" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#3 point penting.
Mendengar tawaran nya mendadak detak jantung ku nggak karuan, langkah ku mendadak berhenti, detak jantung ku bertalu talu seperti irama gendang yang sedang di tabuh.
Dia berhenti pas di sebelah ku, " Ayo naik mas antar ke sekolah" ucapnya dengan senyuman khas seorang pria tampan.
Aku menahan nafas, kalau nggak takut malu maluin diri sendiri rasanya aku pengen lompat lompat. Secara yang ngasih tumpangan cowok paling cakep sekampung, mana anak pak kades pula.
" Kok bengong?" tanya lagi bikin aku makin nggak karuan.
" hehehe makasih ya mas " ucap ku malu sambil nyengir nyengir nggak jelas lalu langsung nangkring di boncengan belakang.
Motor matic itu melaju tidak lambat tidak juga kencang, Tapi lumayan lah baju yang tadi basah karena keringat akhirnya kering karena kena angin.
" Tiara kamu udah punya pacar!?" tanya nya tiba-tiba bikin aku hampir semaput di belakang.
" apa mas...?" tanya ku karena meragukan pendengaran ku sendiri.
" Mas tanya kamu udah punya pacar apa belum?" Dia ngulangin pertanyaan nya.
Oh...my God buat apa cobak dia nanya nanya aku udah punya pacar apa belum, " Deg..." jantung ku mulai nggak aman lagi. "Apa dia mau jadiin aku pacarnya " aku mesem mesem nggak jelas jadinya, tapi mana mungkin juga dia mau sama aku.
Seketika aku tersadar dari semua kekonyolan pikiran, " Nggak ahh mas Tiara mau sekolah yang bener " jawab ku jujur, memang aku nggak pernah mau namanya pacaran seperti temen temen lain yang bilang pacaran itu bisa bikin moodnya bagus dalam belajar.
" Trus cita cita kamu apa?" tanya lagi udah kayak kepala sekolah yang ingin suport cita cita anak didiknya.
" Blom tau mas...tapi tiara bertekad harus jadi orang sukses biar bisa bahagiain ibu sama nenek" jawab ku, tiba-tiba motor matic itu berhenti ternyata aku yang nggak sadar kalau udah sampai di depan sekolah.
Aku turun, " bagus tiara kalau itu niat kamu lanjut semangat ya belajarnya" ucapnya.
" i...iya mas makasih tumpangan nya " jawabku kemudian menatap wajah tampannya sekilas Dia tersenyum manis bikin jantung ku rasanya mau berhenti, mendengar suara bapak penjaga sekolah aku langsung menerobos pintu pagar yang hampir di tutup bapak penjaga sekolah.
Sempat aku dengar Dia teriak, " Tiara jangan lari" katanya tapi aku yang takut telat tidak menoleh lagi.
Aku nggak lagi menoleh entah mas Adi masih di situ apa enggak aku nggak tahu, aku masuk kedalam kelas. Begitu masuk Pertama yang kudapati anak tetangga ku yang julid minta ampun sedang duduk bersama geng julid nya.
" ee..ada pelakor baru datang" katanya bikin "Deg.." aku tersentak sampe noleh kebelakang penasaran siapa yang dia bilang pelakor.
Karena nggak ada orang lain selain aku yang baru masuk dan aku nggak merasa jadi pelakor dan aku nggak perlu ladenin orang kayak dia, tampa menggubris omongan nya aku segera menuju mejaku Masih pagi pamali ngeladenin orang gilak.
" Eh... Lin siapa yang kamu bilang pelakor?" tanya teman satu geng nya.
" ono noh yang baru datang lah " jawab si linda, aku cuma nyengir dan malas melayani
" Aduh masa muka cantik jadi pelakor berarti nggak laku dong" sambung yang lain kalau menurut pendengaran ku itu sih suara si Eren anak pindahan baru yang gayanya sok kaya.
Hati ku mulai nggak tenang tuduhan itu benar-benar menyakitkan, enak saja di bilang aku pelakor emang aku rebut bapaknya dari emaknya mending kalau bapaknya cakep ini kayak liminho mungkin bener aku jadi pelakor lah ini bapaknya udah hhhmm males lah menghina cukup lah kalian bayangkan aja yang enak di pandang itu gimana.
Teng...teng ..teng ..suara lonceng tanda masuk berbunyi, aku cuma bisa menarik nafas dan berdoa semoga belajarku ini hari lancar.
Semua temen temen yang tadi di luar pada masuk kedalam kelas, suasana sedikit riuh tapi aku cuma diam duduk di meja ku nggak perduli dan tidak berniat ikut nimbrung dengan mereka.
" Pagi anak anak"
Masuk Buk Inneke wali kelas kami sekali gus guru yang mengajar di jam pertama.
" Pagi Buk..." jawab kami hampir serempak.
" Baiklah... kita mulai ya?" ucap Buk Inneke.
Tidak ada yang menjawab termasuk aku langsung mengambil buku pelajaran, suasana tenang saat Ibu Inneke menjelaskan beberapa materi pelajaran tentang tata bahasa tugas kami mencatat apa saja yang di jelaskan Buk Inneke.
Jujur aku bukan sok kepintaran tapi memang semua penjelasan dari Buk Inneke sudah masuk kedalam otak ku, jadi aku cuma mencatat poin poin penting saja.
" Tiara coba kamu maju jelaskan di depan" Buk Inneke menunjuk ku untuk maju.
Aku yang memang selalu siap segera maju, tampa berlama-lama aku menjelaskan ulang point penting yang sudah aku catat. Kulihat senyum bangga dan tulus terbit di wajah ibu Inneke.
" Kalian lihat teman kalian ini" tunjuk bu Inneke padaku, " ini wajib kalian contoh. Belajar lah yang rajin" tambah ibu Inneke berupa nasehat yang pasti membangkitkan rasa iri pada teman-teman yang memang nggak suka aku.
Akhirnya jam pelajaran pertama berjalan lancar begitu juga jam kedua tidak suara bisik bisik yang yang biasa selalu sirik padaku.
Lonceng jam istirahat berbunyi, suara kelas langsung kayak pasar aku buru menyimpan buku kedalam tas kemudian keluar dengan tujuan menuju kantin.
Kantin letaknya di belakang sekolah jadi aku harus melewati beberapa ruang kelas terus melewati lorong kemudian melewati beberapa ruang seperti pustaka Labor dan di paling ujung baru toilet sekolah belok kiri barulah aku sampai di kantin.
Begitu aku sampai kantin udah lumayan rame, aku masuk hanya membeli minuman dingin dan beberapa Snack cemilan ringan.
Aku pergi ke belakang perpustakaan di sana ada taman, Aku sering mengasingkan diri di taman dan di taman ini lah yang sering jadi saksi bisu saat aku menangis karena bulian atau karena sedih memikirkan nasib yang di tinggal pergi oleh ayah ku.
Tiga puluh menit akhirnya lonceng tanda selesainya jam istirahat berbunyi, aku kembali ke kelas untuk belajar. setelah duduk menyendiri otak ku lebih fresh dan aku siap belajar demi untuk mengejar cita-cita ku.
Sampai di kelas aku kembali mendengar ocehan ocehan nggak penting, entah lah apa yang mereka irikan aku sendiri nggak tahu. perkataan mereka sering nyakitin hati kadang membangkitkan emosi tapi aku harus tetap fokus dan bersabar dalam menghadapi mereka cuma ngomong pake mulut doang aku nggak perlu khawatir selagi mereka nggak main fisik.