NovelToon NovelToon
Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yullia Widi

Aku pernah percaya bahwa cinta itu cukup.

Bahwa selama kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, ia akan tinggal. Bahwa kesetiaan akan dibalas dengan kesetiaan. Bahwa pengorbanan akan membuka jalan menuju kebahagiaan. Aku percaya, sampai kenyataan memaksaku membuka mata: tidak semua cinta menemukan jalannya, dan tidak semua istri benar-benar menjadi pilihan.

Namaku Nayla. Seorang istri di atas kertas. Di kehidupan nyata? Aku lebih sering merasa seperti tamu dalam rumahku sendiri. Aku memasak, mencuci, merapikan rumah, menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Tapi tak sekalipun aku merasa dipandang sebagai seseorang yang ia banggakan. Tak pernah aku lihat binar di matanya ketika menatapku. Tidak seperti saat ia menatap layar ponselnya, tersenyum kecil, membalas pesan yang tak pernah kutahu isinya.

Aku dan Raka menikah karena keadaan. Aku menyukainya sejak lama, dan saat kami dipertemukan dalam sebuah kesempatan yang kelihatannya takdir, aku langsung mengiyakan tanpa banyak berpikir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yullia Widi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3: Perempuan Bernama Ailuna

Hari itu aku memutuskan untuk pergi lebih pagi ke pasar. Selain untuk mengisi waktu, aku butuh udara segar. Udara luar yang lebih jujur daripada udara dalam rumah kami yang terasa pengap oleh diam dan dingin.

Sambil berjalan menyusuri lorong pasar, aku sempat berpikir untuk membeli bahan makanan yang Arvan suka lagi. Tapi entah kenapa, langkahku terhenti di depan kios bunga. Aroma melati dan mawar mencuri perhatianku. Sudah lama sekali aku tak menerima bunga. Bahkan di hari ulang tahunku, atau ulang tahun pernikahan kami yang ke dua, yang hanya kuingat sendiri.

Pemilik kios bunga menyapaku dengan ramah.

“Mau pilih bunga, Mbak? Bagus-bagus ini, segar semua.”

Aku tersenyum samar. “Melatinya satu ikat, ya.”

Sampai rumah, aku letakkan bunga melati itu di vas kecil dekat jendela kamar. Hanya itu caraku menyenangkan diri. Tak ada yang lain.

Dan di siang yang terlalu tenang itu, aku melakukan satu kesalahan. Kesalahan kecil tapi fatal.

Ponsel Arvan tertinggal di ruang tengah. Biasanya ia sangat menjaga ponselnya, bahkan membawanya ke kamar mandi. Tapi hari ini, entah kenapa ia lupa.

Aku hanya berniat meletakkannya ke kamarnya. Tapi layar menyala ada notifikasi pesan masuk. Nama pengirimnya: Ailuna.

Aku bukan istri yang posesif. Tapi naluriku langsung menegang.

Aku tahu, aku tidak seharusnya membaca pesan itu. Tapi aku manusia, bukan robot. Dan isi pesan itu membuat seluruh dadaku tenggelam dalam dentuman sakit yang tak bisa kulukiskan.

“Kamu tidur jam berapa semalam? Aku nunggu kamu WA, Van. Aku nggak bisa tidur kalo belum denger suaramu.”

Tanganku gemetar.

Pesan lain muncul.

“Malam ini kita jadi ketemu, kan? Aku kangen.”

Aku meletakkan ponsel itu seperti benda panas yang baru saja membakar kulitku. Seluruh tubuhku bergetar. Ada suara berisik dalam kepalaku, mencoba menyangkal. Tapi aku tahu, itu nyata.

Arvan sudah memilih. Ia hanya belum punya keberanian untuk mengatakan. Ia hanya menjadikan aku sebagai peran figuran dalam drama yang tidak pernah kuinginkan.

Malam harinya, aku duduk di ruang tamu. Menunggu Arvan pulang. Biasanya aku sudah tidur lebih dulu, tapi malam ini aku ingin melihat wajahnya. Aku ingin tahu, apakah ia masih bisa menatapku setelah semua itu?

Jam sembilan malam. Suara mobil masuk halaman.

Arvan masuk, wajahnya lelah. Tapi tidak terkejut melihatku terjaga.

“Kamu belum tidur?” tanyanya datar.

Aku menatapnya. Lama.

“Kamu sayang dia?” tanyaku lirih.

Ia diam, tapi tidak bertanya 'siapa'. Itu sudah cukup menjadi jawaban.

Aku mengangguk pelan. Ada sesuatu yang runtuh di dadaku. Tapi anehnya, tidak ada air mata.

“Sejak kapan?” tanyaku lagi.

“Udah lama,” jawabnya singkat.

“Lebih lama dari pernikahan kita?”

Ia menunduk.

Hatiku seperti dipukul dari dalam. Jadi selama ini... semua ini hanya sebuah penjara yang ia bangun dari kebohongan.

“Kenapa kamu nikah sama aku kalau hati kamu udah milik orang lain?” suaraku pecah.

Arvan menggenggam pelipisnya. “Aku... nggak bisa lawan Papa waktu itu. Dia ancam cabut semua dukungan kalau aku nggak nikah sama kamu.”

“Lalu Ailuna?”

“Dia disuruh mundur. Tapi kami tetap komunikasi diam-diam.”

Diam-diam. Kata yang terdengar seperti tikaman. Sejak awal, aku adalah orang luar. Aku bukan istrinya. Aku hanya penyamar legal di rumah ini.

Aku berdiri. Melihatnya seperti melihat bayangan lelaki yang tak pernah benar-benar kumiliki.

“Kalau begitu... malam ini kamu tidur di kamar kita. Bukan karena aku ingin dekat, tapi karena mulai malam ini, kita tidak lagi bersembunyi di balik formalitas. Aku akan ajukan cerai.”

Arvan menatapku kaget. Tapi aku sudah melangkah.

Untuk pertama kalinya, aku memilih diriku sendiri.

Dan anehnya, malam itu aku tidur lebih tenang dari biasanya.

Bukan karena luka itu hilang. Tapi karena akhirnya aku tahu bahwa aku tak lagi perlu menunggu sesuatu yang tak akan pernah datang. Aku tak perlu terus berharap pada cinta yang tak pernah diberi, hanya dipinjamkan sesaat saat keadaan menguntungkan.

Pagi harinya, aku bangun sebelum matahari muncul sepenuhnya. Udara masih lembap bekas hujan semalam. Aku duduk di pinggir ranjang, menatap keluar jendela tempat bunga melati yang kubeli kemarin mulai merekah perlahan.

Aromanya menyusup pelan ke dalam ruangan, seolah membisikkan bahwa hidup tetap akan berjalan, meski hati kita sempat porak-poranda.

Arvan masih di kamar. Tidurnya gelisah. Aku tak tahu apa yang ada di pikirannya sekarang, dan sejujurnya, untuk pertama kalinya dalam waktu lama, aku tak peduli.

Aku membuat sarapan seperti biasa. Bukan untuk dia, tapi untukku. Telur rebus, roti panggang, dan teh hangat. Tak ada kopi pagi ini. Tak ada harapan yang kutaruh di meja makan.

Ponselku penuh pesan dari Dina, sahabat lamaku yang sudah seperti saudara sendiri. Ia menanyakan kabarku, mungkin karena semalam aku sempat mengetik satu kalimat pendek yang seolah tak selesai.

"Aku akhirnya tahu."

Itu saja. Dan mungkin dari situ ia mengerti bahwa sesuatu dalam diriku telah berubah.

Setelah mencuci piring, aku duduk di ruang tengah. Arvan keluar dari kamar tak lama kemudian. Rambutnya kusut. Wajahnya seperti belum tidur semalaman. Tapi aku tak menoleh.

“Apa kamu serius?” tanyanya pelan.

Aku tetap menatap lurus ke depan. “Aku sudah terlalu lama pura-pura tidak tahu. Sudah terlalu lama berpura-pura tidak sakit.”

“Nayla, aku bisa jelasin”

“Tidak perlu.” Aku memotong. Lembut, tapi tegas. “Kamu mencintai orang lain. Dan aku lelah memaksa diriku menjadi rumah buat orang yang tak pernah ingin tinggal.”

Ia menarik napas panjang, menunduk, lalu duduk di kursi seberangku. Wajahnya tak lagi menyimpan arogansi seperti malam-malam sebelumnya. Mungkin karena dia tahu aku sudah berbeda. Aku bukan Nayla yang akan menunduk sambil bertanya kenapa. Aku adalah Nayla yang akhirnya sadar: cinta tak bisa dipaksa tumbuh di tanah yang penuh kebohongan.

“Apa... kamu yakin cerai solusi terbaik?” tanyanya perlahan.

Aku hanya diam, dan tidak menjawab pertanyaan Arvan, karena yang aku inginkan dari dulu dalam hidupku pernikahan itu cuma sekali saja seumur hidup. Tapi di lain sisi aku juga tidak bisa bertahan dengan situasi seperti ini. Dimana aku merasakan sakit hati dan tidak pernah dihargai sedikitpun oleh suamiku sendiri.

Sebagai seorang istri ingin sekali merasakan perhatian dari seorang suami, tapi yang aku rasakan selama bertahun-tahun aku tidak pernah merasakan kebahagiaan sama sekali. Aku benar-benar diposisi yang tidak tahu arah harus bagaimana. Bertahan sakit melepaskan juga sakit.

Aku harus bagaimana supaya Arvan sadar, sepertinya juga percuma saya pertahankan rumah tangga ini. Hanya membuat aku makan hati setiap hari.

1
Mamah dini
raka atau arvan
Mamah dini
mudah2an pilihanmu yg sekarang ada benarnya nay, jgn diam kalau GK di anggap
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
total 2 replies
Dâu tây
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
yuliaw widi: Terima kasih! Tenang, update-nya bakal lanjut terus kok 🤍
total 1 replies
Jennifer Impas
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
yuliaw widi: Makasih! Senang banget ceritanya bikin kamu terus baca 😍
total 1 replies
mr.browniie
Menggetarkan
yuliaw widi: Terima kasih banyak, senang sekali bisa menyentuh hati pembaca 🖤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!