Dominic, sang maestro kejahatan, telah menawarinya surga dunia untuk menutup mata atas bukti-bukti yang akan menghancurkan kerajaannya.
Yumi, jaksa muda bercadar itu, telah menolak. Keputusan yang kini berbuah petaka. Rumahnya, hancur lebur. Keluarga kecilnya—ibu, Kenzi, dan Kenzo, anak kembarnya—telah menjadi korban dalam kebakaran yang disengaja, sebuah rencana jahat Dominic.
Yumi menatap foto keluarga kecilnya yang hangus terbakar, air mata membasahi cadarnya. Keadilan? Apakah keadilan masih ada artinya ketika nyawa ibu dan anak-anaknya telah direnggut paksa? Dominic telah meremehkan Yumi. Dia mengira uang dapat membeli segalanya. Dia salah.
Yumi bukan sekadar jaksa; dia seorang ibu, seorang putri, seorang pejuang keadilan yang tak kenal takut, yang kini didorong oleh api dendam yang membara.
Apakah Yumi akan memenjarakan Dominic hingga membusuk di penjara? Atau, nyawa dibayar nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuka liontin Dominic
Dengan napas memburu, Yumi memejamkan mata erat-erat, merasa tubuhnya menegang. Ia yakin, ia telah tewas, jiwanya telah meninggalkan raga, dan ia telah berpindah alam. Kegelapan menyelimuti pikirannya, campur aduk dengan rasa takut, dan perasaan berakhir sebuah perjuangan penegak keadilan untuk keluarga tercinta.
Dominic tersenyum puas, memandangi wajah Yumi yang pasti di balik cadar sedang pucat pasi. Ketakutan wanita itu begitu nyata terlihat dari garis-garis sudut matanya yang menegang. Ia berhasil mengagetkan Yumi dengan cara yang tak terduga. Kepuasan memenuhi hatinya, kepuasan yang sadis dan mengerikan.
Ternyata, senjata api yang meledak di dekat kepala Yumi bukanlah senjata yang dipegang Dominic. Itu adalah senjata api yang berada di sebelah kiri Yumi, yang sebelumnya tak disadari oleh wanita itu. Dominic telah dengan cerdik memanipulasi situasi, menciptakan ketakutan yang luar biasa pada Yumi.
"Bagaimana? Kau takut?" tanya Dominic, suaranya terdengar mengejek. Ia menikmati ketakutan Yumi, menikmati kekuasaan yang dimilikinya atas wanita itu. Perlahan, Yumi membuka kelopak matanya, pandangannya masih kabur, namun ia mulai menyadari sesuatu. Ia baru menyadari bahwa pria itu telah mempermainkannya, menciptakan skenario menakutkan untuk menakut-nakutinya.
Rasa marah dan bertambah benci bercampur aduk dalam hatinya. Rasanya ingin sekali dia membalas permainan pria itu. Tapi, sepertinya sangat mustahil ia bisa melakukannya. mengingat betapa liciknya pria dihadapannya itu.
Mata Yumi berkaca-kaca menatap Dominic. Bukan karena ia sedih di perlakukan demikian, namun amarah dan dendam yang tertahan sehingga menciptakan air mata membendung.
"Tahan dia!" perintah Dominic kepada anak buahnya, nada suaranya dingin dan tegas. Beberapa orang langsung maju, mengepung Yumi. Yumi tak percaya, Dominic berubah menjadi kejam setelah kembali ke "habitatnya" sebagai mafia. Perubahan sikap Dominic yang drastis membuatnya terkejut.
"Ayo, Nona," ucap Axel, mencoba meredakan situasi. "Kalau Anda tidak ingin ada yang menyentuh Anda, tolong menurut lah." Ia mengulurkan tangan, menawarkan bantuan untuk membawa Yumi ke dalam kapal.
Yumi tetap berdiri diam, tatapannya terpaku pada Dominic yang tanpa rasa bersalah mengambil sebatang rokok, menghisapnya, lalu mengembuskan asap rokok ke wajah Yumi. Sikap Dominic yang meremehkan Yumi sangat jelas terlihat.
"Ayo, Nona," Axel kembali mendesak, tangannya sudah siap menarik Yumi.
"Jangan menyentuh ku!" Yumi menghindar, tatapannya tetap tertuju pada Dominic. Dalam pandangannya, tersimpan tekad untuk menangkap Dominic kelak.
Sementara itu, Dominic hanya menatap Yumi dengan pandangan meremehkan.
Yumi berjalan perlahan, diiringi Axel yang masih dipenuhi tanda tanya tentang bagaimana Yumi bisa bersama majikannya, Dominic. Pikiran Axel dipenuhi rasa penasaran dan sedikit kecurigaan, namun di sisi lain ia juga tidak berani bertanya.
Setelah masuk ke kapal, Axel membawa Yumi ke sebuah kamar.
"Silakan, Nona," kata Axel, lalu memberi ruang bagi Yumi untuk masuk.
Yumi melirik Axel sebentar sebelum masuk ke kamar.
Di dalam kamar, terdapat sebuah kasur empuk dan berbagai perlengkapan mewah. Kamar itu terlihat nyaman dan elegan. Yumi mendekati kasur dan duduk perlahan.
Tiba-tiba, ia teringat akan kalung yang tergantung di lehernya, kalung yang diberikan Dominic saat mereka berada di tengah lautan.
Dengan cepat, Yumi mengeluarkan kalung itu dari balik bajunya. Ia ingin membuka liontin kalung itu untuk melihat wajah wanita yang tergambar di dalamnya.
Yumi berpikir, ia bisa memanfaatkan wanita dalam liontin itu untuk membalaskan dendamnya pada Dominic. Itu juga jika ia berhasil menemukan wanita tersebut, ia yakin bisa menggunakannya sebagai alat untuk menjatuhkan Dominic. Rencana balas dendamnya mulai terbentuk di benaknya. Ia harus menemukan wanita itu dan memanfaatkannya untuk mencapai tujuannya. Ini adalah langkah awal yang penting dalam rencana besarnya untuk membalas dendam pada Dominic.
Dengan perlahan, jari-jari Yumi mulai membuka liontin kalung itu.
Klik....
Dan salam kenal para reader ☺️☺️😘😘