NovelToon NovelToon
Behind The Executive Desk

Behind The Executive Desk

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rosee_

Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.

“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.

Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Jalan-jalan?

Jam kerja akhirnya selesai. Kantor mulai lengang, lampu-lampu di beberapa ruangan sudah dipadamkan, menyisakan deretan meja kerja yang perlahan kosong.

Mia adalah yang paling bersemangat. Ia menyambar tasnya, hampir berlari ke arah pintu sambil berseru,

“Akhirnya selesai juga! Ayo kita ke mall. Katanya ada restoran Jepang baru yang sangat enak. Sekalian cuci mata!”

Daniel yang masih membereskan berkas hanya mengangkat tangan tanpa menoleh.

“Aku tidak ikut. Menghabiskan waktu jalan-jalan begitu? Tidak menarik sama sekali.”

Mia langsung mencebik, mendramatisir kekecewaannya.

“Dasar kaku. Hidupmu cuma kantor dan kantor saja.”

Ia kemudian menoleh cepat ke arah meja lain, wajahnya kembali berseri.

“Kalau begitu, Audriel! Kita ajak Ivy saja. Bagaimana?”

Audriel baru saja hendak menjawab ketika pintu ruang kerja terbuka. Ivy melangkah keluar sambil merapikan map di tangannya. Senyumnya cerah, khas dirinya yang selalu tampak riang, meski matanya masih sedikit lelah.

Mia langsung melambaikan tangan tinggi-tinggi.

“Ivy! Pas sekali. Ayo ikut kami ke mall! Ada restoran Jepang baru, katanya enak sekali.”

Ivy berkedip, menatap mereka dengan wajah bingung. “Mall? Sekarang?”

“Tentu saja sekarang!” Mia bersandar di meja, ekspresinya penuh harap. “Kapan lagi kita bisa pergi bersama setelah kerja? Jangan bilang kau mau langsung pulang, membosankan.”

Audriel tersenyum lembut, menambahkan dengan nada hangatnya,

“Tidak ada salahnya sesekali bersenang-senang setelah kerja, Ivy. Kita semua juga butuh istirahat.”

Ivy menggigit bibir bawahnya, terlihat ragu. Pikirannya langsung teringat pada sosok Calix—apakah ia akan marah jika tahu dirinya pergi tanpa izin?

Ivy menunduk sebentar, pura-pura sibuk merapikan map di tangannya. Tapi matanya melirik ke kanan dan kiri dengan gelisah, seolah takut ada seseorang yang mendengar percakapan barusan. Semua orang tahu siapa yang ia khawatirkan — Ceo mereka masih ada di ruangannya.

Mia mendengus pelan. “Ini, kan, sudah waktunya pulang, Ivy. Seharusnya tidak masalah kau mau ke mana, kan?"

Ivy langsung mengibas tangannya cepat-cepat. “Bukan begitu! Aku cuma — ehm ...” Ia melirik lagi ke arah pintu ruangan Calix, lalu menunduk semakin dalam.

Audriel menangkap kegugupannya, tersenyum lembut. “Kau takut dia tahu?” tanyanya pelan, nada suaranya penuh pengertian, seperti seorang kakak.

Ivy hanya bisa tersenyum kaku, jemarinya saling meremas. “Aku harus — masuk dulu sebentar. Menanyakan sesuatu.”

Tanpa menunggu jawaban, ia buru-buru berbalik dan mengetuk pelan pintu ruangan Calix. Jantungnya berdegup kencang — bagaimana kalau Calix melarang? Tapi ia juga ingin sekali pergi.

"Mereka seperti pasangan kekasih saja, tapi wajah saja sih. Aku juga takut dengan CEO," bisik Mia tidak terlalu keras.

"Dia itu sekretaris pribadi. Pekerjaannya di dalam dan di luar kantor!" celetuk Daniel, mengingatkan.

"Sudahlah, jangan membebani Ivy." Audriel menengahi.

Ivy menarik napas dalam-dalam sebelum memutar gagang pintu, mengabaikan bisikan tiga orang yang bisa ia dengar dengan jelas itu. Begitu masuk, aroma kopi dan wangi maskulin khas Calix langsung menyergap hidungnya. Pria itu masih duduk tegak di balik meja, dasinya sudah sedikit longgar, kemeja putihnya tergulung di lengan.

Calix mengangkat kepala sekilas. “Ada apa?” suaranya datar, tapi cukup membuat Ivy menelan ludah.

Ivy melangkah mendekat pelan, menunduk, jemarinya saling meremas. “Hm — aku — boleh pergi sebentar setelah ini?”

Alis Calix terangkat. “Pergi? Ke mana?”

“Ke mall. Dengan Mia dan Audriel. Hanya makan dan lihat-lihat. Mungkin juga berbelanja sedikit.” Ivy buru-buru menjelaskan, takut salah paham. Matanya bahkan tak berani menatap wajah suaminya.

Hening sejenak. Calix menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Ivy dengan tatapan tajam yang selalu sukses membuatnya ciut.

Ivy menggigit bibir, lalu memberanikan diri mendongak sedikit. “Tidak akan larut. Aku janji.”

Calix mendesah pelan, lalu berdiri. Ia berjalan mendekati Ivy, dan tanpa aba-aba jemarinya menangkup dagu gadis itu, memaksanya menatap. “Kau terlalu sering memberiku kejutan.”

Ivy berusaha tersenyum, meski jelas terlihat gugup . “Aku tidak akan berbuat ulah! Hanya jalan-jalan. Aku selalu pergi sendiri, tapi kali ini dengan seorang teman. Tidak apa-apa, kan?” Nada suaranya nyaris seperti anak kecil merengek.

Calix menatapnya lama, sebelum akhirnya berbisik rendah. “Boleh. Tapi aku akan menugaskan seseorang mengawasimu dari jauh. Jangan coba - coba kabur darinya.” Mengingat riwayat kejahatan wanita ini terlalu berbekas.

Mata Ivy berbinar, seolah baru saja diberi hadiah besar. “Benarkah? Terima kasih! Aku janji akan jadi wanita baik!” Ia spontan melingkarkan lengannya di pinggang Calix, membuat pria itu menghela napas berat, campuran antara kesal dan geli dengan sikap istrinya yang childish tapi penurut.

“Jangan terlalu senang,” gumam Calix, meski tangannya otomatis membalas pelukan itu.

Begitu Ivy keluar dari ruangan Calix, ia menutup pintu perlahan, wajahnya terlihat agak lega. Di tangannya sudah tak ada berkas — jelas ia baru saja menyerahkannya. Namun, jauh di dalam hati, degup jantungnya belum mau tenang. Kalau mereka curiga aku masuk hanya untuk izin hal sepele … bagaimana, ya?

Tatapan Mia, Daniel, dan Audriel yang menunggunya membuat langkah Ivy sempat kikuk. Senyumnya otomatis ia pasang, meski tangannya terasa dingin.

Mia yang sudah menunggu langsung mencondongkan tubuh. “Habis ngapain? Kenapa lama sekali?”

Ivy mengedip cepat, buru-buru mencari alasan yang masuk akal. “Serahin dokumen baru dan bilang aku tidak bisa lembur malam ini.” Ia menekankan kata dokumen agar terdengar meyakinkan.

“Dan CEO langsung setuju?” Daniel menyela, alisnya terangkat penuh selidik.

Astaga, jangan terlihat gugup, Ivy.

Ia cepat-cepat mengangguk polos. “Iya, memangnya ada apa?”

Audriel menatapnya lama, senyum samar muncul di bibirnya. “Jarang sekali ada CEO yang begitu lunak kalau soal lembur, apalagi pada sekretaris pribadinya.”

Jantung Ivy mencelos, jemarinya refleks mengusap punggung tangannya.

Jangan terlalu defensif, nanti mereka tambah curiga.

Mia spontan menimpali, setengah berteriak. “Iya! Kalau aku izin pulang lebih awal, manajer saja bisa marah - marah seperti kita ingin kabur saja. Sedangkan kau? Berkata begitu dan langsung mendapat izin?"

Ivy menunduk, terkekeh kecil, berusaha santai. “Mungkin karena aku beruntung? Lagian aku memang harus segera menyelesaikan hal penting bersama kalian.”

Mia menepuk dahinya dramatis. “Astaga, ini aneh sekali. CEO itu kejamnya ke semua orang, tapi padamu seperti —” ia menahan kalimatnya, lalu menatap Ivy tajam. “ — seperti ada sesuatu.”

Untuk sepersekian detik Ivy benar-benar panik. Ia memaksa dirinya terkekeh kecil, menepuk bahu Mia. “Kau terlalu banyak menonton drama kantor, Mia.”

“Sudah.” Audriel menatap Mia sejenak, lalu menghela napas panjang. Nada suaranya cerewet, tapi jelas ia tidak berniat mengupas lebih jauh. “Jangan suka bikin gosip kantor sendiri.”

Daniel masih menyilangkan tangan, menatap Ivy dengan pandangan tajam penuh tanya. “Tetap saja. Jarang ada CEO segampang itu mengenai urusan kerjaan.”

“Sudah, jangan dibahas lagi. Ayo berangkat." Audriel mendecak, menutup pembicaraan.

"Benar, kita pergi saja." Ivy cepat-cepat mendorong keduanya menjauh, berharap mereka tidak lagi membicarakan hal itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Makasii gaess yang udh komen² dan memberi aku pencerahan setidaknya. Komen kalian selalu aku baca kok, dan pastinya aku pakai buat mikir² juga. ...

...justru komen kalian tuh buat aku jadi ngerasa "Oh gituu" ke hal yang aku sendiri ga sadar loh. Sering² aja ya😂 aku juga perlu belajar kok. ...

...Percayalah reader itu terkadang lebih teliti daripada authornya....

1
safaana
terkena jebakan sendiri kan ivy
safaana
kenapa perhatiannya yang begitu manis,di lakukan nya sewaktu ivy tidak sadar,jdi terasa tidak lengkap calix
safaana
apa yang di tulis Thor aku pahami ajah,semisalnya ada salah kata atau typo aku ma' lumi dan pahami selagi ceritanya masih di mengerti
safaana
ivy alasanmu terlalu ringan jdi terlalu mudah di curigai,apalagi CEO nya terkenal galak kaga ada yg percaya dengan alasanmu,
safaana
thor jangan yg berat2 konfliknya takut berpisah dan gak nyambung lagi putus deh
safaana
kasih sayang dan cinta dari keduanya sudah ada cuman belum saling mengakui,di kasih yg manizz manizz meleleehh akoh,
WOelan WoeLin
next kak
firna khusnul
pagi2 🔥🔥🔥 thor /Smile/
ig: arosee23: Hehee😜
total 1 replies
Trituwani
hareudang hareudang...🔥/Joyful/
ig: arosee23: pake kipas angin yak😆
total 1 replies
Nani Naya
manis terus juga gpp KK😀, semangat ditunggu up nya
luzy_rm
Rasanya hangat campur sedih, sesusah itu mencari teman ya ivy...
Trituwani
masya allah meleleh adek bang....
mungkin si ivy klo melek jg bakal meleyot ya /Applaud/emhh manisnya abang cal/Kiss/
semangat kaka sehat selalu
firna khusnul
emmm sooo sweat bangettt
Nani Naya
bebas apa kata othor aja💪💪💪
Nani Naya
seneng sama ceritanya, kalau bisa konflik nya jangan berat2
Trituwani
lanjut ka semangattd/Kiss/
ig: arosee23: Makasii
total 1 replies
Cing_
Semangat thor🔥 emm Niatnya mempermudah thor, tapi secara Pribadi aku lebih srek sja bila di tulis dengan nominal dollar sj, soalnya pas aku baca scene bgian uang yg di tulis dalam rupiah, vibes yg aku rasakan tentang latar western novel ini hilang seketika di otakku thor🏃‍♀️
Cing_: Sebenarya tdk perlu revisi bab ini, toh sdh jadi juga kan. Tpi secara pribadi aku, keinginanku untuk bab selanjutnya nanti pakai dollar sj✌️
maaf kesan ny ngatur thor, piccc🙏😁
total 2 replies
Cing_
Semangat thor, sampai tamat ceritanya ya🔥
pliss thor jangan sampai hiatus lagi yaa and jaga kesehatan selalu
WOelan WoeLin
lanjut thor
smangat 💪💪💪
firna khusnul
seru.. penasaran alur crtanya... trus karakter tokohnya beda... jd spesial
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!