Aurelia Valenza, pewaris tunggal keluarga kaya raya yang hidupnya selalu dipenuhi kemewahan dan sorotan publik. Di balik wajah cantik dan senyuman anggunnya, ia menyimpan sifat dingin dan kejam, tak segan menghancurkan siapa pun yang berani menghalangi jalannya.
Sementara itu, Leonardo Alvarone, mafia berdarah dingin yang namanya ditakuti di seluruh dunia. Setiap langkahnya dipenuhi darah dan rahasia kelam, menjadikannya pria yang tak bisa disentuh oleh hukum maupun musuh-musuhnya.
Takdir mempertemukan mereka lewat sebuah perjodohan yang diatur kakek mereka demi menyatukan dua dinasti besar. Namun, apa jadinya ketika seorang wanita kejam harus berdampingan dengan pria yang lebih kejam darinya? Apakah pernikahan ini akan menciptakan kerajaan yang tak terkalahkan, atau justru menyalakan bara perang yang membakar hati mereka sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naelong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia lelang
Pagi itu, sinar matahari menembus kaca besar kamar Leonardo dan Aurelia, menciptakan pantulan lembut di lantai marmer putih. Udara dingin dari pendingin ruangan berpadu dengan aroma kopi yang baru saja diseduh pelayan rumah.
Aurel duduk di depan cermin rias, menyisir rambut panjangnya perlahan. Ia tampak tenang, tapi dalam matanya masih tersisa ketegangan dari malam sebelumnya. Leo, yang sudah berpakaian rapi dengan setelan jas hitam, menatapnya lewat pantulan cermin sambil memasang jam tangan di pergelangan kirinya.
“Aurel,” suara berat itu memecah keheningan, “hari ini aku ingin kau ikut denganku ke lelang bawah tanah.”
Aurel menoleh cepat, menatapnya dengan alis berkerut. “Lelang bawah tanah? Untuk apa, kak Leo?”
Leo mendekat, suaranya menurun menjadi lembut tapi tegas. “Kakek Giovanni akan berulang tahun besok. Aku ingin mencari sesuatu yang istimewa untuknya. Sesuatu yang tak bisa dibeli di permukaan.”
Aurel berhenti menyisir. Dalam sekejap, pikirannya teringat akan panggilan telepon kakeknya kemarin. Tentang acara ulang tahun, tentang pengumuman CEO Valenza.
Namun dengan nada datar ia menjawab, “Aku akan pergi sendiri.”
Leo mengangkat alis, sedikit mencondongkan tubuh. “Aurel…” katanya pelan tapi bernada perintah, “kita ini pasangan suami istri. Sudah sewajarnya kita pergi bersama, bukan? Jangan buat aku terlihat seperti pria kesepian di depan dunia bawah.”
Nada itu menegaskan posisi Leo bukan hanya sebagai suami, tapi juga penguasa.
Aurel menatapnya beberapa detik, kemudian menghela napas pelan. “Baiklah,” katanya akhirnya, “kita pergi bersama.”
Senyum tipis melintas di wajah Leo, hampir tak terlihat. “Bagus. Bersiaplah, kita berangkat satu jam lagi.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa jam kemudian
Sebuah mobil hitam mengilap berhenti di depan sebuah gedung bawah tanah tersembunyi di distrik lama. Dari luar tampak seperti gudang tak terurus, tapi di balik pintu baja besar, gemerlap lampu kristal, pelayan bersetelan rapi, dan aroma parfum mahal memenuhi ruangan.
Leo menggandeng tangan Aurel saat mereka masuk. Semua mata langsung tertuju pada pasangan itu.
“Ketua mafia yang di kenal dengan kekejamannya Leonardo Alvar0ne…” suara bisik-bisik mulai terdengar di antara tamu undangan.
“Dan itu… istrinya, kan? Cantik sekali…”
“Konon katanya dia gadis manja yang sangat dilindungi oleh Leonardo…”
Aurel bisa merasakan tatapan-tatapan itu menusuknya, sebagian kagum, sebagian meremehkan. Ia hanya tersenyum tipis, elegan, tanpa memperlihatkan perasaannya. Di sisi lain, Leo memancarkan aura berbahaya seperti biasa terlihat dingin, tegas dan tak tak tersentuh.
“Aku benci tempat seperti ini, biasa yang aku utus kemari Rania” bisik Aurel pelan.
Leo menoleh sedikit, menatapnya dengan senyum miring. “Tapi di sinilah tempat rahasia dunia berputar, sayang.”
Mereka berjalan ke barisan depan, di mana meja-meja bundar sudah disusun rapi. Di panggung tengah, pembawa acara dengan jas abu-abu mengumumkan dimulainya lelang.
“Selamat datang para tamu kehormatan! Malam ini kita akan melelang barang-barang langka dari berbagai penjuru dunia!”
Tepuk tangan terdengar. Pelayan menyajikan wine dan camilan mahal.
Barang-barang pertama dilelang: kalung berlian, lukisan kuno, patung jade, hingga pedang samurai antik. Tapi Aurel hanya memandangi tanpa minat. Tatapannya kosong.
Leo menatapnya dari samping, heran. “Tidak ada yang menarik perhatianmu?”
Aurel menggeleng pelan. “Barang-barang seperti ini… tak punya makna, aku sudah punya koleksi banyak.”
Namun semua berubah ketika layar besar menampilkan sebuah kotak kayu hitam berukir emas yang dibawa ke panggung oleh dua pria bersetelan hitam. MC membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya, tergeletak sebuah benda kecil berkilau perak tua....
Sebuah jam saku antik.
Namun bukan jam biasa. Di tengahnya terukir simbol naga bersayap, lambang klasik yang hanya dimiliki oleh pendiri mafia tua di Italia.
Mata Aurel langsung melebar. “Jam itu…” gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
Leo melirik ke arahnya. “Kau mengenalnya?”
Aurel mengangguk, suaranya bergetar sedikit. “Itu… jam kesayangan kakek. Dia selalu mengoleksinya sejak dulu. Koleksi terakhirnya hilang dua tahun lalu saat terjadi serangan di Palermo.”
MC berbicara lantang, “Barang berikutnya! Jam saku ‘Vittoria Drago’, koleksi langka dari tahun 1897. Pembukaan lelang di angka 500 juta!”
Suara bisik-bisik langsung terdengar di seluruh ruangan.
“Langka sekali…”
“Barang itu tak ternilai…”
“Hanya orang gila yang akan menawar lebih dari satu miliar…”
Tapi Aurel tidak peduli. Ia mengangkat papan nomor lelangnya tinggi-tinggi.
“Satu miliar!”
Suara ruangan langsung terdiam. Semua kepala menoleh.
Leo spontan menatap Aurel, terkejut tapi juga kagum. “Aurel… kau sadar berapa banyak itu?”
“Ini untuk kakek, kak Leo,” jawab Aurel pelan namun mantap. “Nilainya tak bisa dibandingkan dengan uang.”
MC tersenyum lebar. “Luar biasa! Satu miliar pertama dari peserta meja depan!”
Suara palu mulai diangkat.
“Apakah ada yang berani menawar lebih tinggi? Satu miliar pertama… satu miliar kedua…”
Namun sebelum palu diketukkan untuk ketiga kalinya, tiba-tiba suara berat dan tenang memecah ruangan:
“Dua miliar.”
Semua kepala serempak menoleh ke arah pintu masuk.
Seorang pria berdiri di sana, mengenakan setelan hitam rapi dengan kemeja putih yang tidak dikancing penuh di leher. Rambutnya hitam pekat, sedikit bergelombang, dan matanya tajam seperti elang, tapi tenang. Ia berjalan dengan langkah mantap ke arah panggung.
Bersambung......
sebaiknya di apain tuh org kaya si Bianca 🤔
di bunuh/di siksa secara perlahan-lahan
king mafia dan Queen mafia,