Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baku Tembak
Lima belas orang mungkin terlalu banyak, tapi mereka tidak menghadapi orang biasa karena Devon merupakan salah satu pasukan elit terbaik di instansinya.
Devon bergerak seperti angin, menggunakan pepohonan, tanaman liar di sekitarnya, dan bahkan bangku taman sebagai pelindung.
Setiap tembakannya meluncur dengan tepat sasaran, serta pukulan dan tendangannya yang mematikan.
Dia bukan berusaha membunuh mereka semua, dia berusaha melumpuhkan, mengacaukan, dan mencari jalan keluar bersama Ava.
*
*
Devon kemudian melihat dua orang mencoba menyelinap ke arah pohon tempat Ava bersembunyi.
Dengan cepat, dia melepaskan dua tembakan peringatan di dekat kaki mereka, memaksa mereka mundur dan mencari perlindungan.
"Ava! Bersiaplah!" teriaknya, sambil terus bergerak, membuat dirinya sendiri menjadi target yang bergerak.
Dia mengambil risiko. Dia berlari menembus halaman, menarik perhatian semua penyerang yang tersisa.
Tembakan-tembakan membalasnya, meleset hanya beberapa inci dari kepalanya. Dia merasakan sebutir peluru mengoyak lengan bajunya, tapi dia terus berlari.
Dia sampai di samping mobilnya yang masih parkir. Dengan menggunakan kunci yang ada di kantong celananya, dia membuka pintu mobil dan membalikkan kontak.
Mesin hidup dengan cepat. Dia memasukkan gigi dan menginjak gas, membuat mobil meluncur ke depan, bukan untuk melarikan diri, tapi untuk menabrak salah satu SUV yang menghalangi jalan keluar.
Benturan yang keras terdengar. Mobil mendorong mobil-mobil itu dan menciptakan celah untuk keluar dari sana.
Aksi gila itu membuat para penyerang kaget, memberi dia jeda yang sangat dibutuhkan.
Dia melompat keluar dari mobil yang sekarang penyok dan mengeluarkan pistolnya lagi. "AVA! SEKARANG! NAIK KE MOBIL!" teriaknya, suaranya tegas dan penuh wibawa.
Ava, yang menyaksikan semua pertarungan gila itu dengan jantung berdebar kencang, tahu ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk lari.
Keinginannya untuk menyelesaikan ini semuanya sendiri, akhirnya menguap karena dia merasa Devon begitu melindunginya mati-matian meskipun dia masih ragu dengan motif Devon membantunya.
Dengan ketakutan yang memacu adrenalinnya sendiri, Ava berlari dari balik pohon, membungkuk serendah mungkin.
Devon menembak ke arah para penyerang untuk memaksa mereka tetap tertunduk. Sebutir peluru nyaris mengenai bahunya, yang lain menghancurkan kaca spion mobil.
Ava akhirnya sampai ke mobil, membuka pintu penumpang, dan memasukkuan dirinya ke dalam.
Devon melakukan hal yang sama, melompat ke kursi pengemudi.
"MENUNDUK!" bentaknya, sambil memacu mobil ke depan, menabrak bumper SUV yang sudah penyok dan akhirnya berhasil menerobos kepungan.
Para penyerang membalas dengan tembakan membabi buta. Kaca belakang mobil pecah berantakan, kaca berhamburan ke dalam.
Beberapa peluru menembus bodi mobil, tapi mesinnya masih berfungsi.
Devon tidak melihat ke belakang. Dia memacu mobilnya menyusuri jalan berbatu yang berliku.
Di kaca spion yang hancur, dia bisa melihat lampu-lampu dari SUV yang berusaha mengejar, tapi jalannya terlalu sempit untuk mereka berbalik dengan cepat.
*
*
Devon melaju dalam keheningan yang mencekam selama beberapa menit. Ava perlahan bangkit dari posisi merunduknya, matanya melihat ke arah Devon.
Dia melihat lengan baju Devon robek dan basah oleh darah.
"Kau terluka,” ucapnya, suaranya bergetar.
"Itu hanya lecet," jawab Devon singkat, fokusnya masih terfokus pada jalan di depan.
Napasnya masih tersengal-sengal, dan tangannya erat memegang setir.
Dia menatap jalan di depan, wajahnya pucat, bukan karena lukanya, tapi karena dia mulai memikirkan bagaimana cara Vittorio menemukan keberadaan mereka dengan cepat.
"Vittorio ..." gumamnya, suaranya begitu dalam. "Dia tahu terlalu cepat. Kau melakukan operasi setelah terjatuh dari air terjun, Ava?”
Ava mengangguk heran. Devon mengumpat dan semakin menginjak pedal gas nya.
Mobil itu meluncur sangat cepat, membawa mereka menjauh dari villa. Hingga akhirnya Devon meminggirkan mobilnya masuk ke dalam hutan kembali.
Dia menghentikan mobil dan kemudian mengambil pisau di dasbor mobilnya. “Buka bajumu, Ava.”
“APA???” Ava terbelalak mendengar ucapan Devon.
“Di tubuhmu pasti tertanam pelacak yang tak kau sadari. Kita harus mengeluarkannya dengan cepat sebelum dia mengejar kita lagi!”
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔