NovelToon NovelToon
Skandal Madu Presdir

Skandal Madu Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Balas Dendam / Selingkuh / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:26.2k
Nilai: 5
Nama Author: ntaamelia

Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.


Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.

Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.

"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq

Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Tak Punya Hati

Sheana hanya duduk terdiam di kamarnya sambil menunggu Ruben selesai membersihkan diri. Dia tidak tahu harus berbuat apa, karena takut tindakannya salah.

Saat Ruben keluar dengan tubuh yang segar bugar. Pria itu hanya mengenakan handuk, dan langsung melayangkan tatapan kepada Sheana. "Apa yang kamu lakukan sejak tadi? Kenapa bajuku belum siap?" Tanyanya.

"Oh saya kira Bibi yang akan menyiapkannya," jawab Sheana, karena sedari tadi memang itu yang ada di pikirannya.

"Ck, lalu apa gunanya kamu ada di sini?" balas Ruben sambil berkacak pinggang.

Tanpa banyak bicara Sheana bangkit, dia langsung membuka lemari yang ternyata memang sudah ada baju Ruben di sana. Dia mengambilnya  tanpa bertanya lebih dulu, dan menaruhnya di atas ranjang.

"Saya minta maaf, tapi lain kali bicaralah dengan nada lembut sedikit. Itu tidak akan membuat Anda mati, Tuan," ujar Sheana blak-blakan, mata Ruben yang semula menungkik langsung berubah membulat. Bisa-bisanya Sheana menasehatinya seperti itu.

Namun, belum sempat Ruben mengomeli istrinya itu, Sheana sudah lebih dulu berlari meninggalkan kamar. Dia akan menunggu Ruben di meja makan saja.

"Cih, punya nyali secuil sudah sok-sokan dia," gumam Ruben.

Tak berapa lama kemudian Ruben menyusul, terlihat makanan sudah siap untuk disantap. Saat itu Sheana ikut menghidangkannya di atas meja, padahal Batari sudah melarangnya berkali-kali.

Sambil menikmati makan malam, Sheana seperti memiliki kesempatan untuk membicarakan tentang kebebasannya. Karena sumpah demi apapun, dia sudah teramat bosan terkurung di rumah ini. Dia ingin sesekali menghirup udara bebas di luar sana.

"Tuan, saya ingin membicarakan sesuatu," ujar Sheana setelah menelan makanan yang ada di mulutnya. Tangan Ruben yang bergerak di atas piring langsung berhenti, sementara matanya tertuju ke arah Sheana. Sebenarnya dia malas menanggapi, tapi entah kenapa dia memberikan sedikit waktu kepada gadis itu.

"Apakah saya boleh pergi ke toko buku, atau toko bunga sesekali? Saya ingin sedikit refreshing, tapi saya janji setelah saya mendapatkan apa yang saya cari, saya akan langsung pulang," papar Sheana, berharap semua itu mendapat persetujuan Ruben.

Ruben tampak menimbangnya sejenak. Dia pun sadar, bahwa terlalu mengekang Sheana pun tidak terlalu bagus.

"Asal tidak mengganggu prosedur yang sedang kita jalani. Kamu boleh pergi! Tapi ingat, selalu kabari aku," balas Ruben, dia tidak ingin Sheana menjadi lalai, apalagi sampai membuat prosedur ini gagal berkali-kali. Yang ada pernikahan kontrak di antara mereka semakin lama.

Mendengar itu, Sheana langsung tersenyum lebar. Dia akan menggunakan kesempatan ini dengan baik.

Setelah itu Ruben langsung bangkit, karena dia sudah selesai makan. Reflek, Sheana juga ikut berdiri, tapi dia terbengong-bengong, apakah dia harus ikut Ruben yang akan masuk ke dalam kamar?

Namun, ternyata tiba-tiba pria itu memberikan instruksi sebelum kaki Sheana benar-benar melangkah.

"Tidak perlu mengikutiku! Aku akan pulang ke rumah utama malam ini," katanya sambil melirik Sheana sekilas. Bukannya sedih, Sheana justru menghela napas lega, karena dia tidak perlu merasa canggung dengan keberadaan Ruben.

Apa jadinya kalau Ruben benar-benar menginap?

*

*

*

Panti jompo tempat Fadyaa dirawat, menelpon pihak keluarga yang saat itu juga sedang menikmati makan malam. Darius segera mengangkatnya, karena dia masih memiliki ketakutan akan sesuatu yang menimpa istrinya.

"Halo, apakah benar ini dengan pihak keluarga Ibu Fadyaa?" tanya seorang wanita di ujung sana. Dia adalah suster Ana.

"Saya suaminya, ada apa?" Jawab Darius seraya bertatapan dengan Aretha. Wanita itu tampak penasaran, apa yang akan disampaikan pihak panti.

"Maaf mengganggu waktu bapak, tapi ibu Fadyaa merengek sejak tadi, Pak, katanya minta pulang. Beliau juga tidak mau makan, karena sepertinya butuh dijenguk keluarga," jelas sang suster. Sebab sejak pertama kali Fadyaa dipindahkan ke panti jompo, baru Sheana yang menjenguknya.

Sementara Darius dan Aretha sibuk dengan urusan masing-masing.

"Kenapa katanya, Yah?" tanya Aretha dengan nada berbisik.

"Ibumu merengek minta pulang," jawab Darius ikut berbisik-bisik dan menjauhkan ponselnya.

Aretha mengerutkan dahinya, kemudian menggelengkan kepala. Tidak setuju jika Fadyaa harus kembali ke rumah.

"Jangan, Yah, lebih baik kasih saja Ibu obat penenang untuk sementara. Kalau Ibu sampai pulang, kita juga yang repot," balas Aretha memberikan sebuah ide kepada Darius. Dan sialnya, Darius malah setuju dengan pemikiran putri sulungnya. Toh hari-hari dia bekerja, kalau Fadyaa pulang maka siapa yang mau mengurusnya.

"Halo, Sus," panggil Darius yang setelah selesai berdiskusi.

"Iya, Pak, jadi bagaimana?"

"Sus, beri obat penenang saja dulu ya. Bilang padanya besok saya usahakan datang untuk menjenguknya. Pasti dia akan menurut," ujar Darius.

"Tapi, Pak ...."

"Saya yakin dia hanya kangen dengan kami yang di rumah. Sementara kami percaya bahwa di sana Fadyaa akan mendapatkan perawatan yang lebih layak. Jadi tolong ya, Sus," mohon Darius supaya sang suster tidak perlu bicara yang lain. Karena dia malas untuk menanggapinya.

Akhirnya pihak panti mengiyakan. Dan setelah panggilan terputus, Darius kembali melanjutkan makannya.

"Huh, kenapa juga harus kita ya, Yah? Kenapa nggak Shean aja yang suruh ngurus Ibu? Pasti dia juga mau," cerocos Aretha yang sudah tak punya hati kepada orang yang telah melahirkannya. Di otaknya kini hanya ada uang, uang dan uang.

"Sudahlah, yang penting usahamu sudah mulai maju, Ayah juga sudah bekerja," balas Darius supaya pembicaraan ini tidak ke mana-mana.

*

*

*

"Halo, Nek," sapa Luan saat menghubungi neneknya yang ada di kampung dalam panggilan video. Gania langsung tersenyum lebar melihat wajah Luan yang terlihat sumringah.

"Kamu betah di kota ya? Wajahmu berseri-seri, Lu," balas Gania yang ditemani Bibi Jenar, dia adalah Kakak Batari.

"Iya, Nek, di sini kerjanya nggak terlalu berat. Makan dapat, tempat tinggal juga dapat, kalau sakit, aku bisa minta bantuan Bibi Batari. Pokoknya enak deh, jadi Nenek nggak perlu khawatir. Nenek di sana juga baik-baik aja kan?" papar Luan, menceritakan kehidupannya saat ini dengan mata berbinar-binar.

Gania menganggukkan kepala.

"Nenek ikut senang dengernya."

"Nanti saat Luan gajian, Luan akan belikan apapun yang Nenek inginkan," ujar Luan yang tak lupa juga akan janjinya untuk membahagiakan Gania.

"Tidak perlu, Lu, yang penting kamu sehat saja dan uangnya di tabung buat masa depan," balas Gania yang sangat tulus membesarkan Luan, padahal pemuda itu bukan cucu kandungnya.

"Sttt ... Aku kerja juga buat Nenek!" tegas Luan, di tengah perbincangkan itu Sheana yang keluar dari rumah tiba-tiba memanggil Luan.

"Lu!" serunya. Luan langsung mengalihkan perhatian ke sumber suara.

"Nek, sudah dulu ya, aku dipanggil majikan," pungkas Luan, lalu cepat-cepat mematikan panggilan karena dia langsung menghampiri Sheana.

"Ada apa, Nyonya?" tanya pemuda itu.

"Ikut aku pergi!"

1
Ratna Komala
nah loh candu &bucin nih Ruben 😍😍
Sastri Dalila
👍👍👍
phity
hhh..untuk kebutuhan yg 1itu saat ini ruben psti hx dpt dr seana...secara kan felicia msh pura2 gk bsa jln mngkin slm ini felicia gk kasih jatah sm ruben tp takut ruben ngapa2in sean atw wnita lain lucu ni sm si felicia
Lusiana_Oct13
Hohoho ruben mulai ketagihan
Enung Nurlaela Noenkandenk
si ruben akhirna deudeuieun,kop tah malahan candu moal bisa pajauh nu aya malarindu terus😂
Humaira
kan... kan... kayaknya ruben udah kecanduan ini... 😜💃💃
Ruwi Yah
semoga tebakan readers salah ya kak author ruben kan cuma ngajak ngopi doang
Maya's ❤️
ruben kamu mau ngapain woyyy 🙈🤭
Ita Putri
seruuuu
Ita Putri
hiyaaaa.....ada yang mulai ketagihan ni yeeeee
Threeanie
ciehhh mainnya hotel ngapain Ben ,,dah mulai ketagihan yaa 😂🤭
Yuliana Purnomo
Ruben mabok perawan niih,,,hajar terus biar cepat jadi Ruben junior
Acih Sukarsih
apakah ada yg blm aku baca ataukah di skip
*Septi*
ingin mengulang yg enak-enak tentunya 🫣
*Septi*
nah lho.. mulai deh..
Ny Rudi Harianto
loh....loh.....loh.....
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata
Ny Rudi Harianto
senyum² karena d perhatikan Luan atau karena d ranjang tadi puas dengan Ruben ya??
Ny Rudi Harianto
wah....terbawa suasana MLM hujan deras si Ruben ini
Dien Elvina
s Ruben sdh kecanduan dgn istri kedua nya 😅 ingin dan ingin lagi..rasanya berbeda dgn istri nya yg pertama yg sdh looss 😅
Maria Kibtiyah
wah mulai ketagihan si ruben
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!