih Ra kamu harus repot-repot jadi consignor (konsinyor) segala? apa uang dariku ga cukup untukmu? apa uang yang aku berikan kurang?. Batin Ken dengan tatapan nanar memandang Nadira.
Beberapa menit kemudian, "Ayo Pak, aku udah selesai kita ke ruangan Bapak." Nadira membantu Ken memapahnya.
"Terimakasih," ucap Ken santun.
"Iya santai saja Pak, selama aku bisa bantu akan aku bantu Bapak," sahut Nadira dengan tersenyum sambil berjalan memapah Ken.
Sesampainya di ruangan Ken Nadira kembali menidurkan Ken di ranjang yang berada di ruangan tersebut.
"Tolong ambilkan obat dalam laci itu, yang berwarna hijau dan putih," sahut Ken ketika telah duduk bersandar di atas ranjangnya.
Nadira pun memberikan obat tersebut kepada Ken dengan memberikan segelas air hangat kepada Ken.
"Pak ... kenapa?" Tanya Nadira yang terjeda
"Bekerjalah bersama dokter Ray atau Ibrahim, nanti bawa laporannya padaku dan jelaskan padaku pasien yang sedang ditangani mereka," sela Ken kepada Nadira.
"Hmm, baiklah. Tapi jika Bapak butuh sesuatu hubungi saya ya Pak," pesan Nadira yang masih mengkhawatirkan Ken.
"Sudah pergilah!" Titah Ken, dan Nadira pun bergegas menuju kedua Dokter tersebut.
Dan saat Nadira keluar ruangan Ken, Ken pun langsung menghubungi Dokter Ray dan Ibrahim.
Namun sebelum Nadira menemui kedua Dokter tersebut dia berpapasan dengan Dokter Thomas.
"Pak ..., maaf sebentar," ucap Nadira dengan memegang tangan Thomas.
"Ada apa Ra?" Tanya Thomas singkat sambil melirik Nadira.
"Pak, tolong jenguk Pak Ken, tadi dia sepertinya merasa pusing lagi, tadi dia sudah makan obat, dia berada di ruangannya," jelas Nadira dengan menatap penuh harap ke arah Thomas.
"Kamu mengkhawatirkan Ken?" Tanya Thomas dengan menatap intens.
"Ya seperti pada yang lainnya Pak, itu yang saya rasakan, dan bukannya Bapak saudaranya?" Sahut Nadira malah bertanya balik dan melepaskan pautan tangannya kepada Thomas.
"Biasa aja ga usah pake menjelaskan kaya gitu, Aku juga seorang dokter aku paham soal bagaimana pasien dan soal kepedulian, ga usah ajarin aku!, Aku sekedar nanya saja," protes Thomas dengan ketus sambil berlalu melewati Nadira.
Aneh bener orang cuma jawab omongannya, eh malah di sewotin begitu. Ternyata Pak Thomas itu kalau lagi emosi sangat ga nyaman ya, beda banget emosi Pak Ken sama Pak Thomas, meski begitu Pak Ken ga membuat hati geram kaya saudaranya itu. Batin Nadira sambil mengangkat bahunya.
Thomas pun berlalu menuju ruangan Ken, namun Thomas berpapasan dengan Ken.
"Mau ke mana Lo?" Tanya Thomas saat bertemu dengan Ken di lorong.
"Mau ke ruangan bokap," jawab Ken dengan berjalan perlahan.
"Serius lo kuat?" Tanya Thomas penuh rasa khawatir.
"Mau bagaimana lagi?" sahut Ken dengan tetap melangkah.
"Hmm ... lo itu keras kepala Ken, pucet gitu maksain masuk." Thomas mensejajarkan langkahnya dengan Ken.
"Mau bagaimana lagi?" sahut Ken dengan mengangkat kedua bahunya.
"Iya ga masuk kerja ga bertemu gebetan kan, iya Kan? gue ke sini juga karena Nadira, gue tanya dia khawatir sama lo tapi jawabnya malah kaya ngajarin gue, sumpah hari ini orang-orang pada nyebelin, Nadira sama lo sama aja!" ketus Thomas dengan terus mendampingi Ken.
"Kenapa lo ngikuti gue? lo ga ada kerjaan apa?" Tanya Ken yang tidak peka.
"Anj*r ngomongnya ga ngotak lo, gue khawatirin lo malah bilang gitu, awas aja kalau sesuatu terjadi sama lo jangan ngerepotin gue!" Ancam Thomas sambil pergi meninggalkan Ken yang masih berjalan perlahan menuju ruangan Ayahnya.
Namun Ken ga pernah dengerin omongan yang ga penting untuknya, dia terus melangkah secara perlahan hingga akhirnya dia kini telah berada di hadapan pintu yang di tuju. Ken pun langsung masuk tanpa permisi.
"Ken —"
"Sorry Dad, aku lemas," sahut Ken langsung duduk di atas sofa dengan menengadahkan kepalanya.
"Itu anak Om, dia kurang sehat, kamu boleh pergi sama anak Om!" ujar Fredrick
"Pergi ke mana?, kenapa harus Ken? kan bisa diantar OB?" Tanya Ken bertubi-tubi dengan kepala yang kini ditegakkan.
"Dia anak teman dekat Dady Ken, namanya Oliya Natasya, sudah antarlah dia, barangkali dengan kau antar dia, badanmu bisa kembali bugar," sahut Fredrick dengan santai tanpa mempertimbangkan tubuh Ken yang lemas.
"Baiklah antar ke mana?" Tanya Ken yang enggan berdebat.
Dan gadis yang sedang duduk di hadapan Fredrick itu terus menatap Ken tanpa berkedip, dengan bibir menyunggingkan sebuah senyuman.
Sumpah ganteng banget anak Om Fredrick ini!, wah semoga aja benar gue berjodoh dengannya, ga sia-sia Papah nyuruh gue praktek di sini, thanks Papa. Batin Oliya dengan tersenyum bahagia.
"Antar ke resepsionis, dia akan memulai prakteknya hari ini," sahut Fredrick tanpa melihat kedua orang yang ada di ruangannya.
Ken pun berdiri dari sofa dan siap mengantar wanita tersebut.
"Ngapain kau diam? cepat aku ga punya banyak waktu!" titah Ken yang tidak suka dengan yang lelet.
"Eeh iya ka," ucap Oliya yang langsung beranjak dari duduknya dengan menundukkan wajahnya.
Ken dan Oliya pun berjalan dengan berdampingan di sebuah lorong rumah sakit menuju resepsionis.
"Ka, udah lama kerja di rumah sakit ini?" Tanya Oliya dengan menggelayut mesra di tangan Ken.
"LEPAS!, tadi kamu datang lewat jalan depan apa belakang?" Tanya Ken dengan mengabaikan pertanyaan Oliya.
"Baiklah." Oliya melepaskan tangannya. "Aku lewat jalan belakang Ka," jawab Oliya dengan menatap Ken.
"Ok, dari sini kamu jalan lurus, nanti ada pintu, masuk saja itu menuju lobi nanti tinggal tanya Ok!" Seru Ken dengan menggerakkan tangannya.
"Ka Ken ga anter Liya? terus nanti Liya bicara apa ke mba yang kerja di resepsionis?" Tanya Oliya kebingungan.
"Jalan saja nanti mereka akan menyambutmu, bilang saja Oliya apa? katakan kamu yang mau praktek!" Seru Ken dengan melangkahkan kaki yang berlainan arah.
Sumpah nyebelin banget jadi cowok? seenak jidat ninggalin gue, lihat saja jangan katakan aku Oliya Natasya jika kamu tidak sampai bertekuk lutut di hadapanku!. Gerutu Oliya dengan mengepalkan tangannya penuh rasa geram.
Bersambung ...