NovelToon NovelToon
MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

MENGUNGKAP SEJARAH PETENG

Status: tamat
Genre:Spiritual / Duniahiburan / Reinkarnasi / Matabatin / Sistem / Tamat
Popularitas:715
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Dengan sisa-sisa tenaganya, akhirnya Anggapala berhasil membuat tempat untuk berteduh. Ia menyekah keringatnya dengan sebuah kain lusuh. Dalam kondisi seperti itu, terdengar dari samping suara langkah beberapa orang yang mendekatinya.
Mereka akhirnya hidup bersama dengan tujuan membangun sebuah tatanan kehidupan yang pada akhirnya banyak orang-orang yang hidup di daerah itu. Hingga dalam beberapa bulan saja, daerah itu menjadi tempat persinggahan para pedagang yang hendak ke arah Barat.
Pada akhirnya daerah itu sekarang menjadi sebuah daerah yang mempunyai banyak unsur seni dan budaya, bahkan daerah Cikeusik atau Gegesik mendapat julukan Kampung Seni.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB III NAMA YANG BERMAKNA

*Malam kian merambah hingga jelang pagi , suara ayam bercokok saling sahut menambah suasana kehidupan tuk menyambut sebuah rasa dan asa. Goresan sinar merah tampak di ufuk Timur , telah banyak aktifitas ibu-ibu yang mempersiapkan bekal keluarga dalam mengarungi hidup dengan penuh harapan , penuh bangga atas segala upaya demi masa depan. Tampak di dalam sebuah rumah yang begitu sederhana , seorang Ki Bugulun duduk bersilah di salah satu ruang yang khusus , hanya berhias lentera kecil , cahaya yang redup , tangannya menengadah bermunajat kepada Sang Pencipta*.

Pagi itu suasana pedukuhan telah mulai hidup , banyak asap-asap dari dapur yang menghiasi panorama kampung yang damai , terdengar suara bayi-bayi yang minta disusui , terdengar pula deburan air orang mandi , ada pula suara orang bercengkrama di sudut pengkolan , juga suasana hiruk pikuk kegiatan untuk persiapan usaha. Situasi yang demikian itu , dari depan rumah Ki Bugulun , tampak beberapa orang mendekatinya.

*" Sampurasun Ki" kata orang yang paling depan tiada lain adalah Bulhun. " Rampes "kata Ki Bugulun dari dalam rumah seraya menyuruh 2 orang untuk menyediakan hidangan*.

*Sambil menikmati hidangan di serambi depan rumah itu , Ki Bugulun bercerita , bahwasanya pada zaman dulu sebelum adanya daratan ini terutama dataran Jawa , konon katanya dibentuk oleh Dua orang ksatria yang mempunyai adik perempuan yang amat dicintainya. Mereka bertiga adalah saudara kandung yang merupakan anak dari Dewi Rekatawati dengan Prabu Basuananda. Suatu hari anak perempuan yang bernama Dewi Sriwindara menginginkan sebuah taman yang indah di depan rumahnya. Pada akhirnya , Dewi Rekatawati menyuruh dua anak laki-lakinya yakni Raden Naka dan Raden Nala untuk membuat taman tersebut. Sebagai keturunan dari seorang Dewi , Raden Nala dan Raden Raka menyanggupinya. Pekerjaanpun segera dilaksanakan*.

*Hari demi hari kedua bersaudara itu membuat taman , mereka mengambil tanah se gunduk demi se gunduk diangkat dengan tangannya. Tanah itu ditumpuk di depan rumahnya. Pekerjaan itu mereka jalani sebagai tanda bakti selaku anak yang berbakti kepada orang tuanya. Akhirnya pekerjaan mereka yang membutuhkan waktu selama 7 bulan itu berhasil membentuk sebuah taman , dengan dihiasi segala jenis bunga yang ditanam diatasnya. Banyak pula gundukan tanah yang dibentuk menyerupai gunung , ada juga yang menyerupai danau , hingga pada suatu hari , turunlah hujan begitu lebat. Akibat hujan itu , taman yang mereka buat menjadi banyak genangan air di atasnya. Raden Nala akhirnya membelah tanah di sisi Timur, supaya airnya cepat mengalir , konon katanya belahan itu menjadi selat Madura dan tanah yang disisihkan itu jadi Pulau Madura. Sedangkan Raden Naka , membelah di sebelah Selatan , dan tanah yang disisihkan itu jadilah pulau Nusakambangan , berikut dengan selat nya. Sementara itu adiknya Dewi Sriwindara karena merasa senang saat hujan , ia menginjak-injak tanah di selah Barat. Injakan dari Dewi Sriwindara itu pada akhirnya membentuk Kepulauan Seribu. Dengan adanya aliran air yang dibentuk itulah , taman yang dibuat tersebut menjadi aman. Itu merupakan cerita nenek moyang dulu tentang pulau Jawa dibentuk" , tutur Ki Bugulun*.

" *Untuk itu" , lanjutnya , " kita ini ingin memberikan untuk anak cucu kita , di pedukuhan ini agar bermakna dan berguna selamanya demi generasi penerus kelak " kata Ki Bugulun seraya minum air teh hangat. " Baik Ki , semoga kerja keras kita ini akan menjadi sebuah sejarah bagi anak cucu , sekarang hari jelang siang , kapan lagi kita bangun pedukuhan ini " kata Mardi sambil membawa cangkul seraya berjalan menuju tempat kerjanya. Mereka akhirnya sama-sama membubarkan diri menuju kerjaannya*.

*Sementar itu Ki Bugulun mengawasi pekerjaan masyarakatnya dengan sekali-kali membantunya. Suasanapun begitu penuh aktifitas masyarakat Cikeusik , ada yang berladang , bekerja di sawah , membuat saluran air , membuat jalan menuju perbatasan , juga tampak ibu-ibu bekerja di dapur umum. Mereka jalani setiap hatinya dengan penuh rasa tanggung jawab. Pagi mereka kerja hingga siang hari , sore mereka pulang , ada yang langsung istirahat ada pula yang mengisi malamnya sambil berkumpul membahas pekerjaan*.

*Pada suatu waktu , hari yang ditentukan , kala itu tepatnya 7 Agustus , acara pengukuhan nama dari pekerjaanpun siap untuk diumumkan. Masyarakat Cikeusik berkumpul di tempat yang sekarang dikenal alun-alun , pokoknya di hari itu seluruh masyarakat berkumpul bersatu dalam suasana bahagia atas selesainya pekerjaan. Sambil menunggu acara dimulai , banyak hiburan yang mereka tampilkan , diantaranya sampyong , sonder , julik , juga acara adu ketangkasan atau dikenal gelut dan masih banyak lagi yang lainnya*.

*Tepat matahari condong ke Barat , dengan penuh wibawa dan merasa senang , Ki Bugulun naik ke mimbar sambil menyapa masyarakatnya. Beliau berkata , " Masyarakatku yang terus berjuang , di hari ini kita bersama merayakan keberhasilan kita semua , pekerjaan yang penuh perjuangan dan pengorbanan ini telah kita selesaikan dengan maksimal , semoga kelak kita bisa menikmatinya hingga anak cucu kita nanti " , demikian kata Ki Bugulun di depan masyarakatnya , dan merekapun menyambut dengan sorak sorai penuh bahagia." Bapak-bapak dan Ibu-ibu , keberhasilan pembangunan pedukuhan ini tidak luput dari usaha kita , kebersamaan kita , kekuatan dari seluruh masyarakat kita , tidak ada prestasi yang hebat dalam membangun selain kejujuran dan niat budi yang luhur , tidak ada sebuah karya yang abadi selain keikhlasan , untuk itu , saya selaku pemangku ketua adat , di hari yang bahagia ini akan saya kukuhkan nama-nama hasil pekerjaan kita semua ini , baiklah , yang pertama untuk nama Balong atau kolam pemandian kita sebut Balong Bakung. Untuk tanah perbatasan di sebelah Selatan kita namakan Krapyak , bangunan tempat kerja pengurus pedukuhan kita namakan Sapta Lenggah , dan untuk alun-alun dimana sebagai tempat berkumpul kita ini, saya namakan Sapta Raga. Kiranya hanya ini yang dapat saya sampaikan untuk kalian , selanjutnya marilah kita rayakan keberhasilan kita ini tanpa melupakan kebaikan dari Sang Pencipta " tutur Ki Bugulun seraya menaburkan uang recehan dari dalam baskom kepada masyarakat yang hadir di situ*.

*Suasana pun menjadi gegap gempita, uang recehan tadi menjadi rebutan masyarakat yang begitu bahagia sambil bersorak sorai , acara seperti itu di kampung Cikeusik dinamakan Surak atau Curak. Banyak di antara mereka yang mendapat recehan uang sampai satu genggam , ada juga yang mendapat hanya beberapa keping saja , ada pula yang mendapat hanya satu keping , tapi kesenangan mereka begitu terasa dengan banyaknya orang tertawa melihat banyak orang berebut uang recehan*.

*Rasa lelah dan letih begitu terasa dari masyarakat Cikeusik yang pada hari itu menjadi hari bersejarah atas segala usaha dan perjuangannya membangun sebuah pedukuhan. Semua mereka persembahkan demi anak cucu kelak , apa yang mereka kerjakan saat itu sebagai bukti bahwa usaha para sesepuh kita yang begitu kuat dan teguh atas kebaikan akhlaknya akan dapat dinikmati sepanjang kehidupan ini masih berjalan hingga akhir zaman*.

*Pada malam harinya , Ki Bugulun mengundang beberapa orang termasuk Kerani-keraninya , Mardi , Mahdi , Bulhun dan Madropi juga beberapa kerabat. Di malam itu mereka membahas sebuah aturan demi kehidupan yang lebih baik*.

1
ArtisaPic
Sebagai generasi muda perlu untuk mengenal sejarah, baik sejarah lokal maupun sejarah negara atau benua atau sejarah alam semesta. Dengan sejarah kita akan mengenal diri kita dengan norma-norma yang ada, tidak gegabah dan tidak rakus akan dunia. Hanya kedunguan yang menjadikan diri kita sebagai budaknya. Manusia bukan BUDAK DUNIA.
Jihan Hwang
salam kenal thor... yuk saling dukung
ArtisaPic
Gegesik kota asyik , Desa wisata , Gudangnya seni dan budaya.
Q.Sambling Gegesiklor
Cirebon
Jawa Barat
Kaylin
Bikin baper, deh!
ArtisaPic
ok , makasih , semoga sukses sll
Aiko
Hebat!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!