NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

03. Pikiran dan rencana

Pagi itu, sinar matahari masuk malu-malu dari sela jendela kaca besar yang setengah terbuka. Di dalam ruangan yang lapang, dengan interior modern namun tenang, dua pria duduk menghadap satu sama lain. Aroma kopi hitam baru diseduh memenuhi udara.

Agra duduk bersandar di sofa abu lembut. Kemejanya masih rapi, tapi kancing atas sudah dibuka, memberi kesan santai. Di seberangnya, seorang pria berambut agak ikal dengan kacamata tipis tengah mengaduk kopinya sambil mengamati sahabatnya itu penuh rasa ingin tahu.

Razan menyipitkan mata, lalu mengangkat alis. "Dari tadi senyum-senyum sendiri. Apa yang lagi dipikirkan oleh seorang duda elegan berusia empat puluh tahun ini, hm?"

Agra hanya tertawa kecil. Tangannya meraih cangkir kopinya, lalu menyeruput pelan.

"Aku ketemu gadis aneh tadi malam," ucapnya akhirnya.

Razan langsung tertawa kecil, menggoda, "Jangan bilang kau menyewa seseorang lagi untuk 'menyembuhkan kesepian'? Aduh, Ga, tobatlah kau."

Agra tertawa pelan, lalu menggeleng sambil menyandarkan tubuhnya. Pandangannya mengarah ke langit-langit, seolah sedang memutar ulang memori semalam.

"Justru itu. Aku sudah tobat, Zan. Capek main-main. Capek dinilai cuma dari saldo bank dan mobil yang dipakai."

Razan menyandarkan dagunya di tangan. "Hmmm, pencerahan macam apa ini? Biasanya kamu alergi ngomong serius soal wanita."

Agra tertawa lebih lebar, tapi ada gurat kesepian yang tak bisa sepenuhnya ia sembunyikan.

"Aku belajar banyak dari mantan istriku, Zan. Cantik, pintar bicara tapi isinya cuma pesta, brand mahal, dan ya, kamu tahu sisanya. Selalu ada pria lain di balik layar. Aku lelah dikhianati sambil terus membayar semuanya."

Razan terdiam. Wajahnya berubah lebih tenang. "Aku tahu. Aku lihat semua itu. Tapi sekarang kamu bilang ketemu gadis unik tadi malam? Baru ketemu sekali dan kamu udah mikir serius?"

Agra mengangkat bahu. "Nggak tahu. Tapi caranya menolak, cara dia menatapku seolah aku ini bahaya berjalan, lucu aja. Jujur. Bersih. Bukan karena penampilannya, tapi gadis itu punya kehati-hatian yang langka. Seperti seseorang yang terlalu sering dibenturkan kenyataan."

Razan menyipitkan mata, skeptis. "Tapi, Ga, mana ada gadis baik keluyuran malam-malam sendirian di pinggiran jalan kota besar? Kamu lupa ini kota metropolitan? Atau kamu mulai naif?"

Agra tertawa pelan, kali ini getir. "Mungkin justru karena dia bukan gadis baik dalam definisi dunia makanya aku tertarik. Karena aku juga bukan pria baik dalam sejarah hidupku."

Razan mendengus pelan, namun tak menertawakan. Ia mengangguk kecil, menggigit bibir bawahnya sebentar sebelum berkata, "Kalau kamu serius, pastikan bukan karena kamu lagi merasa kosong, ya. Jangan isi ruang hatimu dengan orang yang hanya kamu temui sekali dan berharap dia menyembuhkan semuanya."

Agra menatap sahabatnya, lalu mengangguk mantap. "Aku nggak butuh disembuhkan. Aku cuma ingin punya seseorang yang bisa duduk di sebelahku, tanpa perlu menjual dirinya untuk dicintai."

Razan tersenyum kecil, lalu menepuk bahu Agra. "Kalau begitu, semoga gadis aneh semalam itu, ternyata memang ditakdirkan menampar logika lamamu."

Agra mengangkat kembali cangkir kopinya. Uap hangat masih menari di bibir gelas, namun rasa pahitnya kini terasa lebih dalam, mungkin karena pikirannya sedang sibuk mencerna kata-kata Razan.

Ia menatap kosong ke arah jendela kaca yang memperlihatkan taman kecil di luar ruang kerjanya. Burung gereja berlompatan di tepi pot. Suara daun bergesekan tertiup angin pagi, seolah ikut berbicara dalam diam. Sementara itu, ponsel di meja milik Razan bergetar. Sebuah nada pendek berbunyi, dan layar menyala. Tulisan di layar: Baby 💕.

Razan melirik, tersenyum kecil. Ia bangkit sambil meraih ponselnya. "Wah, hidupku dipanggil," gumamnya, separuh bercanda.

Agra tersenyum, meletakkan cangkirnya. "Sudah jadi ayah dua anak, masih juga dipanggil 'baby'?

Razan hanya tertawa pendek. "Panggilan sayang, bukan status umur."

Sambil berjalan ke arah pintu, ia menoleh. "Jaga diri, Ga. Dan ingat jangan kejar bayangan. Kalau memang takdir, dia akan muncul tanpa harus kau paksa."

Agra mengangguk pelan. "Terima kasih, Zan. Salam buat istrimu."

Razan mengacungkan dua jari ke dahi lalu melambaikan tangan, meninggalkan ruangan kerja yang kini kembali sepi.

Agra menghembuskan napas panjang. Sunyi kembali mengisi ruang. Ia mengambil remote, mematikan musik klasik yang sejak tadi mengalun pelan dari speaker. Lalu ia berdiri, berjalan menuju jendela besar dan berdiri di sana. Dari lantai dua rumahnya, ia bisa melihat jalanan kompleks yang mulai sibuk. Orang berangkat kerja. Anak-anak berseragam sekolah.

Namun pikirannya masih tertinggal semalam. Nadra. Gadis muda dengan wajah lelah dan keringat di pelipis, yang menatapnya bukan dengan kagum, tapi waspada. Yang menolak bantuannya dengan sopan, tapi tegas. Yang memilih berjalan kaki dalam gelap daripada menerima tumpangan dari orang asing sepertinya.

Agra tersenyum tipis. "Lucu," gumamnya. "Dalam satu malam, tatapan asing bisa lebih jujur dari hubungan yang ku bangun bertahun-tahun."

Ia memejamkan mata sejenak. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang tak tertulis. Apakah ia akan bertemu lagi dengan gadis itu? Apakah ini hanya kebetulan? Atau petunjuk halus dari semesta?

"Kalau memang dia bukan siapa-siapa, biarlah ini jadi pelajaran," katanya pelan. "Tapi kalau dia bagian dari rencana-Mu, izinkan aku melihatnya lagi, sekali aja. Supaya aku tahu, rasa ini bukan halusinasi."

Angin pagi masuk lewat celah jendela. Membelai wajah Agra yang tampak tenang, tapi menyimpan kerinduan baru yang belum ia pahami sepenuhnya.

*****

Gedung-gedung pencakar langit tampak seperti siluet kelabu yang bersandar pada langit yang perlahan naik. Angin mulai membawa aroma aspal hangat, bercampur debu. Dari arah kejauhan, suara deru mesin terdengar membelah keheningan. Sebuah sepeda motor sport berwarna hitam pekat melaju kencang, menyalip kendaraan satu demi satu, nyaris tanpa suara selain desing kecepatan dan desiran ban menghantam aspal.

Di atas motor itu duduk seorang pria bertubuh tegap, mengenakan jaket kulit yang terbuka tanpa dikancingkan. Helm full-face menutupi sebagian besar wajahnya, namun sorot matanya tajam dan dingin, terlihat jelas dari balik kaca helm.

Nama pria itu, Nayaka. Dingin, tangguh, nyaris tak bisa dibaca. Ia tidak tersenyum, tidak marah seolah dunia ini tak mampu mengusiknya, namun juga tidak cukup berarti untuk diajak bicara.

Motor itu akhirnya berhenti di depan gerbang tinggi sebuah rumah mewah yang berdiri angkuh di tengah kawasan elit kota metropolitan. Seorang satpam membuka gerbang otomatis, memberi hormat. Dua mobil mewah terparkir rapi di pelataran yang bersih. Taman di depannya seperti diatur oleh tangan surga, bunga-bunga mekar tanpa cela, air mancur kecil memancurkan suara gemericik yang teratur.

Tanpa banyak bicara, Nayaka memarkirkan motornya di bawah kanopi berarsitektur klasik. Suara langkah sepatunya menggema pelan ketika ia menapaki teras besar, membuka pintu kayu ukir berat, dan masuk ke dalam rumah itu.

Di dalam ruang santai bernuansa krem dan emas, duduk seorang wanita berusia sekitar enam puluh tahun. Namun tak ada kerutan lelah di wajahnya. Kulitnya kencang, matanya jernih, dan cara ia menyilangkan kaki menunjukkan bahwa usia tidak pernah berhasil menaklukkan keanggunannya.

Wanita itu tersenyum ketika melihat kedatangan Nayaka.

"Pagi, Ma." sapa Nayaka datar, mencopot helm dan meletakkannya di atas meja kecil. "Ada apa memanggilku ke sini?"

Wanita itu menyilakan duduk sambil menuangkan teh ke dalam cangkir porselen. "Duduk dulu, Nayaka. Mama nggak akan lama," katanya lembut namun penuh tekanan halus.

Nayaka duduk, menyandarkan tubuhnya ke sofa. Kakinya terentang, tangannya masuk ke satu jaket kulitnya. Tatapannya menunggu.

Wanita itu mengangkat cangkirnya, menyeruput sedikit teh, sebelum akhirnya berkata, "Mama ingin bicara soal masa depanmu. Tepatnya, soal perjodohan."

Nayaka mengangkat alis sebelah. "Perjodohan?"

"Iya. Anak dari sahabat arisan Mama. Cantik, lulusan luar negeri. Latar belakang keluarganya baik. Cocok buat kamu."

Nayaka bangkit berdiri, tawa kecil penuh sarkas meluncur dari bibirnya. "Ma, kau tahu aku tidak tertarik dengan proyek jual beli manusia berkedok pernikahan."

Wanita itu tetap tenang, menatapnya dengan sorot mata yang dalam. "Hanya punya dua putra. Dan di umur Mama yang sudah lebih dekat dengan kematian daripada kehidupan, kenapa belum satu pun dari kalian memberikan cucu untuk Mama?"

Nayaka menyentuh helmnya, lalu memutar tubuh setengah menghadap pintu. "Biarkan abang dulu yang menikah. Aku, menyusul entah kapan."

Ia melangkah tanpa menoleh lagi. Pintu berat itu terbuka dan tertutup dengan bunyi pelan tapi jelas. Suara langkah kaki Nayaka menghilang perlahan, berganti dengan suara motor hitam yang kembali meraung ke jalanan.

Di dalam ruangan, sang Mama masih duduk di tempatnya. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, namun matanya menyipit perlahan. Dalam tatapannya yang penuh perhitungan.

...Bersambung.......

...Terima kasih telah mendukung karya ini.☺️...

...Terima kasih juga telah memberi hadiah.😘...

...Untuk saling support tinggalkan komen. 😉...

1
Pengagum Rahasia
/Sob//Sob//Sob/
Pengagum Rahasia
Agra begitu sayang sama adeknya, ya
Syhr Syhr: Sangat sayang. Tapi kadang adeknya nyerandu
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Oh, jadi asisten ingin genit genit biar lirik Agra. Eh, rupanya Agra gak suka.
Syhr Syhr: Iya, mana level Agra sama wanita seperti itu 😁
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Apakah ada skandal?
Syhr Syhr: Tidak
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Agra sedetail itu menyiapkan semua untuk Nadra. /Scream/
Pengagum Rahasia
hahah, karyawannya kepo
Syhr Syhr: Iya, hebring
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kapoklah, Nadra merajok
Syhr Syhr: Ayo, sih Om jadi bingung 😂
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Yakin khawatir, nanti ada hal lain.
Pengagum Rahasia
Ayo, nanti marah Pak dion
Syhr Syhr: Udah kembut Nadra, pusing dia
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Abang sama adek benar benar sudah memiliki perusahaan sendiri.
Pengagum Rahasia
Kalau orang kaya memang gitu Nad, biar harta turun temurun
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
total 2 replies
Pengagum Rahasia
Haha, jelas marah. Orang baru jadian di suruh menjauh/Facepalm/
Pengagum Rahasia
Udah Om, pakek Duda lagi/Facepalm/
Syhr Syhr: Paket lengkap
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kekeh/Curse//Curse//Curse/
Pengagum Rahasia
Mantab, jujur, polos, dan tegas
Syhr Syhr: Terlalu semuanya Nadra
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Cepat kali.
Pengagum Rahasia
Agra memang bijak
Pengagum Rahasia
Agra type pria yang peka. Keren
Syhr Syhr: Jarang ada, kan
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Sok tahu. Arven ada urusan keluarga, dia mau jadi penerus.
Syhr Syhr: Biasalah
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Udah pergi baru nyariin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!