NovelToon NovelToon
Akhir Cinta Dari Formosa

Akhir Cinta Dari Formosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Penyesalan Suami / Pembantu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

" Hidup memang harus berani, berani pergi dari sesuatu yang tak pantas untuk di tinggali.
kisah Ana wanita paruh baya yang terpaksa menjadi tenaga kerja wanita(TKW) demi masa depan Anak-anaknya dan juga perjuangannya terlepas dari suami patriaki.
Ana yang selalu gagal dalam rumah tangga merasa dirinya tak layak di cintai sampai dia bertemu dengan laki-laki bernama Huang Lhi yang juga majikan tempatnya bekerja. Namun kisah cinta Ana dan Lhi tak semulus drama perbedaan kasta menjadi penghalang utama. bagaimana kisah mereka? Bisakah Ana mendapatkan cinta sejati? Kemana Akhir akan membawa kisah mereka?

Malam berakhir dengan gemerlap bintang-bintang dan bunga-bunga yang bermekaran mengantarkan pada mimpi yang menjanjikan sebuah harapan. Malam ini Ana lupa akan traumanya bunga di hatinya memaksa bersemi mesti tak pasti akankah tumbuh atau kembali layu dan mati.

ikuti terus kisah Ana dan jangan lupa dukungannya ....
terimakasih .. Update setiap hari, No libur kecuali mati lampu!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Pamit

Lusa akan menjadi hari terberat untuk Ana. Dia di jadualkan akan berangkat ke kantor pusat yang ada di Bekasi untuk bersekolah bahasa setelah menjalani rangkaian proses rumit.

Malam ini Ana dan Roy mengunjungi beberapa rumah sanak keluarga untuk berpamitan sekaligus memohon doa restu untuk kelancaran prosesnya.

Semua orang bersedih tak terkecuali bulek Ratih, bulek dari Roy. wanita itu sampai menangis sesegukan saat Ana mengutarakan niatnya. Kesedihan mereka sebenarnya terletak pada Aidar yang masih bergantung Asi tetapi secara tiba-tiba harus disapih.

Aidar sendiri saat ini sudah dibawa Mbak Asih kakak perempuan Ana. Bulek Ratih pun sebenarnya bersedia merawat Aidar namun Ana lebih mantap hatinya jika Aidar bersama saudara perempuannya.

Sempat terjadi pertentangan tentang siapa yang merawat Aidar, Roy awalnya bersikeras ingin merawat Aidar sediri, tapi begitu melihat Aidar yang rewel saat hari pertama disapih laki-laki itu mengurungkan niatnya. memilih beralasan ia tidak bisa bekerja jika Aidar bersamanya. Meski alasan sebenarnya bukan itu.

Ana menghela nafas berat saat motor yang mereka kendarai masuk ke pelataran rumah orang tua Ana. Inilah moment terberatnya berpamitan dengan orang tuanya yang sudah renta.

''Apa ndak ada pilihan lain, nduk selain pergi jauh?'' Tanya bapak Ana lembut, saat Ana sudah mengutarakan niatnya.

''Ana sama mas Roy sudah berusaha pontang panting tapi hasilnya masih minim, Pak. Kasian anak-anak kalo keadaannya begini terus.'' Jelas Ana.

''Ya sudah kalo memang itu sudah keputusan kalian berdua, bapak sama mamak cuma bisa mendoakan yang terbaik, kamu sehat sukses apa yang kamu cita-cita kan bisa kinabulan( terkabul).'' Ucap Bapak dengan suara bergetar.

''Amin, terimakasih pak." Sahut Ana sembari menggenggam tangan keriput bapak.

Bapak Ana kemudian membelai tangan Ana, menatap sang putri kecilnya. Ya, setua apapaun kita akan kembali seperti putri kecil kan kalo sudah berhadapan dengan bapak. Dengan senyum khas dan penuh wibawa beliau kemudian berpesan

''Nduk awak mu oleh lungo, nanging awak mu ojo getun naliko balek bapak wes ndak ono, ojo getun, ojo nangis, ikhlas iki kabeh wes garis ee gusti allah" *

Ana terperanjak dari duduknya saat mendengar pesan dari bapak, rasa tak terima menyeruak dari hatinya seiring air mata yang mulai menggenang di pelupuk mata, "Pak, jangan bilang begitu,bapak harus sehat sampai Ana pulang.'' Ucap Ana sesak, ucapan bapak pelan namun menusuk relung hati terdala.

''Kita itu tidak pernah tau ajal nduk,'' ujar bapak lagi. ''Sudah pokoknya kamu kalo memang sudah Niat nya mau kerja buat anak-anak, kamu niat kan yang bener, fokus jangan neko-neko, yang di rumah juga sama harus saling mendukung dan kerja sama.'' Lanjut bapak. sedikit berpesan pada sang menantu Roy. Belaian lembut berganti genggaman tangan hangat namun perih di hati Ana.

Ana kemudian berpindah berpamitan pada sang mamak yang juga sudah terisak di sampingnya. kembali Ana tak kuasa saat melihat wanita renta itu menghapus air mata.

''Bocah-bocah biar di sini aja sama mamak nduk,' lirih wanita sepuh itu. Kerut diwajahnya menggambarkan kesedihan yang begitu mendalam sedari Ana menyampaikan niatnya di awal tadi pun air mata yang tak juga mereda.

Ana tak sanggup menjawab, hanya tangis sesak yang keluar dari bibir nya. Wanita hebatnya itu, sudah begitu renta tapi masih kerepotan mengurus rumah dan juga bapak yang sakit stroke, di tambah meminta anak-anak Ana untuk tinggal bersama.

Sebenar nya Ana juga menginginkan hal sama, agak tidak percaya jika meninggalkan

Danu dan Raka tinggal bersama di kontrakan mereka, karena ya..... tau sendiri bagaimana sifat laki-laki .

''Anak-anak sama saya di rumah mak!'' Nanti kalo saya nggak ikut ngurus di sangka saya mau enak nya aja.'' Sahut Roy ketus .

Roy memang seperti itu kalo berbicara, kasar dan ketus. Apa lagi kalo sudah menyangkut hal-hal sensitif harus ekstra hati-hati saat berbicara.

Ana sendiri memilih mengontrak setelah menikah, padahal seharusnya dia tinggal bersama orang tuanya yang sudah renta dan juga sakit-sakitan . Tapi demi menjaga kesehatan mental orang tuanya dia memilih mengontrak meski tak jauh dari rumah orang tuanya.

Sedang mertua nya tinggal di luar kota, Ana memilih berpamitan lewat telepon karena

menghemat ongkos, pun dia sendiri tak begitu dekat dengan mertua nya itu .

*

*

Hari ini Ana memilih menghabiskan waktu dengan anak-anak nya di rumah kontrakan mereka, sembari menyusun beberapa pakaian ganti untuk ia bawa pergi esok hari.

''Adek lagi apa ya, Bu?'' Tanya Danu yang sedang sibuk memasangkan tali sepatu yang baru saja di cuci.

Raka yang ada di samping nya nampak memukul kecil paha sang kakak, ''jangan ngomongin adek lo mas,'' protesnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Ana tersenyum melihat anak nomor 2 nya itu, di balik sikap Raka yang kadang ceplas- ceplos kalau bicara, Raka memiliki hati yang lembut, apa lagi kalau sudah menyangkut sang adik Aidar. Mungkin karena sedari bayi dia lah yang bertugas menjaga Aidar saat Danu dan Ana sedang sibuk menyiapkan dagangannya.

''Adek lagi seneng-seneng main air, sama bude di beliin kolam renang yang kaya ember gede itu, sama pelampung buat di leher,'' jawab Ana menenangkan.

''wihh, seru itu pesti, adek kaki nya tuill tuill lucu.'' Celetuk Raka, matanya yang tadi sempat berselimut kabut berubah menjadi binar kebahagiaan, hanya karena mendengar adik nya senang di tempat nya.

''Mas sama kakak kan besok bisa kesana kalo ibu udah berangkat,'' ucap Ana .

'' Naik apa? Motornya loo selalu di bawa ayah,'' sahut Danu. jarang sekali Danu mengeluh seperti itu, biasa nya si sulung itu selalu menjawab ''iya."

Ana tersenyum masam mencoba memahami bagaimana perasaan sang putra, ''sabar,

Sementara pakai sepeda dulu, atau tempat mbah kung pinjem motor mbah.'' Ucap Ana menenangkan. ''Anak-anak malam ini pengen makan apa? Tanya Ana mengalihkan pembicaraan, karena dia sendiri pun tidak tahan jika harus membicarakan perihal Aidar.

2 anak remaja itu saling berpandangan sesaat sebelum si sulung Danu menyampaikan keinginannya, ''Ehmm.. boleh nggak bu kita makan mie ayam?" Tanya Danu.

''Tapi jangan di bawa pulang, Bu. Kita makan nya di tempat kaya dulu ibu sering ajak aku sama Mas Danu,'' timpal Raka.

Ana kembali tersenyum masam, sudah lama sekali memang sejak terakhir ia mengajak 2 anak nya ini makan di luar, terakhir kali hampir 2 tahun lalu sebelum Ana menikah dengan Roy. Mereka sesekali juga masih jajan, tapi lebih sering di bungkus dan makan di rumah, sama saja sebenar nya tapi nama nya anak-anak .....'

Ana langsung meng'iya kan keinginan sederhana anak-anaknya, ''oke nanti malam kita makan mie ayam yang d depan gang itu.'' Sahut Ana yang di susul sorak gembira,

Danu dan Raka____.

______Bersambung.

*Nduk awak mu oleh lungo, nanging awak mu ojo getun naliko balek bapak wes ndak ono, ojo getun, ojo nangis, ikhlas iki kabeh wes garis ee gusti allah"*

(Nak kamu boleh pergi, tapi kamu jangan menyesal kalau pulang nanti bapak sudah tidak ada [meninggal], jangan menyesal, jangan menangis, ikhlas ini semua sudah takdir dari gusti allah)

---Ini adalah pesan terakhir dari alm. Bapak di tahun 2017 saat aku pertama kali berangkat ke negara Taiwan. Btw bapak ku meninggal tahun 2020, 1 minggu sebelum kepulanganku ke tanah air. Al - Fatikhah buat bapak ❤️

Akhir nya selesai juga BAB yang menguras air mata ini.

Semoga banyak yang suka, please suport nya .......

Anna.

1
Edelweis Namira
Kasihan banget sama si Ana. Berjauhan sama anak itu gak enak. Baru awal-awal begini sudah sedih banget, Thor
Yuu
duh duh relate banget sama kehidupan ibu2 jaman sekarang, kesulitan ekonomi, jadi TKW solusinya😭
Anna
yang laki-laki sudah punya pujaan hati 🤭🤭
Sunaryati
Perjodohan yang antusias perempuan sedang laki - laki tak tahu,
Sunaryati
lanjuut
Anna: harap bersabar ya kakk ...😇
total 1 replies
Lannnn🙈
Hallo mbak ceritanya bagus banget…,salam dari kota Chiayi😊
Anna: haii mbak salam kenal , thankss suport nyaa yaa 🥰🥰
total 1 replies
Kim shin
gemesh
Kim shin
apakah bab ini di beri bawang 10 kilo 😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!