Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 21.
"Sebelum datang ke ruangan Anda, Nona Sena sempat bertemu dan terlibat pembicaraan dengan sekertaris Bianca, Tuan. Dan sepertinya, sekertaris Bianca sudah mengatakan hal yang membuat Nona Sena tersinggung hingga melampiaskan kekesalannya pada Anda," terang Tracker pada Elvano yang duduk di kursi kerjanya dengan masih memijat pelipisnya.
Pria itu cukup pusing serta bingung. Sudah sore hari Sena masih terlihat marah padanya. Buktinya, siang tadi, Elvano memanggil wanitanya itu untuk datang ke ruangannya dan akan makan siang bersama. Elvano pikir, kekesalan Sena akan mereda dengan sendirinya seiring waktu.
Namun, ternyata Elvano salah. Elvano sudah menunggu sekian lama, tapi Sena tak kunjung datang ke ruangannya. Elvano berulang kali menghubungi ponsel Sena dan sama sekali tidak diterima oleh wanita itu. Sena benar-benar mengabaikan bosnya.
Semua sikap Sena itu berefek besar pada Elvano. Hari ini pekerjaan pria itu, tidak ada satupun yang selesai. Dua rapat penting, Elvano bubarkan di tengah jalan karena isi kepalanya hanya terngiang-ngiang dengan kemarahan Sena.
Sampai akhirnya ia mengamuk, memanggil Tracker untuk segera memberi tahu padanya apa yang sebenarnya terjadi.
Dan terdiam Elvano saat Tracker mengatakan semua penemuan beserta dugaannya, mengapa Nona Sena bisa marah besar pada bosnya itu.
"Ucapan sekertaris Bianca tampaknya sudah memberikan tekanan pada Nona Sena, Tuan. Karena itu, Nona Sena menuntut pengakuan atau kepastian dari Anda."
Itulah dugaan Tracker, ia berpikir Nona Sena menuntut validasi untuk lebih meyakinkan hubungan seperti apa yang sebenarnya ada di antara dirinya dan bos Elvano.
"Aku pikir karena kami sudah sama-sama dewasa, jadi tidak perlu membahas hal seperti itu." Elvano mendesah berat. Ia mengacak rambutnya.
Melihat kondisi sang bos, Tracker hanya bisa diam dan menggeleng kecil. Tuannya begitu lihai dan pintar jika berurusan dengan pekerjaan dan berbagai jenis bisnis, tapi nyatanya, saat dihadapkan dengan permasalahan wanita, Elvano benar-benar bodoh, otak cerdasnya tidak mampu berjalan dengan baik.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Elvano terdengar putus asa. Sena baru mengabaikannya, ia sudah sekacau ini. Entah bagaimana jika wanita itu pergi dan meninggalkannya, mungkin Elvano akan mati tanpa perlu dihabisi.
"Minta maaflah pada Nona Sena, Tuan," jawab Tracker cepat seraya menunduk sungkan karena menyuruh Elvano meminta maaf. Tapi itulah tindakan yang sudah sepatutnya memang Elvano lakukan jika masih ingin mengharapkan hubungannya dengan Sena baik-baik saja.
"Ck! Aku tidak sebodoh itu, Tracker. Kau tidak lihat?" Tunjuk Elvano pada ponselnya yang ada di atas meja, yang sedari tadi sekali-kali terus saja ia pandangi. "Aku sudah mengirim ratusan pesan berisi permintaan maaf padanya, tapi jangankan dibalas, dia bahkan tidak membacanya."
"Temui Nona Sena langsung, Tuan. Katakan permintaan maaf Anda dengan serius dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi." Tracker menasehati sang atasan sudah seperti anak kecil yang baru saja melakukan keselahan.
"Aku tidak bisa meninggalkan ini semua."
Tracker mengangkat wajah datarnya dan menggeleng, melihat Elvano yang menunjuk segunung tumpukan pekerjaan pria itu.
"Ada kalanya kita memang harus memprioritaskan wanita kita di atas segala-galanya, Tuan. Itu juga sebagai bukti keseriusan. Memberikan kepastian tidak cukup hanya dengan kata-kata, tetapi juga perlu tindakan dan perilaku sebagai bukti nyata."
Elvano mengernyitkan dahinya menatap Tracker dengan memicing.
"Kau terlihat paham sekali tentang wanita, Tracker."
"Saya mencari tahu semuanya tadi, Tuan," ucap Tracker menunduk seraya tangannya mengangkat ponsel—sumber yang ia gunakan untuk mempelajari secara singkat dan tepat bagaimana ilmu memahami makhluk paling rumit di muka bumi ini.
Elvano lekas beranjak dari tempat duduknya. "Kau kerjakan itu semua," perintahnya pada Tracker yang terkejut. "Aku akan menemui Sena dan hubungi aku setiap setengah jam sekali, kau paham."
Tracker bingung dengan perintah bosnya itu. Ia diminta untuk menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk, hal itu mungkin tidak masalah baginya, sudah tanggungjawab seorang Tracker untuk membantu atasannya.
Tapi, Tracker heran dengan perintah Elvano yang meminta ia untuk sering-sering menghubungi atasannya itu. Untuk apa Tracker melakukannya, disaat dirinya tahu sang Tuan pastilah tidak ingin diganggu saat bersama Nona Sena.
"Jangan banyak berpikir, kerjakan saja dan hubungi aku setiap setengah jam sekali."
Elvano beranjak meninggalkan ruang kerjanya, tapi sebelum mencapai pintu keluar, ia berbalik dan bertanya, "Kira-kira apa yang harus aku lakukan agar Sena mau memaafkanku?" tanya Elvano pada Tracker. "Apa aku perlu membawa bunga dan hadiah untuknya?"
"Tidak perlu, Tuan. Anda cukup meminta maaf, dan langsung lamar Nona Sena," ucap Tracker dengan wajah tanpa ekspresinya yang membuat Elvano membelalakkan mata.
Melamar Sena?
*
*
*
Elvano mengendarai mobilnya menuju apartemen mewah yang ia beli untuk Sena tempati saat menghindari Rett dan Rexi. Tracker memberi tahunya, bahwa Sena sudah pulang lebih awal dari jam kepulangan operasional kantor. Wanitanya itu tampaknya benar-benar marah padanya, sehingga pulang lebih dulu dari jam kerja yang seharusnya.
Masuk ke dalam apartemen, kehadiran Elvano disambut oleh keheningan. Ia langsung mengambil langkah menuju lantai dua, di mana kamar tidur utama berada.
Belum sempat Elvano mengarah ke kamar Sena, telinganya menangkap suara riak air yang berasal dari kolam renang. Elvano menoleh, bisa ia lihat, Sena tengah berenang dan tampaknya tak menyadari kehadirannya.
Elvano perlahan mendekat, berdiri tegak di sisi kolam dengan tatapan yang intens pada Sena. Ketika Sena muncul dari dalam kolam, mata mereka bertabrakan, dan Sena sempat terhenti sejenak. Namun, tanpa sepatah kata pun, Sena kembali menyelam dan melanjutkan renangnya, seolah-olah tidak melihat keberadaan Elvano di sana.
Menerima sikap dingin wanitanya itu, Elvano hanya bisa mendesah pelan. Elvano masih berdiri, menatap Sena dengan mata yang tak berkedip. Tiba-tiba saja pria itu merasa ragu sekaligus takut untuk memulai pembicaraan. Heningnya Sena mampu membuat Elvano tertekan.
Sena mengakhiri kegiatan renangnya, wanita itu beranjak naik untuk keluar dari dalam kolam tanpa melihat ke arah Elvano. Namun, sebuah tangan kekar sudah menghentikan langkahnya.
Elvano turun dan masuk ke dalam kolam, ia menahan Sena dengan memeluk tubuh wanitanya itu. Seluruh pakaian Elvano basah karena ia hanya melepaskan sepatunya.
"Maafkan aku. Maafkan aku, Sayang," ucap Elvano pelan penuh penyesalan. "Aku salah. Aku sudah membuatmu marah."
Sena hanya diam. Wanita itu tak memberikan reaksi yang berarti, tapi ia bisa merasakan Elvano memeluknya dengan begitu erat.
"Maafkan aku karena tidak memahamimu. Aku janji tidak akan melakukannya lagi, Sayang." Suara Elvano sudah terdengar lain. Bisa Sena rasakan ada getar yang terdengar, seakan ketakutan jika sampai harus kehilangan dirinya. "Semuanya terasa sulit. Maafkan aku karena sudah menyakitimu." Sesal Elvano begitu dalam. Ia menyandarkan dan menyembunyikan wajahnya di punggung Sena.
Punggung Sena yang sudah basah karena air kolam itu, bisa merasakan tetesan air lain di sana.
"Jangan diamkan aku. Jangan hindari aku seperti ini." Elvano semakin erat memeluk Sena. "Aku mencintaimu, Sena. Aku tidak bisa hidup tanpamu."
Deg!
"Hanya kau wanita satu-satunya yang aku inginkan."
Sena abaikan aja terus Elvano. Buat dia jadi mayat hidup karena terlalu merindukan mu. Jangan mudah kasih maaf/Determined//Facepalm//Facepalm/