"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part #12
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Gak nyangka, mau aja tuh anak," Kekeh Papih Lintang yang cekikan sendiri namun tidak dengan istrinya.
Mamih Rinjani justru bingung menentukan sikap untuk kelakuan suaminya kali ini, ia hanya bisa menghela napas sambil mengusap punggung tangan sang belahan jiwa yang entah sudah berapa kali terpasang jarum infus.
"Papih yakin, mau Kai kenalan sama adiknya Cita?" tanya Mamih Rinjani, bahkan untuk nama gadis itu saja ia lupa lupa ingat.
"Kenalan aja gak apa-apa kan, Mih? kalau sampai pacaran terus nikah ya itu bonus," jawabnya dengan senyum yang selalu membuat hati wanita halalnya itu berdesir.
"Jodoh, Pih, bukan Bonus."
Papih Lintang kembali tertawa, "Aku suka gadis itu, Mih," ucapnya, namun ia langsung memukul mulutnya sendiri saat melihat dua mata istrinya membola besar.
"Hem, bukan! Mamih jangan salah paham dulu, Ok. Maksud ku--, aku mau Er dengan Kai," jelasnya lagi.
Dahi Mamih Rinjani mengernyit, paham tak paham dengan arah pembicaraan suaminya tentang putra tunggal mereka itu, " Maksudnya Papih apa? Papih mau jodohin Kai dengan adiknya Cita?" tanya Mamih Rinjani.
Pria yang masih terbaring di atas ranjang itupun hanya mengulas senyum kecil, "Itu bonus, Mih. Kenalan aja dulu, gak apa apa kan?"
Tak ada jawaban dari Mamih Rinjani, tak ada sedikitpun terlintas dalam benaknya soal jodoh anak semata wayangnya itu, ia fokuskan pikirannya selama ini hanya pada kesehatan suaminya.
"Kai masih kecil, Pih. Biar saja lulus kuliah dulu. Lagi pula ada perusahaan yang harus Kai urus," ucapnya pelan.
.
.
.
Sementara di parkiran motor, seorang pemuda tampan masih mengulurkan tangan kanannya, berharap wanita dewasa di hadapannya itu mau menerima dan membalasnya.
"Hem, gimana? boleh kenalan gak?" tanya ulang Kaivandra.
"Erica, panggil saja, Er," jawabnya yang akhirnya ikut mengulurkan tangannya juga.
"Ah, oke, Mbak Er ya."
Erica menautkan kedua alisnya saat mendengar panggilan dari Kai untuknya. Tapi ia tak berani protes mengingat pria di depannya ini memang lebih muda darinya kurang lebih lima tahun.
"Iya, senang berkenalan denganmu."
"Mau ku antar pulang?" tawar Kai, setelah kedua tangan mereka terlepas.
Erica menggeleng sembari memberi seulas senyum di ujung bibir mungilnya, "Aku bawa motor," tolak nya.
"Hem, tapi-- , tapi ban motor Mbak Er kempes, gimana dong?"
Pandangan Erica tentu saja langsung teralih pada kendaraan roda duanya itu, matanya membelalak besar saat ternyata yang di katakan Kaivandra benar.
"Kok bisa? tadi gak apa apa loh, kenapa jadi mendadak kempes begini sih?" Erica yang kaget bercampur penasaran benar benar tak habis pikir dengan yang di alam nya sekarang.
Kaivandra hanya bisa sedikit mengangkat bahunya saat tatapan mata Erica kini berpindah ke arahnya.
"Mau pulang gak? biar motor Mbak Er, aku yang urus."
Tak ada pilihan, Erica akhirnya mengangguk kan kepala tanda ia setuju dengan tawaran Kaivandra, ia berjalan satu langkah di belakang pemuda itu menuju parkiran mobil VVIP di Lobby Rumah sakit.
"Hem, rumah Mbak Er dimana?" tanya Kai, ia lalu menyalakan mesin mobil mewahnya untuk bersiap melaju.
"Komplek perumahan dekat pasar Modern, Kai," jawab Erica, entah kenapa jantungnya serasa jadi tak aman seperti ini.
"Dimana ya, Kai gak tau."
"Nanti ku beritahu, jalan saja dulu," titah Er yang tak berani menatap lama ke arah putra tunggal keturunan Lee Rahardian Wijaya tersebut.
.
.
.
Sharelock, boleh??