NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:981
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Benjamin menyenderkan kepalanya ke belakang kursi, akhirnya Ayah nya sudah pergi. Ia menutup mata dan merenungkan perbuatan kotor nya, ia tahu hal ini yaitu berpura-pura amnesia sangatlah tidak bagus tetapi dirinya ingin menjadikan pernikahan ini nyata dan tidak berakhir.

Cara ini adalah opsi terakhir yang Benjamin pikirkan, ia ingin membuat Clarissa jatuh cinta padanya lalu istri kontraknya itu meminta padanya untuk tidak bercerai.

''Agh sial, padahal aku ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengannya.'' Benjamin mengacak-acak rambut dan berdecak kesal. ''Bagaimana kalau aku tak berhasil menjalankan sandiwara ini? Ayah sialan.''

Walau sikap Clarissa berubah ketika dirinya amnesia, ia bahkan berbohong tentang ruangan atau rumah maupun kehidupan pernikahan mereka bahkan mengatakan dirinya mencintai Ben tetapi Benjamin ragu yang dikatakan istrinya itu nyata. Apa benar dia mencintai suaminya!

Bagaimana caranya agar Benjamin bisa mengetahui yang di katakan istrinya itu benar adanya! Ia sendiri bahkan tak bisa mengatakan cintanya sedari dulu pada Clarissa, andai istrinya tahu seberapa besar perasaan Ben padanya.

Tidak semudah itu menyatakan cinta, bagi Ben. Sudah sejak dulu Benjamin selalu mendapatkan pengakuan dari orang lain, ia tak pernah sekalipun menyatakan cinta pada siapapun. Sejak kecil Ayahnya mengajarkan untuk selalu bersikap selayaknya seseorang yang istimewa. Ia tak boleh merendah dan tak boleh terlalu mengutamakan perasaan.

Ia tumbuh menjadi sosok yang arogan bagi orang lain termasuk Clarissa. Saat Ben menyadari hatinya sudah jatuh pada perempuan itu, ia menjadi orang yang ingin selalu di ingat olehnya.

Ia mengirimi boneka Barbie yang cantik nan mirip dengan perempuan itu sebagai hadiah dan menggodanya.

Pintu terbuka yang terdengar oleh Benjamin, ia berdiri dan melihat istrinya keluar dari kamarnya. Clarissa memandangi seluruh ruangan, ternyata Ayah mertuanya sudah pulang. Dia kemudian menuruni tangga perlahan, Benjamin menunggu di ujung tangga.

"Ayah sudah pulang?" Clarissa ingin memastikan kebenarannya bukan hanya dari pengamatannya.

"Sudah," Ben menjawab dan terus memperhatikan istrinya.

"Ih jangan hanya diam di sini, ayo kita duduk. Aku penasaran apa yang di katakan Ayahmu, dia tidak membuatmu merasakan perasaan takut atau kepala kamu sakit saat berhadapan dengannya?" Clarissa menuntun Ben ke arah sofa dekat televisi, menurutnya ini tempat yang bagus untuk berdiskusi sambil bersantai.

Namun pikirannya malah teringat dengan kejadian waktu itu, Clarissa menggeleng sambil menutup mata. Ia mencoba tak memikirkan saat Ben hampir saja menciumnya.

Ben mendapati wajah Clarissa memerah saat hampir sampai di tempat itu, ia memalingkan wajah dan tersenyum. Ia sepertinya tahu apa yang membuat istrinya seperti itu.

Keduanya sudah duduk bersama, Clarissa menjadi serius. Ia menatap Ben dan bertanya kembali, "jadi? Apa yang di katakan Ayah!"

"Hm dia hanya menyuruhku bekerja, besok. Aku bilang akan bekerja asal di temani istriku," Ben menjelaskan sebagian yang di katakan Ayahnya. Ia tak akan pernah memberitahukan yang lainnya, ia tak mau hubungannya dengan Clarissa menjadi kacau balau karena sandiwara ini.

"Hanya itu? Bukankah terlalu lama tadi kalian berdiskusi! Apa kamu tidak merasakan sesuatu?" Clarissa sedikit khawatir dengan reaksi Ben saat berbincang dengan Ayah kandungnya sendiri.

"Aku sempat merasa kepalaku berdengung dan ada bayang-bayang seseorang, tapi sekarang sudah tidak sakit lagi." Ben berbohong tentang kepala atau apapun itu, ia ingin Clarissa mengkhawatirkan dirinya dan terus menjadi dekat hingga rencananya ini berhasil.

Clarissa memandangi dan menyentuh seluruh bagian wajah Ben, "sesakit apa? Kamu tidak ingat sesuatu? Misalnya bayang-bayang yang kamu bicarakan tadi!" Clarissa sedikit takut Ben mendapatkan ingatan yang buruk, itu bisa mengganggu kesehatannya.

Benjamin tersenyum, ia memegangi tangan Clarissa yang berada di wajahnya. "Tidak sesakit yang waktu itu dan aku tidak tahu bayang-bayang apa itu." Ia mengatakan hal tersebut tanpa memikirkan kalau istrinya akan kembali bertanya. Jawaban apa yang sekarang harus ia berikan agar tak membuat istrinya curiga bahwa dirinya berpura-pura amnesia. "Hmmmm mungkin bayangan perempuan," Benjamin kembali berkata. Ia sudah punya gambaran tentang hal ini.

"Perempuan? Bagaimana dengan rupanya? Apa yang sedang dia lakukan atau pakaian atau apapun yang kamu lihat di sana?" Clarissa sungguh takut Ben malah mengingat wanita itu, Isabella Lang yang merupakan model di bawah naungan perusahaannya. Dia juga sering di jodoh-jodohkan dengan Ben dan banyak rumor beredar bahwa hubungan keduanya lebih dari rekan kerja.

"Rambutnya cokelat, manis sekali aku suka cokelat." Benjamin menggigit bibir bawah, ia tak bohong soal cokelat. Dia sungguh-sungguh menyukainya sampai ingin memakannya sekarang.

"Ben, ini bukan saatnya untuk membicarakan makanan. Apa lagi yang kamu ingat selain itu," Clarissa sedang fokus dan panik namun jawaban suaminya membuatnya menjadi sedikit teralihkan.

"Baiklah baiklah aku akan fokus, perempuan itu menggerai rambut. Aku melihat dari belakang, sepertinya aku sedang melepaskan sepatu. Aku juga mengenakan pakaian rapi, perempuan itu kemudian menyadari keberadaan ku. Dia menghampiri dengan, hm aku melihat matanya seperti panik atau gugup dan...." Benjamin menghentikan kalimatnya, ia berfokus melihat ekspresi istrinya yang sedang penasaran dengan akhir dari perkataannya. Dia tampak cantik dan manis saat memperlihatkan mimik wajah seperti ini.

"Dan? Apa?" Clarissa bertanya dengan nada serius, jantungnya sungguh tak karuan mendengar Ben berbicara perihal ingatannya. Kalau sampai yang di lihatnya adalah Isabella dan mereka, Ben dan model itu sedang bermesraan. Dia pasti akan langsung bisa menyimpulkan bahwa kekasih sesungguhnya yang dia cintai bukanlah Clarissa.

"Dan... Aku melihat kalung berlian ini," tangan Ben meraba kalung di leher Istrinya dan Clarissa langsung terdiam beberapa saat.

"Oh jadi itu aku, benar juga tidak mungkin orang lain." Clarissa merasa sangat bodoh, bisa-bisanya tak menyadari bahwa sosok perempuan yang di ingatan suaminya adalah dirinya. Padahal sejak dia mengatakan rambutnya berwarna cokelat saja sudah terlihat siapa yang dimaksud. Sia-sia ia merasa takut dan khawatir tetapi ia sedikit senang di ingatan Benjamin hanya terlihat dirinya yang sedang menghampirinya.

"Waktu itu kamu sedang apa?" Benjamin tahu apa yang dilakukan istrinya, tentu saja. Tetapi ia ingin berlama-lama mengobrol dengn istrinya.

Clarissa tersenyum, sepertinya kejadian itu sekitar satu tahun lalu. Dirinya ingin membuat sebuah Cake namun ternyata gagal dan Clarissa mencoba membuatnya sampai berhasil namun ia menghabiskan waktu terlalu banyak. Ia sampai lupa belum memasak untuk makan malam, saat sedang merapikan rambutnya Ben sudah pulang. Clarissa bahkan baru menanak nasi, ia sebenarnya ingin makan bersama suaminya tapi karena lauknya belum di masak jadi rencana nya gagal.

"Waktu itu aku sedang memasak, sebenarnya aku terlambat. Aku menghampiri kamu karena ku pikir kamu akan marah karena aku ceroboh, aku lupa kalau kamu pulang lebih awal." Clarissa menjelaskan sedikit tentang kejadian itu.

"Ah begitu, mana mungkin aku marah padamu. Saat menguncir rambut kamu terlihat cantik sekali, dalam ingatan tadi aku terdiam dan tak mengatakan apapun saat tiba di rumah sepertinya karena aku terpesona dengan kecantikanmu." Benjamin menjawab sambil terus menyentuh kalung di leher Istrinya. Ia memang tak berbohong, sekarang dirinya seperti benar-benar akan menyatakan cintanya. Dirinya yang dulu, yang tidak berpura-pura amnesia mungkin tak akan bisa mengatakan ini.

To be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!