Keputusannya untuk mengubah nasib di kota lain, justru membuat Kamal harus menghadapi kisah hidup yang tidak biasa.
Pesona anak muda 22 tahun itu, membuatnya terjebak dalam asmara tak biasa. Kamal tidak menyangka kalau dia akan terlibat hubungan dengan wanita yang telah bersuami
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan Sang Bos
Sebelum membalas perkataan dari suaminya, Gita terlebih dahulu mengisi piringnya dengan sedikit hidangan hasil kreasinya sendiri.
Selagi sang anak sedang tidur siang dan kios juga lagi tidak ada pembeli, wanita itu memanfaatkan keadaan untuk menyempatkan diri mengisi perutnya yang telah lapar.
"Mungkin yang biasa bantu Fika lagi ada halangan," jawab Gita dengan entengnya. "Lagian, yang ngenalin Fika dengan Kamal, kan kamu sendiri Mas. Bisa saja sejak saat itu mereka jadi akrab."
Deni mengangguk paham. "Tapi kan tetap saja aku ngerasa aneh, Dek," balas Deni. "Kamu pikir aku merasa aneh hanya hanya karena Fika ngajak Kamal doang? Bukan," bantahnya. "Aku merasa ada yang aneh antara Fika dan Kamal, sejak beberapa hari yang lalu ketika aku sudah mulai jualan lagi, Aku merasa ada wanita lain sedang mendekati Kamal, termasuk Fika."
"Wanita lain?" Gita malah nampak kaget mendengar pernyataan dari suaminya. "Siapa saja? Kok banyak benar?"
"Pertama, sudah pasti Fika," Deni langsung memberi jawaban "Dia tuh beberapa kali mampir ke lapak martabak, padahal dia tahu kakaknya juga jualan martabak. Waktu aku tanya alasannya macam-macam dan selalu ngajak ngobrol Kamal dan dia di lapak juga nggak sebentar"
Gita terdiam dan nampak fokus mendengar penjelasan dari suaminya dengam. Mulut yang mulai mengunyah makanan.
"Yang kedua, Salma," ucap Deni lagi.
"Salma?" tanya Gita. "siapa lagi tuh Salma?"
"Langganan martabak kita," balas Deni. "Sebelum kenal Kamal, dia tuh dari dulu selalu beli martabak kita, melalui aplikasi, atau datang sendiri ke lapak. Tapi sejak aku nyuruh Kamal nganterin pesan jam dua malam ke rumahnya, sejak itu Salma selalu pesan martabak dan minta Kamal yang nganterin di jam yang sama."
"Lah, terus curiganya dimana?" tanya Gita lagi. "Apa setiap habis nganter martabak, Kamal nginep di rumahnya?"
"Nggak tahu juga, katanya sih langsung main ps," jawab Deni. "Tapi kan aneh sikap mereka. Aku merasa mereka seperti sedang mengincar Kamal."
"Emang apa masalahnya kalau mereka suka sama kamal?" tanya Tiwi lagi. "Paling cuma sekedar suka saja, nggak lebih, kaya cewek yang lain."
"Aku harap juga begitu, soalnya mereka sudah pada bersuami, walaupun mereka mungkin istri-istri kesepian," terang Deni.
"Istri-stri kesepian?" Gita kembali bertanya. "Kok Mas bisa tahu?"
Kan mereka pernah cerita," terang Deni gemas. "Kamu tahu sendiri, suami Fika kerjanya dimana. Sedangkan Suami Salma, kalau nggak salah kerja di kapal pelayaran. Takutnya mereka mendekati Kamal, terus nanti mereka kebablasan gimana? Yang ada nanti Kamal dapat masalah."
Kali ini Gita terdiam lagi sembari mencerna ucapan sang sumai dengan mulut yang sibuk mengunyah makanan. "Udah, cuma Fika dan Salma doang yang kamu curigai?"
"Ada satu lago Dengan antusias Deni kembali. "Tiwi, rumah sebelah."
"Hah!" kali ini Gita langsung kaget. "Tiwi? Masa sih, Mas?"
Deni mengangguk yakin. Sebelum memberi penjelasan, pria itu terlebih dahulu menenggak minuman setelah selesai makan.
"Dari mana Mas tahu Tiwi juga mendekati kamal?" Gita sudah tidak sabar untuk mendengar penjelasan dari suaminya.
"Aku tuh sempat beberapa kali lihat wanita itu ngasih makanan pada Kamal," jawab Deni. "Jika diperhatikan dari sikapnya, aku sangat yakin kalau Tiwi juga suka sama anak itu."
Gita terdiam beberapa saat. Sepertinya wanita itu juga sedang memikirkan sesuatu.
"Kalau dipikir-pikir Tiwi memang sangat kesepian sih," ujarnya. "Tapi, masa iya dia melampiaskan rasa kesepiannya pada Kamal?"
"Ya bisa saja," ujar Deni. "Apa lagi mereka udah saling kenal dan kayanya juga sudah cukup dekat. Kalau memang benar, Tiwi juga ada rasa sama Kamal, bukankah itu berbahaya? Bisa jadi, Kamal akan mendapat maslah kalau dia menanggapi pada istri orang itu dengan serius."
Sambil mengunyah, Gita lantas mengangguk. "Terus, apa yang akan mas Deni lakukan? Menegur Kamal apa gimana?"
"Bukankah itu yang terbaik?" jawab Deni. "Daripada suatu saat nanti Kamal mendapat masalah, mending secepatnya anak itu dikasih masukan yang baik, demi bisa terhindar dari masalah. Soalnya ini kan urusannya dengan istri orang. Kecuali kalau para cewek itu belum menikah, aku nggak akan mempermasalahkannya."
Gita kembali mengangguk paham. Biar bagaimanapun dia dan suaminya merasa memiliki tanggung jawab terhadap Kamal karena anak muda itu sedang bekerja do tempat mereka.
Obrolan sepasang suami istri itu terpaksa berakhir ketika sang anak terbangun dan mencari ibunya.
Begitu menjelang sore, Kamal terlebih dahulu menggelar dagangannya yang sudah disiapkan. Seperti biasa, lapak mulai kelihatan ramai tak lama setelah lapak martabak itu buka.
Selain rasanya yang enak, salah satu alasan yang menyebankan martabak itu semakin ramai karena penjualnya yang ramah sekaligus tampan.
Hingga waktu terus berjalan, dan hari berganti lagi, kini saatnya Kamal pergi dengan wanita yang akrab dipanggil Fika.
Kesempatan itu dijadikan mereka untuk melepas rindu karna sejak Kamal berjualan lagi, mereka seakaan tidak memiliki waktu untuk bersama seperti beberapa hari sebelumnya ketika Kamal masih libur.
"Kamu kapan lagi libur kerjanya sih, Mal?" tanya Fika dengan mata fokus menatap jalan raya karena wanita itu sedang memegang kendali mobil. "Aku sudah kangen banget loh, kamu main di rumahku."
Kamal lantas tersenyum. Dia tahu kalau Fika bukan hanya kangen dengan kedatangannya. Tapi wanita itu juga merindukan saat mereka main di atas ranjang.
Nyatanya, sejak Kamal mulai berjualan kembali, dia sama sekali belum berhubungan ranjang dengan Fika maupun Salma. Kamal juga sama seklia tidak bisa memiliki waktu luang banyak untuk menikmati kebersamaan dengan Tiwi meski rumah mereka sangat dekat.
"Kayanya bulan depan aku libur panjang, Mbak," balas kamal.
"Serius, Mal?" Fika nampak kaget medengarnya. "Emang ada acara atau gimana?"
"Kalau nggak salah, sepupunya Mas Deni mau nikah dan Mbak Gita disuruh jadi tukang masak. Kemungkinan aku akan libur panjang."
"Wahh, ya bagus kalau gitu," Fika nampak antusias. "Tapi kamu nggak ada niat untuk pulang kampung?"
"Mas Deni sih nyuruh aku pulang dulu karena di sini nggak ada kerjaan," jawab Kamal. "Tapi nggak tahu nanti lah, Mbak, lihat keadaan."
"Yah, semoga aja kamu nggak pulang kampung," jawab Fika. "Kalau mau, kamu kerja di tempatku aja deh untuk sementara, gimana?"
"Gampang lah, Mbak, nanti aku pikirkan," jawab Kamal. "Kalau boleh tahu, kita ini sebenarnya mau kemana sih, Mbak?"
"Kita mau menangkap basah kucing garong," jawab Fika asal tapi raut wajahnya malah terlihat kesal.
"Menangkap basah kucing garong?" Kamal pun merasa aneh mendengarnya. "Bukankah katanya mau mau merias pengantin?"
"Ya itu dia, kucing garongnya, tuh hari ini mau menikah."
"Hah!" Kamal semakin tak mengerti. "Emang Mbak kenal dengan calon pengantinnya?"
"Kenal lah, orang dia suamiku."
"Hah!"
jadi sya tunggu novel berikutnya.....
terimakasih ya thor Uda setia up setiap hari🙏🙏
makasih buat ceritanya kk👍
jangan salahin Kamal wahai para istri...
bgusnya suit aja ,siapa yang kalah harus ngalah 😆
puyeng puyeng deh Mal
mana ada laki laki normal yang bisa nahan dari godaan cewe cantik
kalau mereka udah di bobol suami duluan Wi,kalau kamu kan blom .sayang aja Kamal nya
mau gimana lagi, istri orang yang nge goda Kamal duluan