NovelToon NovelToon
Hamil Anak CEO

Hamil Anak CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Hamil di luar nikah / Duda / Romansa
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hanela cantik

Dara yang baru saja berumur 25 tahun mendapati dirinya tengah hamil. Hidup sebatang kara di kota orang bukanlah hal yang mudah. Saat itu Dara yang berniat untuk membantu teman kerjanya mengantarkan pesanan malah terjebak bersama pria mabuk yang tidak dia ketahui asal usulnya.

"ya Tuhan, apa yang telah kau lakukan Dara."

setelah malam itu Dara memutuskan untuk pergi sebelum pria yang bersamanya itu terbangun, dia bergegas pergi dari sana sebelum masalahnya semakin memburuk.
Tapi hari-hari tidak pernah berjalan seperti biasanya setelah malam itu, apalagi saat mengetahui jika dia tengah mengandung. apakah dia harus meminta pertanggungjawaban pada lelaki itu atau membesarkan anak itu sendirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanela cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6

Dara perlahan membuka matanya. Cahaya putih dari lampu di langit-langit membuat pandangannya sedikit silau. Bau obat dan antiseptik langsung menusuk hidungnya.

Perlahan, kesadarannya mulai pulih. Ia mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha memahami di mana dirinya berada.

“Rumah sakit…?” gumamnya lemah.

Kepalanya terasa berat, tubuhnya lemas. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

Bagaimana aku bisa sampai di sini? pikirnya bingung.

Saat itulah, samar-samar ia mendengar suara seseorang. Suara berat, dan begitu familiar meskipun sudah berusaha ia lupakan.

“Rafa, Papa minta maaf, ya. Malam ini Papa nggak bisa pulang.” Suara itu terdengar lembut.

Dara menoleh perlahan ke arah sumber suara. Di kursi di dekat jendela, terlihat seorang pria duduk membelakangi cahaya redup dari luar. Ia berbicara dengan ponsel di tangan.

Dan ketika suaranya kembali terdengar jelas, jantung Dara seketika berdegup kencang.

“Papa janji besok pagi bakal sarapan bareng sama Rafa, ya? Jangan ngambek, Sayang.”

Tubuhnya tiba-tiba menegang, jemarinya mencengkeram selimut putih di atasnya. Rasa takut dan bingung kembali menyeruak, bercampur dengan emosi yang tak bisa ia jelaskan.

Arkan belum menyadari kalau Dara sudah sadar. Ia masih berbicara di telepon, suaranya.

“Iya, Papa sayang sama Rafa. Tidur yang nyenyak, ya. Nanti Papa pulang pagi-pagi.”

Begitu panggilan telepon ditutup, ruangan itu kembali sunyi. Hanya terdengar bunyi pelan alat monitor infus dan detak jam di dinding.

Arkan mengusap wajahnya pelan, lalu menatap ke arah tempat tidur. Saat itu pula, pandangan mereka bertemu.

Mata Dara terbuka lebar, menatapnya dengan campuran kaget dan takut.

Arkan spontan berdiri. “Kamu… udah sadar?” tanyanya pelan, berusaha mendekat.

Dara menelan ludah, suaranya serak saat bicara.

“Kenapa… kamu ada di sini?”

Arkan terdiam sejenak. Pandangan matanya dalam, seolah mencari cara terbaik untuk menjawab.

“Aku yang bawa kamu ke sini. Kamu pingsan di dalam kontrakan mu,” jawabnya tenang, meski nadanya terdengar hati-hati.

Dara menatapnya tak percaya. “Kenapa kamu bisa tahu tempat tinggaku?”

" kamu ngga perlu tahu itu, yang penting sekarang kamu harus istirahat"

" Makasih sudah membawa saya kesini, sekarang bapak boleh pergi. Kita tidak ada urusan lagi" ucap dara memalingkan wajahnya, saat Arkan duduk di kursi dekat ranjangnya.

"kata siapa urusan kita sudah selesai"

Suasana hening sesaat, hanya terdengar suara alat monitor yang berdetak pelan.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Seorang dokter wanita masuk, ditemani seorang perawat muda yang membawa peralatan medis.

“Oh, pasiennya sudah sadar,” ujar dokter itu dengan senyum.

Dara mencoba membalas dengan senyum tipis, meski pandangannya sedikit gugup karena menyadari Arkan masih berada di sisi ranjang.

“Bagaimana keadaan saya, Dok?, akhir-akhir ini saya sering merasa lelah dan pusing kadang juga sedikit mual” tanyanya hati-hati.

Dokter itu tersenyum seraya mengganti selang infusnya. " itu hal yang wajar, tapi Anda harus banyak istirahat dan jangan terlalu banyak pikiran. Tubuh Anda sedang lemah, apalagi dengan kondisi ada yang sedang hamil sekarang.”

Bak di hantam batu besar. Ia menatap Arkan cepat, wajahnya pucat. “A-aku... hamil?” suaranya nyaris tak terdengar.

"loh, suaminya belum ngasih tau ibu?. ibu positif hamil sekitar tiga minggu. Jadi tolong jaga kesehatan, hindari stres, dan makan teratur. Karena kondisi janinnya yang masih lemah”

“Pastikan istri Anda beristirahat total dulu, Pak.”

"kalo butuh apa-apa silahkan panggil saya. Kami pamit dulu pak"

Setelah dokter dan perawat keluar, kamar kembali sunyi.

Dara menatap langit-langit, hatinya kacau. Antara bingung, takut, dan tidak percaya.

"saya akan tanggung jawab" ucap Arkan memecah keheningan.

Dara menatap ke arah Arkan hanya sebentar " ngga perlu pak, saya akan menggugurkannya. Bapak ngga perlu bertanggung jawab."

Ucapan Dara tersebut spontan membuat Arkan emosi.

" jangan bodoh kamu dara, kamu mau menjadi pembunuh"

" saya ngga mau mempersulitnya, lagi pula ini salah saya. Anggap saja tidak ada yang pernah terjadi di antara kita. Dan janin ini juga"

Arkan mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras, matanya menatap tajam ke arah Dara.

Nada suaranya meninggi, menahan emosi yang hampir meledak.

“Dara, cukup!” suaranya tegas, membuat Dara spontan terdiam.

“Jangan pernah katakan itu lagi” lanjutnya, kali ini dengan nada rendah tapi penuh tekanan.

Dara menunduk, menatap jemarinya yang menggenggam erat selimut. Bahunya bergetar halus, menahan gejolak di dada.

“Kenapa sih kamu harus marah? Aku cuma nggak mau masalah ini makin rumit. Aku nggak mau kamu merasa bersalah karena hal yang… nggak seharusnya terjadi,” ucapnya pelan, hampir tak terdengar.

Arkan menarik napas dalam, mencoba meredam amarah yang bergemuruh di dadanya.

“Masalah ini udah terjadi, Dara. Mau kamu ngaku atau nggak, semuanya udah terlanjur "

Dara menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. " kenapa bapak bisa begitu percaya jika janin ini milik bapak. Bisa saja ini benih pria lain"

Arkan menundukkan wajahnya tepat berada dekat dengan Dara. " justru saya yang bertanya mana mungkin ini punya pria lain, sedangkan kamu hanya tidur denganku" ucap Arkan sambil mengusap pelan perutnya yang masih rata.

“Kamu istirahat aja sekarang. Jangan banyak ngomong dulu. Dokter bilang kamu butuh tenang.”

“Tapi—”

“Dara,” potong Arkan dengan tatapan tajam, “aku bilang istirahat.”

Nada itu tak bisa dibantah. Dara akhirnya menutup mulut, hanya bisa menatap pria itu dengan campuran marah dan bingung. Ia membalikkan tubuhnya, membelakangi Arkan, menatap dinding putih yang terasa begitu dingin.

Sementara Arkan berdiri beberapa detik di tempatnya, menatap punggung Dara yang diam namun jelas tengah bergetar menahan tangis.

Ia akhirnya menarik kursi dan duduk kembali di sisi ranjang, menatap Dara dalam diam.

1
Holma Pakpahan
lanjut,Dara tetaplah menjadi ibu yg baik.
knovitriana
update
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!