CEO DAN GADIS TULALIT

Zara menangis sambil menyalahkan dirinya sendiri karena selalu mengorbankan orang-orang dia cintai. Ia kabur begitu saja dari suaminya tanpa memberi kesempatan Zain menjelaskannya. Padahal dilihat kembali ke belakang Zain sudah berkorban banyak untuknya.

Mulai dari menemani dirinya dalam duka karena kehilangan Ibunda tercinta, melakukan operasi untuk memperbaiki kinerja otaknya agak tidak lamban dalam berpikir dan terakhir melindunginya dari serangan verbal maupun non verbal dari teman-temannya di sekolah bahkan kehormatannya dilindungi oleh Zain saat chef Juno sempat ingin melecehkan dirinya.

Zara duduk dilantai sambil mengelus perutnya. Ia sedang menunggu dokter melakukan tindakan medis pada suaminya di ruang IGD tersebut.

"Honey. Aku janji kalau aku akan menjadi istri yang baik untukmu. Mengurangi sikap ego dan manjaku. Maafkan aku. Aku ingin kita kembali seperti yang dulu. Aku mohon agar Allah segera menyembuhkan mu. Tolong beri aku kesempatan agar aku bisa menebus kesalahanku padamu," gumam Zara sambil berdoa apa saja yang ia bisa agar suaminya segera sadar.

Pintu ruang IGD itu dibuka. Dokter memanggil wali dari Zain. Zara segera menghampiri. Matanya terlihat bengkak.

"Dokter, bagaimana keadaan suami saya?" tanya Zara kuatir.

"Suami anda sudah siuman. Silahkan temui suami anda. Tidak ada luka serius walaupun dia cukup banyak kehilangan darah. Sebentar lagi perawat akan memindahkannya ke ruang rawat," ucap dokter.

"Terimakasih dokter...! Alhamdulillah ya Allah Engkau mengabulkan doaku." Zara melangkah perlahan lalu membuka tirai putih itu. Zain mengerjapkan matanya melihat Zara yang menatapnya sambil berurai airmata.

"Baby, kaukah itu?" tanya Zain karena pandangannya cukup kabur akibat pusing yang mendera kepalanya.

"Honey. Apakah kamu baik-baik saja? Apakah masih ada yang terasa sakit?" tanya Zara cemas.

"Kamu sudah disini, aku sudah tidak merasa sakit lagi. Kamu adalah obat jiwaku. Tolong jangan pergi lagi Zara...! Jangan tinggalkan aku lagi. Rasanya aku sulit bernafas jika tidak melihatmu sehari saja. Semuanya terasa tidak enak. Tidak enak makan maupun tidur," ucap Zain menatap wajah cantik istrinya.

Zara menghamburkan tubuhnya ke dada suaminya namun sangat hati-hati. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan suaminya.

"Aku memang bodoh. Aku tidak bersyukur dengan apa yang aku dapatkan. Padahal Allah sudah begitu baik mengirimmu padaku. Maafkan aku, honey..!" ucap Zara tersedu-sedu.

"Sudahlah sayang...! Sebaiknya kita lupakan apa yang pernah terjadi. Akulah yang harus meminta maaf padamu karena kebodohanku diawal pernikahan kita. Aku baru menyadari jika aku telah menemukan berlian sesungguhnya pada dirimu. Mataku yang telah menipuku hingga menjatuhkan penilaian padamu begitu dangkal. Tolong maafkan aku, baby...!" ucap Zain penuh penyesalan.

Keduanya sama-sama menangis dan mau berjanji untuk belajar dari kesalahan mereka masing-masing. Setiap hubungan punya kisah masing-masing. Belajar pada kesalahan dan menerima kekurangan pasangan justru akan menemukan jalan kebahagiaan. Hubungan yang terlalu menuntut sempurna justru akan menciptakan banyak luka karena terlalu peduli dengan penilaian orang lain.

Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri karena kehidupan pernikahan adalah milik berdua bukan untuk memuaskan mata orang lain untuk menilai kualitas kebahagiaan kita tapi kita sendiri yang akan menentukan bagaimana kita tumbuh bersama dari setiap perbedaan untuk tetap utuh walaupun dihancurkan berkali-kali oleh ujian.

"Sayang bagaimana dengan calon baby kita? Apakah dia baik-baik saja?" Zain mengusap perut Zara merasakan keberadaan calon anaknya di rahim istrinya.

"Alhamdulillah dia tidak rewel hanya saja dia kangen sama papanya," ucap Zara.

"Aku akan mengunjungi bayiku setelah aku sembuh sayang," goda Zain sambil tersenyum penuh makna pada Zara yang tersipu malu.

...----------------...

Enam bulan kemudian, Zara melahirkan seorang bayi laki-laki. Kehidupan keluarga mereka kembali harmonis. Bayi tampan itu diberi nama Fahri.

Zara masih melanjutkan kuliahnya setahun lagi. Mereka menetap sementara di Istambul hingga Zara selesai.

Setahun kemudian Zara sudah menyelesaikan pendidikan strata satu nya dan kini ia sedang mengandung anak keduanya yang diprediksi calon bayi perempuan. Zara memutuskan untuk melahirkan bayinya di Indonesia.

"Apakah kamu tidak ingin melahirkan di sini saja sayang?" bujuk Zain karena usia kandungannya Zara sudah memasuki enam bulan.

"Bukankah sebentar lagi ulangtahun kedua perusahaan kita? Aku ingin merayakan perusahaan kita dan mengadakan pesta anniversary kita yang ke 5 tahun. Kita sudah melewati suka duka bersama. Semoga kita tetap tangguh melewati ujian yang lebih berat dari sebelumnya," ucap Zara.

"Terimakasih sayang. Kamu sekarang sudah paham bagaimana bisa menstimulus ujian dari Allah sebagai bagian peran kita di dunia ini. Tidak ada kehidupan yang indah sepanjang hidup seseorang. Kita hanya dipaksa untuk menerima peran dari skenario Allah yang sudah tercatat di lauhulma'fuz. Tidak ada yang bisa menghindari dari takdir. Jadi kita tidak perlu merasa menjadi korban dari ujian yang Allah timpakan pada kita. Cukup terima dan minta agar kita mudah dalam menjalankannya. Karena sekuat apapun kita mengeluh, Allah tidak akan merubah ketentuannya selain menjalaninya dengan rasa sakit," ucap Zain.

"Yah, semakin kita melawan justru kita sendiri akan terjerumus pada keadaan yang lebih menyedihkan. Cukup terima semua ketentuan Allah dan menghilangkan rasa takut, malu dan marah serta iri pada kehidupan orang lain yang terlihat baik. Karena bisa jadi apa yang mereka nikmati pasti sudah melalui kesedihan dan kekecewaan yang luar biasa," timpal Zara.

Keduanya saling berpelukan satu sama lain hingga tidak sadar sekecil sudah ada diantara mereka.

"Ma, papa..!" panggil Fahri yang sudah berusia satu tahun itu.

"Masya Allah, anak mama sudah bangun," kaget Zara lalu menggendong putranya.

Zain tersenyum melihat kelurga kecilnya yang terlihat bahagia. Ia memohon kepada Allah agar kelurganya tetap utuh dalam situasi apapun.

Beberapa hari kemudian mereka sudah tiba di Indonesia. Di perusahaan milik Zara dan Zain sedang sibuk menyiapkan ulang tahun perusahaan sekaligus pesta pernikahan Zara dan Zain.

Nyonya Ami tampak bahagia bertemu dengan cucunya. Iapun senang dengan menantunya yang saat ini sedang hamil calon cucu keduanya.

"Kamu harus banyak istirahat sayang agar tidak begitu lelah saat pesta ulang tahun perusahaan," pinta nyonya Ami.

"Aku baik-baik saja mama. Tidak usah kuatir," ucap Zara yang merasa bahagia berada ditengah-tengah keluarga suaminya yang sangat mencintainya.

Dua hari kemudian Zara dan Zain serta putra mereka Fahri sudah berada di perusahaan. Mereka siap merayakan ulang tahun perusahaan.

"Terimakasih atas kerjasama keras dan dedikasi kalian pada perusahaan ini. Perusahaan ini sukses tidak lepas dari integritas kalian. Semoga ke depannya saya dan suami bisa melakukan beberapa kebijakan untuk bisa meningkatkan kehidupan kalian melalui perusahaan ini. Insya Allah saya berjanji akan meningkatkan bonus akhir tahun untuk tahun-tahun berikutnya," ucap Zara disambut tepuk tangan oleh para karyawan.

Zain menatap wajah cantik Zara lalu keduanya memotong kue ulang tahun tersebut. Para karyawan bersukacita hari itu.

Beberapa bulan kemudian Zara melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Firda. Lengkap sudah kebahagiaan keluarga kecil itu dengan kehadiran bayi mungil nan cantik ditengah mereka.

"Terimakasih bunda, engkau sudah memilih suami terbaik untukku. Semoga engkau bahagia di alam kuburmu aamiin," ucap Zara tersenyum pada suaminya yang baru saja mengecup keningnya.

"Terimakasih sayang karena sudah hadir dalam hidupku dengan cara Allah. Aku sangat mencintaimu Zara ku," ucap Zain.

SEKIAN.... TAMAT