NovelToon NovelToon
Transmigrasi Aziya

Transmigrasi Aziya

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Transmigrasi / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: lailararista

Aziya terbangun di tubuh gadis cupu setelah di khianati kekasihnya.

Untuk kembali ke raganya. Aziya mempunyai misi menyelesaikan dendam tubuh yang di tempatinya.

Aziya pikir tidak akan sulit, ternyata banyak rahasia yang selama ini tidak di ketahuinya terkuak.

Mampukah Aziya membalaskan dendam tubuh ini dan kembali ke raga aslinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berubah

Aziya mengetuk pintu ruang kerja papanya setelah mendengar seruan dari dalam, dia membuka pintunya. Terlihat Arion yang sedang berkutat dengan berkas-berkasnya.

Arion mengangkat kepalanya lalu tersenyum tipis ketika Aziya menghampirinya.

"Kenapa sayang? kamu belum tidur?" Arion meminta Aziya untuk duduk di sofa lalu tidak lama setelah itu dia menyusul.

"Belum, papa ada yang mau aku omongin."

"Apa sayang?"

"Aku mau beli seragam baru."

Arion mengernyitkan dahinya,"Emang seragam kamu kenapa? bulan lalu kamu baru minta seragam baru?"

Arion ingat dulu Azira menelponnya untuk minta dibelikan seragam baru. Saat Arion tanya seragam yang lamanya kenapa, Aziya menjawab seragamnya robek karena terkena paku. Waktu itu Arion memang tidak ada di rumah, dia cukup sibuk mengurus perusahaannya.

Arion juga sering keluar kota bahkan negeri untuk kerja, segala urusan rumah dia percayakan pada istrinya. Seharusnya Arion masih berada di luar negeri sekarang tapi ketika mendengar kabar Azira masuk rumah sakit dari pembantunya yang sudah lama bekerja dengannya tanpa pikir panjang arion langsung pulang ke indonesia, untuk urusan kerjaan dia meminta sekertaris nya untuk menghandle terlebih dahulu.

Aziya tidak menjawab dia langsung memberikan seragam kumuhnya pada Arion. Arion menajamkan matanya, seragam ini sudah tidak layak pakai bahkan ada bekas jahitan. Warnanya pun sudah memudar, Brianna bilang dia sudah membelikan seragam baru untuk Azira tapi kenapa sudah menguning? Kalau baru beli pasti tidak akan seburuk ini? Arion harus berbicara dengan Brianna.

"Ya sudah nanti papa akan meminta bibi untuk beli kan kamu seragam baru."

"Gak usah pa, biar nanti aku saja yang beli. Sekalian aku juga mau beli pakaian santai, karena pakaianku sudah gak bisa dipakai semua. Terus aku juga mau beli perlengkapan mandi, waktu aku mandi di kamarku gak ada apa-apa bahkan aku mandi gak pakai sabun, rambutku juga lepek karena gak pakai sampo, aku juga gak gosok gigi, uang juga gak punya.."

Aziya menundukkan kepalanya dalam hatinya dia tersenyum miring sepertinya rencananya berhasil. Brianna memang tidak memberikan semua itu, tapi bukan berarti Azira tidak punya, dia punya perlengkapan mandi, dalam penglihatan Aziya, Azira mendapatkannya bukan dari brianna, tapi ada seseorang yang memberikannya, meskipun Aziya tidak tau orangnya.

Arion lihat memang Azira tidak pernah merawat dirinya. Sempat dia tanyakan pada istrinya tapi katanya Azira sendiri yang tidak ingin untuk merawat dirinya, Arion juga menanyakan pada Azira dan jawaban Azira sama seperti istrinya. Arion tidak mempermasalahkan kalau itu membuat Azira senang dia ikut senang.

Arion tidak tahu bahwa Azira tidak memiliki semua itu, bahkan pasta gigipun dia tidak punya. Azira juga jarang beli pakaian karena dia lebih mementingkan apa yang diperlukan nya dulu.

Arion juga pernah membelikan dia pakaian, sering malahan tapi akhirnya baju itu dipakai Azura. Putrinya bilang dia tidak suka baju itu tapi ketika Arion mengajak Azira beli baju yang dia sukai tetapi dia menolak. Akhirnya Arion memberikan uang untuk Azira membeli baju.

Apakah selama ini Brianna berbohong padanya?

Aziya mengangkat kepalanya," kalau papa nggak punya uang, beli seragam aja dulu yang lain besok-besok aja, nanti aku bisa pinjam punyanya Zura."

Arion tersenyum lembut, mengusap kepala putrinya."Besok Papa temenin kamu belanja, kamu bisa beli apapun yang kamu mau nggak usah mikirin uang. Papa kan kerja buat anak-anak Papa."

"Beneran pa?"

Arion mengangguk," Iya sayang."

" Yeay!" Azira bersorak lalu memeluk Arion. Arion pun dengan senang hati membalasnya.

"Terima kasih Papa..."

"Sama sama sayang. Sekarang kamu masuk kamar, cuci muka, cuci kaki, terus langsung tidur ya."

"Baik Papa."

Arion mengulas senyumnya melihat putrinya yang sudah ceria seperti dulu. Arion mengecup puncak kepala Aziya. Aziya bangkit dan berjalan keluar, tepat setelah pintu tertutup Arion memudarkan  senyumnya.

"Sepertinya mulai sekarang aku harus mengawasi mereka."

...~ Transmigrasi Aziya~...

Arion dan Aziya sudah berada di pusat perbelanjaan, di kedua tangan Arion penuh dengan paper bag sedangkan Aziya hanya membawa beberapa paper bag, atas permintaan Arion.

Mereka sudah mengelilingi mall cukup lama. Setelah membeli keperluan Aziya seperti pakaian, skincare dan banyak lagi. Arion sangat memanjakan Aziya buktinya dia membelikan apapun yang Aziya mau tidak peduli harganya berapa yang penting Aziya suka.

Setelah selesai berbelanja, mereka singgah di restoran cepat saji untuk makan siang. Selesai makan, mereka memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di rumah,

"Bik, tolong bawa ini ke kamar Zira ya."

"Baik tuan." Wanita kepala empat itu mengambil paper bag yang di berikan Arion.

"Terimakasih bik." Ucap Aziya saat bik Mirna sudah selesai meletakkan paper bag itu di atas ranjang.

"Sama-sama non.." Bibi tersenyum lembut.

"Kenapa bi?" Tanya Aziya di saat bi Mirna terus menatapnya lembut.

"Gak papa non,bibi hanya senang." Melihat raut bingung anak majikannya itu, bi Mirna menjelaskan." Bibi seneng kalau non Zira bisa terbuka sama tuan?"

"Emang dulu aku gak terbuka?" Tanya Aziya, padahal dia sudah tau jawabannya.

Bi Mirna maklum, karena nonanya ini hilang ingatan.

"Dulu non selalu menutup diri dari tuan, non Zira nggak pernah bilang tentang masalah yang non alami. Non juga tidak mau di ajak pergi sama tuan." Jelas bi Mirna.

'Karena dia di ancam!'

Azura selalu mengancam Azira, kalau dia menerima ajakan Papanya. Maka Azura akan mengadu pada Brianna dan memfitnah Azira, bahwa Azira telah menyakitinya. Akhirnya Brianna marah dan memukuli Azira. Arion tidak pernah tau, karena mereka melakukannya di belakang Arion.

Setelah itu bibi pamit dan berjalan keluar kamar.

Aziya memutuskan untuk mandi karena badannya sudah lengket dan berkeringat. Aziya mengambil pakaian dari paper bag, ia memilih pakaian santai untuk di pakainya. Lalu mengambil body care dan hair care, setelah itu masuk ke kamar mandi.

Setengah jam kemudian, Aziya sudah selesai dengan acara mandinya. Ia memakai baju dan keluar dari  Walk in closet. Mata Aziya menajam saat barang-barang yang di belikan Papanya berserakan di lantai.

Aziya melihat Azura memegang dressnya.

"Beraninya lo!"

Aziya menepis tangan Azura lalu merebut dressnya. Azura tersentak, belum selesai dari keterkejutannya tepisan Aziya membuat tangannya sakit. Aziya tidak main-main mengeluarkan tenaganya.

"Keluar lo dari kamar gue!" Bentak Aziya.

Aziya paling tidak suka jika barang-barangnya di sentuh tanpa seizin nya. Apalagi dengan orang seperti sampah ini.

Azura terkejut.

Sejak kapan dia berani?

"Gue bilang keluar!"Azura menormalkan rasa terkejutnya. Ia menatap remeh Aziya.

"Jangan karena ada papa lo sok berani ya!"Aziya menatap Azura semakin tajam, perempuan sampah ini sangat menyebalkan.

"Terserah! Gue nggak mau ada sampah dikamar gue, PERGI!"

"Sialan! Awas lo!"dengan kesal Azura pergi sambil menghentakkan kakinya, liat saja apa yang bakal dia lakukan.

Setelah kepergian Azura, Aziya menghela nafas panjang dan membereskan semua barang yang berserakan, salah satu dress yang dipegang Azura tadi Aziya sisihkan. Aziya mengibaskan dress itu seakan banyak debu yang menempel disana. Sepertinya dia harus mencuci dress ini dengan kembang tujuh rupa.

"Azira!"

Aziya berdecak kesal, ia menatap Brianna dan Azura membuka pintu kamarnya dengan kasar.

"Anak sialan! Apa lagi yang kamu lakuin sama anak saya?!"

Aziya hanya menaikkan bahunya acuh dan meletakkan dress yang ia pegang tadi diatas ranjang.

"Ma, tadi Zura cuma pinjam baju Zira yang dibeliin papa. Bajunya banyak banget ma tapi dia nggak mau." Lirih Azura sambil memeluk Brianna. Brianna menatap Aziya semakin tajam.

Bukan karena apa-apa, dress yang Azura pegang tadi itu dress yang sangat ia mau dari dulu, dulu dress itu belum ada di Indonesia. Azura sangat menantikan nya, tapi malah Azira yang membelinya terlebih dahulu.

"Kamu itu dari dulu memang nggak tau diri ya! apa salahnya dengan baju sebanyak itu kamu berbagi?!"

Aziya hanya menatap Brianna datar tanpa berniat membalas ucapannya, tapi pergerakan Azura yang berniat mengambil dress di ranjang membuat emosinya benar-benar naik, sudah ia bilang, Aziya sama sekali tidak suka barangnya disentuh!

"Berani lo sentuh! Gue patahin tangan lo!"Azura yang hendak mengambil dress itu terhenti mendengar ucapan tajam Aziya.

Azura menatap Brianna dengan tatapan yang dibuat semenyedihkan mungkin, melihat itu Brianna semakin naik pitam.

Brianna menjambak rambut Aziya dengan emosi yang memuncak. Aziya sama sekali tidak meringis beda dengan Azira dulu yang malah menangis. Di kehidupan sebelumnya Aziya sudah diajarkan berbagai macam bela diri, tentu dengan tenaga perempuan lemah ini tidak ada apa-apanya bagi Aziya.

"Berikan dress itu ke Zura! Papa kamu udah beliin kamu banyak pakaian, Zira!"Aziya melepas kasar tangan Brianna yang menjambak rambutnya, sungguh perbuatan Aziya membuat Brianna lagi-lagi  terkejut.

"Saya nggak mau Mama!"ucap Aziya dengan menekan kata mama, Brianna mengerjap, Azira tadi membentaknya?

"Ada apa ini?" Arion yang ingin ke kamar, terhenti karena mendengar keributan di kamar Aziya.

Ketiga perempuan itu menatap kearah pintu dimana ia melihat Arion disana. Mereka semua mengubah raut wajah yang tegang tadi menjadi sok menyedihkan termasuk Aziya.

"Papa, Zura pengen dress kaya Zira, Zira nggak mau pinjemin. Lagi pula dress itu kayaknya kebesaran buat Zira." Arion menatap Aziya yang hanya menunduk, tanpa memperdulikan ucapan Azura ia berjalan mendekati Aziya.

Senyum kemenangan terlihat di wajah Azura tapi senyum itu luntur saat Arion malah berucap lembut kepada Aziya.

"Itu dress Zira pa, Zira nggak mau Zura ambil."cicit Aziya pelan. Arion tersenyum kecil dan mengelus puncak kepala Aziya.

Arion berbalik menatap Azura."kamu bisa beli dress lagi Zura, lagian selama ini baju yang papa kasih buat Zira kamu yang pake kan? Zura sama sekali nggak pernah memakai pakaian baru."

Melihat Azura yang menunduk akhirnya Brianna angkat suara.

"Mas ini apa-apaan sih, pakaian Zira banyak, apa salahnya bagi Zura satu aja? Jangan membeda-bedakan mereka mas.." Aziya yang mendengarnya berdecih sinis, padahal dia sendiri yang membedakan anaknya.

"Aku nggak pernah membedakan mereka, justru aku curiga sama kamu. Semua pakaian Zura terlihat bagus, kenapa semua pakaian Zira usang dan perlengkapan mandi sama sekali nggak ada, kemana kamu selama ini? Kenapa bisa pasta gigi aja nggak ada?"

Brianna terdiam membisu, semenjak hilang ingatan kenapa Azira menjadi anak yang pintar sekali mengadu kepada papanya, dasar anak sialan!

"Karena Zira sama sekali nggak mau!" Arion menghela nafas kasar.

"Kalian keluar aja Zira capek"Arion beralih menatap Aziya dan tersenyum lembut.

"Yasudah, kamu istirahat ya sayang. Kalau takut dress nya diambil Zura kamu bisa umpetin." Mendengar itu Aziya tersenyum mengejek kepada Azura yang terdiam.

"Zura balik ke kamar kamu!"

Arion beralih menatap Brianna."Brianna, ikut aku!"

1
lailararista
selamat membacaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!