kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANANYA SEPERTI APA?
...***...
Lingyun Kai baru saja kembali, ia hendak memasuki kamarnya, akan tetapi ia merasakan adanya sebuah tepukan keras di pundaknya, sehingga membuat tubuhnya menggamang.
"Berani sekali kau kabur?." Suara Mingmei terdengar menyeramkan. "Aku menyuruhmu diam di gazebo, tapi kau tidak patuh padaku?."
Deg!.
Jantung Lingyun Kai terasa mau melompat dari tempatnya, hawa tenaga dalam yang ditebarkan kakaknya sangat kuat. Dengan gerakan patah-patah Lingyun Kai menoleh, dan membalikkan badannya. Matanya menangkap mata kakaknya melotot tajam padanya.
"Kakak lama sekali bicara dengan ayah, ibu juga kakak pertama." Lingyun Kai menjelaskan dengan perasaan takut. "Aku bosan menunggu, makanya aku pergi dari sana."
"Pintar sekali jawaban yang kau berikan padaku." Mingmei semakin marah.
"Kegh!." Lingyun Kai meringis sakit. "Iya, iya, aku salah! Jangan tarik telingaku, sakit!." Lingyun Kai berusaha melepaskan diri, tapi kakaknya memang kesal padanya.
"Kau memang salah!." Mingmei melangkah masuk ke dalam kamar Lingyun Kai, namun tangannya masih menjewer telinga Lingyun Kai.
"Kak, lepaskan." Lingyun Kai terpaksa ikut masuk, ia sangat kesakitan.
...***...
Kediaman Permaisuri Chan Juan.
Ketiga putra Kaisar sedang berkumpul malam itu, membahas masalah yang telah terjadi pada mereka selama satu bulan lalu.
"Kakak kedua sudah berhasil menguasai jurus itu?." Pangeran Shoi-ming menuangkan teh, kemudian ia berikan pada pangeran Chaoxiang. "Apakah jurusnya luar biasa sekali?."
Pangeran Chaoxiang meminumnya dengan tenang, belum merespon yang ditanyakan oleh Pangeran Shoi-ming.
"Agak sulit mempelajarinya, tapi saya suka dengan jurusnya." Ungkapnya. "Suara musiknya begitu misteri, tapi membuat pikiran lebih tenang."
"Apakah boleh mainkan sedikit saja?." Pangeran Shoi-ming penasaran.
"Tidak boleh sembarangan dimainkan." Jawabnya. "Bisa gawat kalau ada orang kesurupan setan di istana ini."
"Hahaha!."
Ketiganya tertawa keras, rasanya ucapan itu memang mengundang tawa.
"Oh iya? Saya dengar kakak pertama akan menikah dengan nona muda mingmei, dari kediaman jendral." Pangeran Shoi-ming mengambil kue bunga di depannya. "Apakah kakak pertama tidak takut? Jika kakak ipar nantinya akan marah?." Setelah itu ia makan beberapa gigit.
"Tidak takut." Jawabnya dengan pasti. "Saya ini laki-laki, wajar saja ingin menambah istri." Ucapnya penuh percaya diri.
"Bukankah? Dulunya nona muda mingmei bersahabat dengan kakak ipar?." Pangeran Chaoxiang mencoba mengingat masa lalu. "Keduanya juga dekat dengan mendiang nona muda bai chenguang."
Pangeran Shoi-ming spontan memukul kepala Pangeran Chaoxiang.
"Ah! Maafkan saya kakak pertama." Pangeran Chaoxiang mengerti itu.
"Tidak apa-apa." Respon Pangeran Jun Hie.
"Kakak kedua." Bisik pangeran Shoi-ming dengan kesalnya.
Pangeran Chaoxiang memberi kode tanda minta maaf.
"Aku ingin menikahi dia, karena panggilan itu." Dalam hati Pangeran Jun Hie merasa sedih. "Aku merasa bai chenguang hidup di dalam tubuh mingmei." Kepalanya hampir berasap jika ingat adegan panas saat itu, apalagi ketika Mingmei menyebut nama Jun Jun saat mereka mencapai puncak kenikmatan dunia.
"Kakak pertama?."
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang heran melihat wajah Pangeran Jun Hie memerah?.
...***...
Ruangan Pribadi Kaisar.
Raja Ruo Xuan baru saja masuk ke ruangan itu.
"Kakak kaisar." Raja Ruo Xuan memberi hormat.
"Duduklah adik Raja." Respon Kaisar.
"Terima kasih kakak kaisar." Raja Ruo Xuan kembali memberi hormat, setelah itu duduk di hadapan Kaisar.
"Bagaimana keadaanmu? Apakah sudah baikan?." Kaisar tampak cemas. "Cukup lama juga kau tidak kembali ke istana ini."
"Keadaan saya baik-baik saja." Raja Ruo Xuan tersenyum kecil. "Maaf, karena tidak bisa sering kembali ke istana ini." Ia memberi hormat. "Ada beberapa masalah di daerah terpencil, sehingga memakan waktu yang lama."
"Kau telah bekerja dengan baik, pasti tidak mudah mengurusnya sendirian." Kaisar menuangkan air, dan menyerahkannya pada Raja Ruo Xuan.
"Terima kasih kakak kaisar." Raja Ruo Xuan menerima cangkir itu, dan minum bersama Kaisar.
"Aku pikir kau tidak akan datang, karena ini adalah pernikahan kedua jun hie." Kaisar menatap serius. "Apakah kau tidak merasa tersinggung?."
"Hmph!." Raja Ruo Xuan memalingkan wajahnya, merasa kesal. "Jangan ejek saya, hanya karena diumur 30 tahun saya belum juga menikah!."
"Hahaha!." Kaisar hanya bisa tertawa saja. "Jangan cepat tersinggung seperti itu." Kaisar mengambil kue kering, dan meletakkan di piring Raja Ruo Xuan. "Nanti aku carikan satu untukmu, di acara pernikahan jun hie."
"Tidak perlu repot-repot." Raja Ruo Xuan semakin kesal. "Saya punya cara tersendiri, untuk mendapatkan pasangan besok."
"Baik." Respon Kaisar. "Akan aku tunggu kabar baik darimu."
"Heh! Tunggu saja ya?!." Raja Ruo Xuan menatap kesal.
"Hahaha!." Kaisar semakin tertawa melihat raut wajah masam Raja Ruo Xuan.
...***...
Kamar Lingyun Kai.
Lingyun Kai makan dengan lahapnya, ia merasa senang dilayani Mingmei dengan baik.
"Memangnya? Bagaimana kau makan selama ini?." Mingmei hampir saja menangis melihat bagaimana adiknya makan seperti orang kelaparan tiga hari tidak makan.
"Sangat buruk sekali kak." Jawabnya sedih. "Mereka memang ingin menyiksaku, membunuh aku secara perlahan-lahan."
"Hm." Mingmei menghela nafas dengan lelahnya. "Kau harus bisa makan dengan baik, apalagi besok aku akan menikah." Ia tepuk pundak Lingyun Kai. "Siapa yang akan memberikan makanan enak ini padamu?."
"Kakak!." Lingyun Kai hampir menangis. "Kenapa kau tidak pulang dengan cepat? Mungkin saja saat itu kakiku masih aman." Tatapan matanya begitu menyedihkan, membuat Mingmei semakin bersimpati.
"Mereka ini benar-benar kejam pada putra bungsu kaisar." Dalam hatinya terasa sakit. "Aku mengutuk kalian keturunan kaisar!." Hatinya benar-benar marah. "Uhuk! Uhuk!." Tapi saat itu ia malah batuk mendadak.
"Kakak? Kau baik-baik saja?." Lingyun Kai heran, segera memberi minum pada kakaknya.
Mingmei langsung minum. "Rasanya aku tersedak, apakah aku tadi terkena kutukan ku sendiri?." Hatinya sangat meringis dan terluka. "Ah! Tidak bisa sembarangan mengutuk! Karena aku berada di dalam tubuh keturunan jendral terkutuk." Dalam hatinya sangat meronta-ronta, jiwanya sangat tidak terima dengan keadaan seperti itu.
"Oh iya kak? Apakah aku boleh mengetahui? Apa saja tugas kakak selama di istana?." Lingyun Kai begitu penasaran. "Karena alur masa lalu agak berbeda." Ia menggaruk tengkuknya pelan. "Karena seharusnya yang masuk ke istana itu adalah kak junfeng, bukan kak mingmei."
"Kau ini benar-benar nekat." Mingmei merasa kesal, ia pukul pelan kepala Lingyun Kai.
"Hayak! Jangan main tangan dong." Lingyun Kai melindungi kepalanya dari tangan kakaknya. "Kepalaku cuma 1, jangan sembarangan pukul!."
"Hahaha!." Mingmei tidak dapat menahan tawanya ketika melihat raut wajah Lingyun Kai.
"Malah tertawa." Lingyun Kai semakin kesal.
Apa yang akan dikatakan Mingmei pada Lingyun Kai mengenai tugasnya di istana?. Bagaimana kelanjutan dari kisahnya?. Simak dengan baik kelanjutannya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿