NovelToon NovelToon
Kacang Ijo

Kacang Ijo

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan Tentara / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:334k
Nilai: 4.9
Nama Author: Chika cha

Cover by me

Dipertemukan lewat salah paham. Dinikahkan karena perintah. Bertahan karena luka. Jatuh cinta tanpa rencana.

Moza Reffilia Abraham tak pernah membayangkan hidupnya akan terikat pada seorang prajurit dingin bernama Abrizam Putra Bimantara—lelaki yang bahkan membenci pernikahan itu sejak awal. Bagi Abri, Moza adalah simbol keterpaksaan dan kehancuran hidupnya. Bagi Moza, Abri adalah badai yang terus melukai, tapi juga tempat yang entah kenapa ingin ia pulangi.

Dari rumah dinas yang dingin, meja makan yang sunyi, hingga pelukan yang tak disengaja, kisah mereka tumbuh perlahan. Dipenuhi gengsi, trauma masa lalu, luka yang belum sembuh, dan perasaan yang enggan diakui.

Ini bukan kisah cinta biasa. Ini tentang dua orang asing yang belajar saling memahami, bertahan, dan menyembuhkan tanpa tahu apakah pada akhirnya mereka akan benar-benar saling memiliki… atau saling melepaskan.

Lanjut baca langsung disini ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuju yang Lebih Pasti

Pagi-pagi sekali, Abri sudah rapi. Ia memanaskan mobilnya, bersiap berangkat kerja. Dari seberang rumah orangtuanya, ia melihat adiknya, Aidan, buru-buru keluar rumah menuju motornya. Abri mengernyit, lalu melirik ke arah teras rumah Aidan, tempat sang adik ipar duduk termenung setelah melepas kepergian suaminya.

"Cepet banget Aidan berangkatnya, Ra," tegur Abri, melangkah mendekat.

Yura menoleh, wajahnya terlihat letih meski pagi masih muda.

"Iya, Bang. Lagi tangani kasus yang lagi ramai di TV itu," jawabnya singkat, nada lesu tak bisa disembunyikan.

"Oh, mayat dalam koper itu?" tebak Abri yang juga mengikuti beritanya. Ia menatap iparnya itu dengan iba.

Yura kembali mengangguk. Guratan resah tergambar jelas di wajah judesnya.

"Kamu yang sabar, berdoa aja, Aidan dapat memecahkan kasus ini sampai tuntas dan selesai dengan cepat. Agar rutinitas Aidan kembali seperti biasa." Abri berusaha membuat iparnya itu tenang, karena mau bagiamana pun wanita itu kini tengah hamil saat ini. Iya, Yura sudah hamil bahkan perutnya juga sudah nampak besar, Abri tidak tau pastinya usianya berapa tapi cepat atau lambat ia akan segera punya ponakan. Itu juga yang membuat Abri berpikir untuk menerima perjodohannya dengan Moza.

Yura mengangguk dua kali dengan senyum tipis "semoga bang."

Abri pun turut tersenyum. "Kamu mau magang?" Abri ingat tadi malam mamanya bilang bahwa Yura sedang magang untuk segera menyelesaikan studi akhirnya.

"Iya."

"Pergi sama siapa?"

"Paling pakai taksi bang, tadi bang Ai juga suruhnya begitu."

Gila kali si Aidan, istri lagi hamil malah di suruh naik taksi, apa susahnya sih minta tolong papa atau mamanya untuk mengantarkan Yura pergi magang, Abri malah jengkel sendiri "Gak usah, pergi sama Abang aja nanti sekalian Abang berangkat kerja dan nganterin mama juga."

Mata Yura berubah menjadi berbinar "yang bener bang?"

"Iya." tidak lupa ia tersenyum meyakinkan. Mau bagaimana pun Yura kini tengah hamil anak adiknya, yang merupakan cucu pertama keluarga Bimantara jadi Abri sebagai keluarga dan kakak yang tertua juga harus turut menjaga Yura dan bayinya agar tetap baik baik saja.

"Kalau gitu aku siap-siap dulu ya bang."

"Sip, Abang tunggu di rumah Mama."

"Woke." setelahnya Yura melesat masuk kedalam rumahnya dengan Aidan, berisap-siap untuk pergi bersama dengan Abri dan juga Mama mertuanya.

____________________

"Oh, Yura magang disini?" Tanya Nada begitu mobil Abri berhenti di salah satu bank pemerintah tempat Yura magang saat itu.

Yura yang duduk di samping mertuanya mengangguk "iya ma," ia melepas seat beltnya.

"Makasih ya bang Abri udah mau antar Yura. Hati hati bawa mama," Yura mencium punggung tangan ibu mertuanya lebih dulu lalu beralih pada Abri.

Abri hanya membalasnya dengan anggukan serta senyuman manisnya, ia mengelus kepala gadis itu dengan lembut sebagi balasan cium tangannya. Abri benar-benar sudah menganggap Yura itu sebagai adik sendiri bukan adik ipar makannya dia sayang sekali dengan Yura. Lebih lebih dia tidak punya dik perempuan.

"Yura juga ya kerjanya hati-hati, kalau capek duduk aja, kamu masih hamil muda gak boleh capek banget," wanti Nada, ia benar-benar khawatir dengan menantunya ini yang tengah hamil muda tapi harus magang untuk segera menyelesaikan kuliahnya.

"Iya mama, Yura pasti hati-hati kok. Dadah Yura pergi dulu," ibu hamil itu turun dari dalam mobil lalu melambaikan tangannya.

Abri hanya tersenyum saja, ia teringat akan masa kecil mereka. Yura itu perempuan sendiri di antara geng mereka yang isinya cowok semua. Tapi ya gitu, di antara mereka dia hanya dekat dengan Aidan, Yura kecil akan menceritakan segalanya tanpa rahasia dan menutupi apapun pada Aidan. Tapi beda dengan mereka Yura tidak akan banyak bicara, hanya seperlunya saja. Ternyata kalau di pikir-pikir adiknya itu menjaga jodoh sendiri sejak kecil. Abri lantas terkekeh sendiri memikirkan itu.

"Ngapa kamu ketawa bang? Ada yang lucu?" Tanya Nada melihat putra sulungnya malah ketawa sendiri.

"Gak ma, keinget aja kecil Aidan dan Yura. Tenyata tanpa di sadari mereka jaga jodoh sendiri," paparnya.

Nada di belakang manggut-manggut membenarkan.

"Oh, iya itu di samping bank ada jual nasi Padang bang. Mama mau turun dulu, ah. Mau cari gulai cumi." Mama Nada sudah akan lompat namun tertahan saat mendengar suara sang putra.

"Masih pagi loh ma ini, baru juga selesai sarapan," Abri kadang geleng-geleng kepala dengan kelakuan mamanya sendiri, segila itu Nada dengan masakan Padang.

"Buat makan siang. Abang tunggu sini," Tidak di gubris, mama Nada sudah lompat turun dari dalam mobil. Sementara Abri hanya menghela nafas.

Ia menyandarkan tubuhnya di jok mobil untuk menunggu sang mama dengan mata meliar menatap kesana kemari. Dan matanya terkunci, terpusat pada satu titik dimana berdiri seorang wanita berhijab dengan pakaian rapih turun dari dalam mobil Honda jazz putih dengan sedikit berlari masuk kedalam Bank sambil menempelkan ponselnya pada telinga, sepertinya tengah berteleponan dengan seseorang.

Wanita itu begitu familiar di mata Abri. "Bukan, itu bukan dia… Dia udah ke Solo, udah nikah. Itu bukan dia…" bisik pikirannya berulang-ulang, mencoba menyangkal.

"Iya, bukan Abri, itu bukan dia."

Walaupun otak menyangkal keras perasaan pria itu tetap mengalahkan segalanya, buktinya Abri turun dari mobil hanya untuk memastikan apa yang di lihatnya itu benar atau hanya fantasi.

Langkahnya nyaris melejit ketika suara ibunya menahannya. "Bang, mau ke mana?"

Abri berhenti seketika, menoleh. Terdiam di tempatnya berdiri menatap wajah sang mama dan juga pintu bank tempat wanita itu masuk tadi secara bergantian. Lantas ia menggeleng "Enggak, Ma. Gak ke mana-mana. Ada?" Akhirnya ia berbalik menghadap sang mama yang sudah menenteng makanan yang ia cari.

Nada mengangkat plastik kresek yang berisikan makannya itu ke udara menunjukkannya pada putranya. "Udah, baru Mateng. Masih anget.Pasti enak banget ini." Menghirup aroma masakan itu dari luar plastik.

Abri tersenyum "ayo, kita lanjut lagi. Abang juga mau kerja ini udah siang. Takut macet banget jalanan." Sebelum benar-benar memutar tubuh, Abri sempat menatap sekali lagi ke arah pintu bank lalu selanjutnya berlalu ke arah mobilnya terparkir di pinggir jalan.

Toh, kalau itu memang dia mau Abri apakan? Wanita itu juga sudah membuat luka terlalu dalam kan? Jadi untuk apa Abri temui? Lagian kalau Abri minta penjelasan sekarang juga sudah percuma kan? Dunia juga tak bisa di putar kembali, dia juga sudah jadi istri orang. Move on Abri move on!

"Iya," sahut Nada sebelum benar-benar masuk ia menatap ke arah gedung bank tempat menantunya magang. Dia juga tidak bodoh dan buta, tau persis apa yang membuat Abri sampai turun dari dalam mobilnya karena Nada juga melihat wanita itu makannya ia cepat-cepat kembali dan menghampiri Abri, firasatnya sudah mengatakan kalau sang putra pasti melihat wanita itu juga dan ternyata firasat itu benar.

Nada sebagai seorang ibu tau betul bagiamana kisah cinta Abri yang tidak sebentar itu kandas hanya karena gadis itu tidak tahan tiap kali di tinggal satgas. Padahal sepulang satgas Abri di NTT waktu itu ia sudah bersiap untuk melamarnya tapi saat satgas Abri hanya tinggal dua bulan lagi angin membawakan kabar tentang pertunangan gadis itu dengan seorang pria. Hancur tentu, Abri hancur. Di perbatasan antar negara sana wanita itu tak bisa di hubungi lebih lebih sinyal disana jelek harus naik bukit dulu jika harus mencari sinyal. Dan begitu pulang dari satgasnya Abri langsung datang ke kediaman wanita itu tanpa pulang ke kediaman orangtuanya lebih dulu hanya untuk meminta penjelasan. Tapi yang ia dapatkan apa? Hal lebih menyakitkan dari kabar pertunangan gadis itu di batas negara sana yang ia dapatkan saat menginjakkan kaki ke kediaman wanita itu.

Di sana malah berdiri tenda hajatan yang menggelar sebuah pernikahan dengan papan bunga yang berjejer rapih di pinggir jalan bertuliskan nama wanita dan pasangannya disana. Hati Abri benar-benar hancur. Niat hati ia datang kesana untuk mempertanyakan apa maksud dari kabar yang di dengarnya saat satgas malah ia mendapatkan jawaban itu langsung tanpa perlu bertanya lagi.

Tujuh tahun tidaklah sebentar mereka menjalin hubungan, namun teganya wanita itu menduakan Abri dan memilih bermain di belakangnya.

"Bang, lihat ini Moza cantik ya," ucap Nada yang sudah ikut masuk kedalam mobil. Ia berusaha membuat putranya untuk tak mengingat barang sejengkal pun bayang wanita itu. Dan di ponselnya terdapat story WhatsApp mamanya Moza yang memperlihatkan wajah putri cantiknya yang tengah sibuk dengan bunga yang di yakini itu kiriman dari beberapa pria yang menggilai gadis cantik itu.

Ah, Abri baru ingat gadis itu, yang dalam waktu dekat akan menjadi istrinya. Orangtua Abri dan Moza sudah sepakat tidak akan ada acara lamaran, mengingat situasi Moza yang memang masih dalam pengawasan para bedebah sialan itu Hamzah tak ingin berlama-lama segala pakai acara melamar. Ia ingin setelah berkas pengajuan di urus anak-anak mereka langsung di nikahkan saja, agar Moza segera di boyong ke kesatuan yang menurut Hamzah tempat paling aman bagi Moza di situasi sekarang.

Mata Abri tak lepas dari layar ponsel sang mama yang menunjukkan wajah calon istri cantik jelitanya itu. "Cantik." Abri tidak bohong bahkan saat tengah serius begitu pun Moza keliatan cantik dari sisi sebelah manapun gadis itu di lihat tetap cantik. Abri katakan seperti itu karena Moza memang secantik itu.

"Subhanallah. Calon istri ya bang," goda Nada begitu layar ponselnya mati dan sudah tak menunjukkan wajah cantik calon mantunya.

Tanpa malu Abri mengangguk mengakui dengan tersenyum kecil membuat dua dimple nya terlihat samar.

"Kamu suka?" Tanya Nada memastikan.

Abri menjalankan mobilnya dengan perlahan, ia menoleh pada sang mama sesaat "siapa yang gak suka sama gadis secantik Moza ma," akunya jujur lalu ia kembali fokus ke jalanan.

Sementara sang mama sudah mesam mesem di posisinya mendengar pengakuan Abri yang memang anaknya jujur kebangetan. Tapi memang benar si, siapa yang tidak suka gadis secantik Moza. Dan Nada berharap dengan kehadiran Moza Abri bisa dapat melupakan wanita di masa lalunya, dan perasaan yang hanya sekedar perasaan suka itu dapat berubah dan bertranformasi menjadi perasaan lebih dari itu dan memenuhi hati Abri. Sudah cukup lima tahun ini Abri berlarut dalam cintanya yang kandas. Mama Nada ingin melihat senyum riang putra sulungnya lagi.

1
Novie Achadini
ruaaaaarrrr biasa tjor ceritanya bagus bgt
Widayati
makasih thor, akhirnya....
dewi_nie
walah Thor kok Yo langsung di end ae..GK di tamatin GK papa ko'..meski bacanya campur aduk koyok sayur lodeh tp enak🤭
lanjut cerita anak papa saga yg lain ya Thor.
samapi cucu cicitnya🤭💪💪💪🔥🔥🔥
Widayati
melow terus thor, semangat thor jangan patahkan harapku
dewi_nie
ya ampun 😭😭😭keterlaluan kamu Thor bikin ceritanya....nysek tau bacanya..
Memed Adrianto
jalur langit ga ada smbubgan nya thor
Chika cha: ada kak, tapi habis ini ke cokelat susu dulu baru ke jalur langit
total 1 replies
Lala
Thor lanjutkan nopel Coklat susu ya .
Munawaroh Difa
bonusin dong kak chika ,, sampai ank² mereka gede ,,😁🥰
Iril Meity
😭😭
💗 AR Althafunisa 💗
Tambah dululah ka, jgn end dulu 🤧
💗 AR Althafunisa 💗
Bang Abri jadi papa 😭😭😭
💗 AR Althafunisa 💗
Alhamdulillah... 😭😭😭😭
💗 AR Althafunisa 💗
😭😭😭😭😭😭😭
Nur Khamidah
bon chap kakak otor, belum perkenalan nama anak ABRI Oza lho
Bun cie
peluk jauh u kak author yg di akhir2 ceritanya mengandung bawang merah😭😭😭
akhir nya happy ending..tamat walaupun sebetulnya masih g rela koq ceoat berakhir.sukses terus ya kak..dinanti karya2 selanjutnya bang aidan yg blm tamat
Bun cie
sedih banget😭 oza kamu g sendiri...
Bun cie
ikut sedih😢 yg kuat oza..abamg g akn ninggalin kamu dan calon debay
Tysa Nuarista
kak yakin kak sampai sini aja kak mereka. kok aku kurang ya kak hihihihi mode ngelunjakk....


makasih kak udah ngasih cerita yg bagus yg bisa menghibur,bisa bikin kita gemes,baper,nangis" ....

aku tunggu Aidan sama Arga nya kak ... 😘😘😘😘
Tysa Nuarista: aasssiiiaap kak 🤗
Chika cha: cus kita meluncur ke Aidan🚀
total 2 replies
syora
anggap aja seeangan fajar thor
super duper pleaseeeee thor nggak pkai bnyakkkk
stu lg dong boncap nya please🙏🙏🙏🙏🙏🙏
syora: insyallah
asal jgn mnta bunga bank aja ya adek maniss
trima kasih sblmnya
maaf apa bila slma karya"nya kita sbgai reading trlalu bnyak nuntut🙏
Chika cha: ku usahakan ya kak. tapi jangan lupa kasih bintang 🌟 dulu ya🙏🏻
total 2 replies
Arieee
udah tamat aja🤧🤧🤧🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!