Peraturan yang sulit dijalankan Rizki begitu sulit bagi Rizki untuk tidak menyatakan perasaannya pada sahabatnya, mampukah Rizki untuk menjalankan peraturan orang tuanya untuk tidak pacaran sampai lulus sekolahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maya ps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Pertengkaran demi pertengkaran harus Rizki dengar dari orang tuanya, seakan tidak ada kata lelah untuk orang tuanya untuk tidak ribut dan tidak bisa damai sama sekali.
Rizki pasrah diajak Bunda nya untuk masuk kedalam kamar, begitu juga dengan kedua kakak kembarnya dan membiarkan Ayah nya bersama istri pertamanya sepertinya masih ribut membuat Rizki lelah tinggal bersama dirumah orang tuanya dan menyesal cuman bisa diam diajak pindah ke rumah istri pertama Ayah nya.
"Bun, Sudah jangan nangis masih ada kita disini." bujuk Rizki menghapus air mata yang terus menerus membasahi wajah Meta Ibu nya.
"Iya Bun jangan sedih lagi, kita ikut sedih melihat Bunda begini terus Bunda." lirih Sisil mulai meneteskan air matanya.
"Perempuan itu jahat sekali bicara kasar sama Bunda membuat Bunda nangis seperti ini!" geram Siska emosi ingat ucapan Bela Ibu tirinya tadi.
"Sudah anak-anak jangan pada nangis lagi iya, Bunda tidak apa-apa kok maafkan Bunda nangis seperti ini membuat kalian ikut sedih." ucap Meta langsung peluk ketiga anaknya, tidak tega melihat ketiga anaknya jadi sedih dan tahu masalah kedua orangtuanya.
Meta ajak ketiga anaknya untuk baca buku supaya tidak larut dalam kesedihan dan masalah orang tuanya.
***
Pusing mendengar ucapan istri pertamanya yang seakan tidak membuat masalah, andaikan Bela menjadi istri yang baik dan tidak membuat masalah duluan perselingkuhan tidak akan terjadi dan tidak akan ada orang ketiga dalam pernikahannya.
"Sudah stop iya Mami! Mami tidak ingat selama dua puluh tahun, Mami begitu cuek sama Papi bahkan Bagas dan Intan yang membongkar perselingkuhan Mami sama pacar Mami, jangan seperti ini seakan Papi yang salah sepenuhnya!" bentak Brata kesal melihat Bela yang terus menghina Meta, apa lagi didepan ketiga anaknya yang masih kecil.
"Loh kok jadi menyalahkan Mami sih, itu kan masa lalu Papi, Mami cuman tidak mau anak-anak itu dan Meta ikut kita makan malam malu dong kalo orang-orang tahu seorang Brata pengusaha terkenal punya dua istri apa lagi istri kedua tidak ada pernikahan yang diketahui temen-temen dan rekan kerja." ucap Bela tidak terima disalahkan.
"Halah alasan saja Mami ini, suka atau tidak suka harus terima kenyataan ini, Papi akan ajak Bunda dan anak-anak jalan, tidak ada jalan cuman sama Mami atau cuman sama Bunda saja kasihan anak-anak bakal merasa iri jika tidak diajak jalan-jalan juga, walaupun Intan, Bagas, dan Putri sudah besar tapi mereka pasti mau juga jalan sama Papi juga, sudah Mami diam disini jangan ikut ke kamar mau tenangin anak-anak pasti pada sedih mendengar pertengkaran kita tadi." lanjut Brata langsung pergi begitu saja.
Memilih meninggalkan Bela sendirian jauh lebih baik dari pada mendengarkan ucapan istrinya lagi, yang tidak ingin disalahkan sama sekali dan tidak sadar atas kesalahannya sendiri.
Bela mengepalkan tangannya kesal melihat suaminya pergi begitu saja bahkan meninggalkan dirinya seorang diri diruang keluarga.
**
Bagas ajak Intan dan Putri jalan-jalan dari pada dirumah mendengar orang tuanya ribut, sejujurnya Bagas kesal karena Papi nya nekat ajak istri muda dan anak-anaknya tinggal bareng, tapi Bagas juga tidak tega membiarkan istri muda Papi nya tinggal sendirian di Apartemen mengurus ketiga anaknya setiap Papi nya pulang ke rumahnya.
"Bagas tidak asik! kenapa ajak kita ke sini sih, padahal kan lagi seru tadi plakor dibentak dan dihina-hina sama Mami huh!" protes Intan karena tidak ikut menghina istri muda orang tuanya.
"Kalo Putri lebih seneng kesini, tapi sedih kenapa Mami dan Papi tidak ikut dan meninggalkan plakor dirumah saja sama ketiga anaknya saja." ucap Putri santai sambil makan kue yang tadi dibelikan Bagas.
"Anak-anak belum waktunya mendengarkan pertengkaran orang tua, walaupun kita sudah dewasa tapi tidak sopan ikut campur urusan orang tua mengerti, bagus tuh Putri yang seneng diajak jalan tidak protes." ucap Bagas santai.
"Huh dasar, sudah yuk Put kita ke salon tinggalin Bagas sendirian disini tungguin belanjaan kita sendirian, sebagai hukumannya seenaknya sama kita." ajak Intan langsung pegang tangan Putri dan jalan menuju salon langganannya.
Bagas melihat kedua wanita kesayanganya pergi begitu saja, membuat dirinya merasa lega setidaknya tidak mendengar Kakak dan adiknya marah-marah justru melanjutkan menikmati jalan-jalannya lagi.
***
Brata pelan-pelan buka pintu kamar ketiga anaknya, Brata sedih sekali karena ketiga anaknya tidak memiliki kamar sendiri karena dilarang sama istri pertamanya.
Berdiri didepan Meta melihat langsung kondisi istrinya setelah pertengkaran tadi, membuat dirinya merasa bersalah karena dirinya membuat istri keduanya selalu sedih setelah tinggal bareng dirumahnya, keputusan yang berat tapi harus Brata ambil karena tidak tega membiarkan Meta tinggal di apartemen harus urusin ketiga anaknya tanpa dibantu sama sekali.
"Bun, anak-anak pada tidur?" tanya Brata pelan sambil jalan menghampiri Meta.
"Iya Ayah, Mami bagaimana apa masih marah?" tanya Meta pelan supaya tidak membangunkan ketiga anaknya.
"Biarkan saja sayang, semuanya sudah terjadi kan, aku sudah janji sama Bunda dan Mami akan berusaha semaksimal mungkin bersikap adil sama kalian berdua dan anak-anak, jadi tidak usah difikirkan permintaan Mami iya sayang." bujuk Brata tidak ingin membuat istri keduanya kepikiran sama permintaan Bela tadi.
Brata peluk Meta supaya istri keduanya tidak sedih lagi karena pertengkaran tadi, membuat istri dan anak-anaknya sedih.
Meta ngangguk mengerti dan tidak sedih lagi karena ucapan istri pertama suaminya, Meta sadar dan sudah tahu istri pertama suaminya selalu seenaknya dan mudah berkata kasar setiap emosi.
Meta berharap bisa sabar menghadapi istri pertamanya Brata, setiap saat pasti bisa menyakiti perasaannya dengan ucapannya yang kasar dan tidak peduli ada anaknya atau tidak untuk menghina dirinya, setelah puas diam dalam pelukannya Brata akhirnya Meta melepaskan pelukan dari suaminya karena mau melanjutkan merapihkan kamarnya karena tadi habis diberantakin sama ketiga anaknya sebelum tidur, membuat Brata ikut bantuin Meta yang mulai sibuk merapihkan kamar ketiga anaknya yang cukup berantakan mobil-mobilan ada dimana-mana dan mainan masak-masakan habis dimainkan belum dirapikan.
Diluar kamar Bela mengepalkan tangannya melihat suami yang dicintainya, mau repot merapihkan kamar anaknya dan merasa Brata dikerjain sama Meta untuk merapikan kamar anaknya padahal selama ini Brata tidak pernah merapihkan kamar anaknya karena kesibukannya yang jarang ada dirumah dan selalu ada diluar kota. Puas melihat apa yang dilakukan Brata membuat Bela memilih kembali ke kamarnya menunggu kedatangan Brata dan Meta setelah merapikan kamar anaknya.