"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 7
Terdapat luka bakar di bagian belakang tubuh korban. Kemungkinan besar, korban disiksa sebelum nyawanya diakhir. Luka tusuk pada bagian perut korban cukup dalam, 25 cm. Luka tersebut memiliki kedalaman,tapi tidak lebar.
“Alat yang digunakan untuk membunuh bukanlah sebuah pedang, melainkan pisau.” Nares berpendapat, kalau pelakunya pasti adalah salah satu bangsawan. Nares paham betul mengenai persenjataan perang. Pisau ini, sangat jarang digunakan prajurit. Umumnya para prajurit akan menggunakan pedang besar, yang memiliki sisi lebar dan kedalaman mungkin sampai diangka 35 sampai 40 cm. Hanya kaum bangsawan yang biasanya membuat pisau dengan panjang sekitar 20 sampai 25 cm, untuk cinderamata. Jadi Nares membuat kesimpulan, kalau pelaku tidak akan mudah ditangkap. Dari beberapa petunjuk yang didapat, pelaku akan dengan mudah memanipulasi keadaan saat korban ditemukan. Apalagi kalau orang tersebut adalah seorang bangsawan dan pandai menyamar.
“Semoga saja tidak ada pembunuhan lagi.” Nares berharap ini adalah korban pertama sekaligus terakhir pelaku. Kalau pelaku tidak dapat ditangkap, ini hanya akan menjadi pembunuhan berantai yang tak jelas motifnya.
******
Yarana alias Fara sedang mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Ia menunggu kedatangan Vello.
“Putri Yarana, aku telah kembali.” Ucap Vello seraya mengetuk pintu.
“Ini dia yang ditunggu-tunggu.” Yarana segera membuka pintu.
“Vello aku butuh bantuan.” Yarana bergegas minta Vello masuk ke kamarnya, agar percakapan dirinya tak diketahui.
“Tentu tuan putri. Perintahmu akan pelayan ini laksanakan.” Vello dengan mata berbinar-binar dengan senang hati membantu tuannya.
“Aku ingin membuat sebuah sapu tangan. Apa kau tahu dimana tempat yang bagus?” Yarana sedang merencanakan sesuatu agar dapat menangkap pelakunya.
“Biasanya para bangsawan, membuat sapu tangan dikota Cillvana. Karena kualitas nya yang sangat bagus, para bangsawan yang lain sering pergi kesana untuk membuat sapu tangan.” Informasi dari Vello membuat Yarana tersenyum lebar.
“Baik, kita akan pergi kesana sekarang.” Yarana membuat keputusan bulat.
“Tidak bisa tuan putri, kita harus izin pada yang mulia terlebih dulu.” Vello memasang raut wajah khawatir, yang berbanding terbalik dengan raut wajah Yarana.
“Kalau begitu, kita akan meminta izin pada yang mulia raja.” Tekad Yarana sudah kuat, ia akan pergi menyusuri kota Cillvana untuk mencari tahu.
“Baiklah, putri Yarana.” Vello hanya bisa mengangguk dan mengikuti langkah Yarana. Mereka berdua pergu menghadap yang mulia raja untuk meminta izin. Yarana menarik nafas panjang, lalu meminta izin untuk masuk.
“Iya, silahkan.” Yang mulia raja Bellvana mempersilahkan putri kandungnya untuk masuk keruang kerjanya.
“Maaf mengganggu waktu anda yang mulia.” Yarana melihat raja Bellvana sedang sibuk menandatangani gulungan gulungan kertas dengan sebuah pena yang dicelup ke tinta hitam.
“Apa ada sesuatu yang mengganggu dirimu?” Raja Bellvana yang tadinya duduk beralih beranjak berdiri. Ia ingin mendengar apa yang ingin dikatakan putrinya.
“A..aku mau kekota Cillvana bersama Vello, Yang Mulia.” Yarana memberanikan diri meminta izin.
“Kota Cillvana? Tapi untuk apa nak?” Yang mulia raja balik bertanya pada putrinya.
“Aku ingin membuat sapu tangan. Aku dengar ada pembuat sapu tangan handal disana.” Yarana mengatakan alasannya, walau ada maksud terselubung dari sekedar membuat sapu tangan.
“Tapi terlalu jauh perjalanan kesana putriku. Kau titip saja dipelayan yang lain, biar mereka yang akan membeli sapu tangan dari pengrajin yang kau maksud.” Raja Bellvana tidak akan membiarkan putrinya berkeliaran diluar, terlalu berbahaya. Yarana yang ia kenal, sangat sulit beradaptasi dengan orang-orang sekitar. Raja takut kalau putrinya hanya akan jadi bulan-bulanan orang lain. Meski ada peningkatan kemarin saat Yarana membela dirinya diacara bangsawan, tetap saja raja Bellvana tak mau putrinya sampai merasa kesulitan sedikitpun.
“Ayah aku akan menjaga diriku dengan sangat baik, jangan khawatir.” Yarana reflek memanggil raja dengan sebutan ayah. Ia saja tidak sadar kenapa bisa memanggilnya dengan panggilan tersebut. Mungkin, ini alam bawah sadar Yarana yang asli masih berkutat ditubuhnya. Raja Bellvana yang mendengar, tiba-tiba tersentak. Ini kali pertama, Yarana memanggilnya ayah setelah sekian tahun lamanya.
“Baiklah. Diizinkan, tapi ada syaratnya.” Yang mulia raja punya sebuah syarat agar Yarana boleh pergi kekota Cillvana.
Baru hendak memberikan syaratnya, ada seseorang yang hendak masuk keruangan yang mulia raja.
“Pangeran Nares meminta izin untuk masuk yang mulia.” Salah seorang pengawal berbicara, yang mulia raja hanya tersenyum isyarat kalau pangeran Nares diperbolehkan untuk masuk.
“Selamat siang yang mulia.” Sapa Nares yang hanya fokus melihat yang mulia raja. Disisi lain, ada Yarana yang masih kesal dengan Nares. Yarana menekuk wajahnya saat melihat Nares datang.
“Yang mulia, aku meminta izin untuk pergi kekota Cillvana. Ada sesuatu yang harus diselidiki disana.” Tanpa berbasa-basi, Nares langsung ke inti topik pembicaraan.
Yarana yang mendengar langsung melotot kearah Nares. Ia tak terima kalau Nares ingin pergi ketempat yang sama dengannya.
“Kalau begitu ini adalah kabar baik.” Yang mulia tiba-tiba saja tersenyum.
“Tuan putri Yarana juga ingin pergi kesana. Dan sebagai syaratnya, kau akan pergi kesana bersama dengan dirinya.” Yang mulia raja mempercayakan keselamatan putrinya pada pangeran yang tangguh seperti Nares.
“Ke..kenapa begitu yang mulia?” Yarana tak sudi untuk melakukan perjalanan bersama manusia seperti pangeran Nares, manusia yang tak bisa mengucapkan kata atau bahkan kalimat yang baik. Bagaimana bisa manusia begitu melakukan perjalanan dengannya, pikir Yarana.
“Pangeran Nares adalah seorang pangeran yang tangguh. Dia pasti bisa menjagamu diperjalanan.”
“Jadi pergilah bersamanya.” Titah raja pada Yarana dan Nares. Mereka berdua sama sekali tak bisa menolak, lagipula sudah jadi keputusan mutlak yang dibuat oleh raja.
“Terima kasih Yang mulia.” Yarana dengan senyum terpaksa mengucapkannya. Raja Bellvana hanya tersenyum mendengar ucapan terima kasih dari putrinya.
Yarana dan Nares berjalan keluar dari ruangan raja. Kedua orang ini, berwajah masam sekali. Terkecuali Vello, ia senang-senang saja menemani sang putri sekaligus berjalan-jalan.
“Apa yang kau rencanakan? Hingga mengikutiku kesana?” Nares berujar dengan semaunya lagi.
“Oh hai, tukang marah-marah. Aku duluan yang mengajukan izin. Jadi sudah dipastikan penguntitnya adalah dirimu.” Yarana menuduh balik Nares dengan wajah kesal. Nares yang tak ingin jadi pusat perhatian Vello atau bahkan pelayan yang lain, memilih untuk tak lanjut mengintrogasi Yarana. Untuk kali ini, Nares akan membiarkan Yarana.
“Aku akan tanya ia di lain kesempatan.” Batin Nares. Ia meninggalkan Yarana dan juga Vello.
“Huuu.. dasar manusia tidak jelas.” Tanpa disadari Yarana mengumpat Nares, Vello yang mendengarnya sedikit shock. Seumur hidupnya, baru detik ini Vello mendengarnya.
“Sepertinya tuan putri sudah sangat cerdas.” Gumam Vello pelan mengikuti tuan putri Yarana dengan perasaan bangga.
# bersambung #