Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Pernikahan Kedua
Mendengar jawaban Felicia, seketika banyak sekali terkaan di otak Sheana. Apakah kedatangan Felicia ingin memaki dan memarahinya?
Sheana menelan ludahnya dengan berat sambil mundur beberapa langkah. Dan Felicia melihat jelas pergerakan itu.
"Jangan takut, aku tidak seperti apa yang ada di pikiranmu. Untuk lebih jelasnya ayo ikut aku keluar, kita bicara sambil menikmati makan siang," ujar Felicia sama sekali tak menunjukkan bahwa dia marah karena sang suami berani memadunya. Namun, dalam hati dia tergelak sinis, belum apa-apa Sheana sudah menunjukkan ketakutan. Membuatnya berpikir bahwa Sheana adalah gadis yang mudah ditindas dan diperdaya.
Sheana tampak ragu, tapi akhirnya dia mengikuti ajakan Felicia untuk pergi ke salah satu restoran yang tak begitu jauh dari sekolah.
Sambil menunggu pesanan mereka diantar, Felicia mengisi waktu dengan membicarakan rencana dia dan Ruben yang menginginkan anak dari rahim Sheana. Kenapa mereka memilih gadis itu? Karena ayah Sheana termasuk dalam daftar orang yang berhutang pada keluarga Tares, dan masih memiliki anak perempuan yang belum menikah, miskin pula.
"Melihat reaksimu saat aku memperkenalkan diri sebagai istri Ruben, aku yakin kamu sudah tahu semuanya," ucap Felicia yang membuat Sheana yang semula tertunduk langsung mengangkat wajahnya. "Ruben memang sedang mencari istri kedua. Dan asal kamu tahu—aku yang menyuruhnya."
Deg!
Gurat bingung langsung tergambar jelas di wajah Sheana. Apa yang sebenarnya ada di otak Felicia hingga mengambil keputusan seperti itu. Bukankah di dunia ini wanita itu paling benci dengan cinta yang dibagi-bagi? Tapi Felicia?
"Saya benar-benar tidak mengerti, Nyonya. Anda cantik dan sepertinya punya segalanya dari pada saya, tapi kenapa Anda malah rela berbagi cinta seperti ini?" balas Sheana dengan kening yang berlipat-lipat.
"Siapa bilang aku rela berbagi cinta? Aku hanya tidak bisa punya anak. Aku tidak bisa melahirkan penerus keluarga Tares, makanya aku meminta Ruben melakukan ini. Dan asal kamu tahu—aku juga memberikan beberapa persyaratan dalam perjanjian pranikah kalian ...." Felicia mengeluarkan sebuah map yang berisikan perjanjian tersebut untuk diserahkan kepada Sheana. "Bacalah ... aku berharap kamu bisa memahaminya."
Sheana mengambil map itu dengan tangan bergetar. Dia membacanya begitu teliti karena tak ingin tertinggal satu poin pun. Hingga dia bisa memahami, bahwa pernikahan ini hanya sebuah pernikahan kontrak, di mana keluarga Tares hanya membutuhkan rahimnya untuk mengandung seorang penerus.
"Kami akan menjamin kehidupanmu, Bu Sheana. Yang terpenting kamu mau mengikuti apa yang sudah kami tulis di sana," papar Felicia kembali mengulum senyum. Karena berpikir bahwa ini adalah penawaran yang sangat bagus, jadi Sheana tidak mungkin bisa menolak.
"Bagaimana kalau saya tidak mau?" tanya Sheana dengan tatapan lekat dan langsung menanggalkan senyum Felicia.
"Itu bagian suamiku, aku tidak tahu menahu," jawab Felicia dengan satu alis yang terangkat. Tangan Sheana mencengkram pinggiran map, dia dalam dilema besar karena berurusan dengan orang kaya memang tidak semudah itu.
*
*
*
Putus hubungan secara sepihak memang menyakitkan, apalagi sebelumnya kedua keluarga sudah menuai kesepakatan. Firza memang lebih dulu menyukai Sheana, dan dia meminta kedua orang tuanya untuk melamar gadis itu pada Darius.
Namun, sekarang tiba-tiba Firza mendapat kabar bahwa Sheana membatalkan perjodohan mereka dan mengembalikan cincinnya.
Tentu hal tersebut tak dia terima begitu saja, apalagi tak ada alasan yang tepat, karena sebelumnya mereka memang baik-baik saja.
Selama tiga hari Sheana tak bisa dihubungi, bahkan saat Firza menyambangi rumah Sheana pun, gadis itu seakan tak sudi menemuinya.
"Kak Retha!" panggil Firza saat melihat kakak dari kekasihnya itu keluar dari rumah. Dia langsung menghampiri wanita itu untuk menanyakan keberadaan Sheana.
Aretha memasang mimik tak ramah.
"Ada apa?" tanyanya sedikit ketus.
"Kak, aku ingin tahu di mana Sheana, kenapa tidak mau menemuiku barang sebentar? Bahkan dihubungi pun tidak bisa, nomor dan semua sosmedku malah diblok," ujar Firza mencoba mencari bantuan. Siapa tahu Aretha bisa membujuk Sheana.
"Aku sama sekali tidak tahu. Dan aku juga tidak ingin ikut campur masalah kalian," jawab Aretha acuh tak acuh. Sampai membuat Firza tercengang, padahal biasanya Aretha bersikap baik padanya. Namun, kali ini dia seperti menghadapi orang yang berbeda.
"Tapi Sheana pulang ke rumah kan, Kak?" tanya Firza lagi belum puas mendapat jawaban.
Akan tetapi Aretha malah memutar bola matanya jengah. "Aku bilang tidak tahu ya tidak tahu. Mungkin anak itu sudah punya kekasih lain, makanya mencampakkanmu seenaknya!" Jawabnya asal bicara.
Firza mengerutkan keningnya, merasa tak percaya dengan apa yang dibicarakan oleh kakak dari kekasihnya. Sheana bukan gadis yang seperti itu.
"Sudahlah, kamu buang-buang waktuku saja!" cetus Aretha segera meninggalkan Firza yang masih terpaku dengan jejuta tanda tanya.
Karena tak kunjung mendapat jawaban, akhirnya Firza pun kembali ke mobilnya dan meninggalkan rumah itu. Dia tidak tahu, kalau Sheana ada di balik jendela dan sedari tadi menyimak obrolan mereka. Namun, Sheana tak bisa berkutik, sampai menangis pun harus dia tahan supaya tak bersuara.
"Bu, aku harus gimana?" gumamnya.
*
*
*
Pada akhirnya pernikahan kedua Ruben terjadi juga. Disaksikan oleh beberapa orang, karena status Sheana memang akan disembunyikan dari publik. Satu-satunya yang diakui sebagai istri dari pria itu hanya Felicia, bahkan saat Sheana berhasil melahirkan pun, anak itu akan menjadi anak Felicia dan Ruben. Sheana tidak akan memiliki hak sedikit pun.
Namun, meski begitu pernikahan tetap tercatat sah di mata hukum, karena itu persyaratan yang tidak terbantahkan dari Sheana, dan akhirnya baik Felicia dan Ruben pun setuju. Karena Felicia menganggap wanita itu bisa dibodohi dengan mudah.
Setelah sah menjadi istri kedua, Sheana langsung diboyong ke rumah baru. Di mana dia akan difasilitasi dengan layak, bahkan diberi beberapa pelayan untuk menemaninya.
"Nyonya, di sini adalah kamar utama dan akan menjadi kamar Anda," ucap Batari—orang yang dipercaya Ruben dan Felicia untuk melayani Sheana, sekaligus melaporkan apapun yang dikerjakan gadis itu.
Sheana menyapu ruangan besar nan luas itu. Bahkan ranjangnya pun king size, padahal dia hanya akan tidur sendirian di kamar ini. Tidak ada yang tidak mewah, semua serba terlihat mahal.
"Apakah saya benar-benar sendirian tinggal di rumah sebesar ini, Bi?" tanya Sheana sambil mendudukan dirinya di ranjang dan mengusap sprei yang rasanya begitu halus itu.
"Saya dan yang lain akan menemani Anda di sini, Nyonya, sesuai yang diperintahkan Tuan Ruben. Jadi kalau Anda butuh sesuatu, Anda tinggal bilang saja. Sebelumnya perkenalkan nama saya Batari," jawab Batari sambil menundukkan kepala.
Sheana menghela nafas lega, lagi pula memang rasanya tidak mungkin kalau mereka tidak mengirimkan orang ke tempat ini, karena mereka pasti memantau kegiatan Sheana sehari-hari.
"Kalau begitu tolong tinggalkan saya ya, Bi, saya mau istirahat," ucap Sheana sambil tersenyum tipis. Namun, dalam hati dia justru menjerit sakit. Karena apa yang dia terima saat ini justru menjadi awal kehancuran hidupnya.
Batari langsung pamit setelah mengangguk sopan. Sementara Sheana menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, menatap langit-langit kamar dengan perasaan yang campur aduk.
"Apakah aku berhasil membanggakan keluargaku? Apakah mereka bahagia aku melakukan ini? Bu ... Aku tidak salah jalan kan?" gumam Sheana sambil menelan ludahnya getir.
Untuk menguatkan dirinya, dia berusaha terus mengingat wajah sang ibu yang terbaring lemah di atas ranjang, terakhir saat mereka bertemu sang ibu hanya bisa meneteskan air mata karena tak bisa bicara.
Mungkin dengan begini ia juga bisa menyembuhkan wanita paruh baya itu.
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata