Di jebak oleh sahabatnya sendiri?
Setelah melewati malam panas dengan Jenderal Hang, Jie Xieye mengandung anak dari suami sahabatnya sendiri —Hang Tianyu.
***
Tak kunjung hamil, membuat Le Chieli frustasi, karena selalu mendapat tekanan dari keluarga Hang. Hingga, kemudian ia menjebak suami dan sahabatnya sendiri.
Namun, yang tidak Le Chieli ketahui, jika dia telah menghancurkan kehidupan sahabatnya.
Ini bukan hanya tentang menjadi selir terabaikan, tapi juga tentang cinta dari musuh suaminya.
Lantas, bagaimana kehidupan Jie Xieye sebagai selir tak di anggap?
Follow akun Author.
ig: bella_bungloon
fb : XCheryy Bella
TIDAK SUKA BISA DI SKIP YA KAKAK-KAKAK ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bella Bungloon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 003
Angin berhembus dingin, cahaya matahari merambat perlahan, menyusup lewat celah daun dan mengguratkan bayangan suram di tanah berlumut.
Nafasnya memburu, kepalanya mendadak kosong sejenak. Tangannya bergetar, dan air matanya kembali menetes.
Seorang pria berjubah hitam, berdiri di hadapannya menggenggam bel4ti yang berhasil dia rebut dari dirinya.
"Tabib Jie...."Panggilan lembut tapi juga tegas dari belakang, membuat Jie Xieye menoleh.
Bola matanya membulat melihat Hang Suyue dengan beberapa pengawal di belakang nya.
“Aku datang bukan untuk menghakimi. Tapi datang untuk bertanya,” ucap Hang Suyue sambil mendekat. Wajahnya tetap tenang, tapi sorot matanya tajam dan nada bicaranya tegas.
Jemari wanita itu perlahan terangkat, menunjuk perut Jie Xieye yang masih datar.
"Apa yang tadi akan kau lakukan, tabib Jie? Kau ingin membunuh bayimu?"
Jie Xieye gemetar. Napasnya tercekat. “Aku... aku tidak...”
“Anda adalah seorang tabib,” lanjut Hang Suyue, kini suaranya terdengar lebih dalam, “Anda adalah pelindung nyawa. Tapi apa tadi, kau mencoba menjadi pembunuhnya? Kau ingin membunuh cucuku?"
Cucunya?
Jie Xieye menangis semakin keras, lalu bersimpuh di tanah dan membungkuk dalam. Wanita itu pasti berpikir dia adalah wanita murahan, wanita penggoda suami sahabatnya!
“Aku tidak tahu kenapa bisa terjadi seperti ini. Aku...Anda pasti berpikir saya adalah wanita murahan. Aku tidak pernah berniat menggoda... apalagi tidur dengan Jenderal Hang… "
Hang Suyue tersenyum tipis, lalu berjongkok perlahan di depan gadis itu, tangan halusnya mengelus rambut Jie Xieye yang kusut.
“Aku tahu,” bisiknya lembut. “Aku tahu kau bukan wanita murahan."
Ia menarik tubuh Jie Xieye ke dalam pelukannya. Hang Suyue, wanita setengah baya itu, mendekapnya dengan hangat, seolah seorang ibu yang menenangkan anaknya yang ketakutan.
"Kami di jebak, aku hanya datang ke kediaman Luozhe karena pelayan Le Chieli memanggilku, katanya... Katanya Le Chieli jatuh sakit."
Hang Suyue terdiam sejenak, tangannya mengusap punggung Jie Xieye yang bergetar hebat.
"... Aku tidak tahu jika setelahnya," Jie Xieye semakin terisak. "Dan sekarang, aku hamil..."
“Tabib Jie, tenanglah..." Hang Suyue menghapus jejak air mata gadis itu. "Tapi sepertinya kau belum tahu, jika Le Chieli yang menjebakmu malam itu."
Tubuh Jie Xieye langsung menegang.
“Ti-tidak... itu tidak mungkin! untuk apa dia melakukan ini semua? Terlebih Chieli sangat mencintai Jenderal Hang. Dan dia adalah sahabatku." Nada Jie Xieye di akhir begitu lirih. Le Chieli tidak mungkin melakukan ini semua bukan? Apa alasannya?
“Dan dia juga istri yang tak kunjung hamil,” gumam Hang Suyue dengan sorot mata dingin. “Kadang, wanita bisa menjadi kejam ketika cinta dan harga dirinya terancam.”
Hening menggantung di antara desir angin dan tangis tertahan Jie Xieye. Hanya suara burung hutan yang samar terdengar dari kejauhan.
Hang Suyue kemudian menarik nafas panjang, perlahan ia mengangkat dagu Jie Xieye dengan satu jari.
“Dengar tabib Jie... Kau akan menjadi ibu dari ahli waris keluarga Hang. Tabib Jie, ikutlah kembali ke kediaman Hang, dan menikahlah dengan putraku."
Menjadi ibu dari keturunan Hang? Bahkan Jie Xieye tidak pernah berpikir untuk menikah dengan pria bangsawan, apalagi ini— seorang Jenderal Agung? Suami dari sahabat nya. Bahkan dirinya sendiri selalu berpikir untuk tidak menikah!
Jie Xieye perlahan bangun berdiri. Wajahnya berubah dingin. "Maaf, saya tidak bisa kembali ke sana. Anda tenang saja, saya tetap akan melahirkan anak ini. Tapi saya tidak akan menikah dengan jenderal Hang."
Wajah Hang Suyue ikut berubah menjadi dingin dan menggelap. "Keputusan bukan di tanganmu, Tabib Jie, anak dalam kandungan mu adalah milik keluarga Hang."
Mendengar jawaban itu membuat nyali Jie Xieye semakin ciut, tapi dia berusaha menutupi ketakutannya.
"Sepertinya sudah cukup sampai sini pembicaraan kita, Nyonya Hang. Tolong jangan ganggu saya, dan kau—" Jie Xieye menatap Wuxi. "Berhenti mengikuti ku."
Dengan langkah tertatih-tatih, Jie Xieye melenggang pergi, meninggalkan hutan kecil itu.
Wuxi yang sejak tadi diam, berniat menyusulnya. Tapi di tahan oleh Hang Suyue
“Jangan,” nada suaranya terdengar dingin. “Ikuti dari kejauhan. Pastikan dia tidak mencelakai dirinya lagi.”
Wuxi menunduk. “Baik, Nyonya Besar...”
Dengan kecepatan seperti angin, Wuxi meleset mengikuti jejak Jie Xieye. "Jadi Nyonya Besar sudah tahu sejak awal..." batinnya.
Hang Suyue menghela nafas pelan, lalu menoleh pada pengawal lain dan memberi isyarat. Tak lama, seorang tabib tua yang sejak tadi menunggu di balik pohon, maju perlahan. Hang Suyue mengambil kantong kulit kecil dari lengan jubahnya dan menyerahkannya.
“Dengar, kau tidak pernah melihat dan mendengar siapa-siapa di sini hari ini.”
Tabib itu menunduk dalam. “Tentu, Nyonya.”
Hang Suyue memutar tubuhnya, meninggalkan hutan kecil itu dengan anggun, langkahnya tetap tenang, seolah tidak ada satu tragedi pun yang baru saja terjadi di hadapannya.
...***...
Malam telah tiba. Bulan lagi-lagi bersinar terang, dan terangnya menyusup ke ruang kerja Hang Tianyu yang di penuhi lembaran laporan dari medan perang. Peta perbatasan terbentang lebar di meja kayu besar berlapis ukiran harimau. Di salah satu sisi, jendela kayu terbuka lebar, membiarkan cahaya rembulan merayap masuk. Tapi cahaya itu tak mampu menembus awan gelap di benak sang jenderal.
Tangannya mencengkeram keras pena bulu di genggaman. Baris demi baris laporan tentang gerakan musuh di selatan berkelebatan di hadapannya, namun pikirannya... terus-menerus kembali ke wajah gadis itu.
Jie Xieye.
Tatapan nanar gadis itu saat terbangun di ranjangnya.
Tubuh mungilnya yang menegang di bawah cahaya bulan.
Tangisnya.
Kebencian dalam matanya.
"Sialan!" Hang Tianyu menggeram dan melempar pena ke lantai. Pena itu terpelanting, menghantam kaki meja sebelum terdiam.
Hang Tianyu meraih cangkir di depan nya, dan meneguknya kasar. Ini bukan yang sekian kalinya kepala dan pikirannya memikirkan gadis itu, Jie Xieye. Meski ia sudah menugaskan Wuxi untuk mencari keberadaan Jie Xieye yang menghilang dari ibu kota, Wuxi belum juga kembali melapor. Apakah terjadi sesuatu pada Jie Xieye?
Hang Tianyu mengembuskan nafas kasar. Namun, suara ketukan ringan terdengar di balik pintu kayu.
"Masuk!" serunya, nadanya berat dan kasar.
Pintu terbuka perlahan. Seorang pria bertubuh tegap masuk dengan langkah tenang. Itu adalah Guanghi, pengawal pribadi sekaligus orang kepercayaan Ibunya.
"Jenderal," ujarnya sambil membungkuk. "Nyonya Besar ingin bertemu Anda."
Hang Tianyu mengernyit. “Sekarang?”
Guanghi hanya menunduk lebih dalam. “Beliau sudah dalam perjalanan ke mari.”
Belum sempat Tianyu menjawab, langkah ringan namun mantap terdengar di lorong. Seperti aliran sungai yang tampak tenang namun bisa menghanyutkan, sosok Hang Suyue masuk ke dalam ruangan tanpa ragu, diiringi aroma bunga cendana dari pakaiannya.
"Putraku," sapa Hang Suyue lembut sambil menutup pintu di belakangnya. “Bagaimana kabarmu?”
Tianyu hanya memalingkan wajah. "Ibu, aku baik-baik saja, seperti yang Anda lihat."
Jawaban itu membuat udara di ruangan mendadak dingin. Hang Suyue melangkah maju, tatapannya tajam seperti mata elang.
“‘Baik-baik saja?’” ulangnya, dengan nada yang dalam namun menahan amarah. "Setelah menghamili seorang tabib, kau mengatakan baik-baik saja?
Hang Tianyu langsung membeku. “Ibu... Anda, bagaimana sudah tahu?”
Hang Suyue tidak menjawab. Ia hanya berjalan pelan menuju kursi berukir naga dan duduk dengan anggun, lalu mengambil napas panjang seolah menahan gelombang yang siap meledak dalam dadanya.
"Ibu, Anda mengatakan—?"
"Ibu sudah menemuinya, dan memeriksanya langsung, dia benar-benar hamil. Dan itu anakmu!"
Benar, saat Hang Suyue memeluk Jie Xieye, dan saat menggenggam tangan gadis itu. Hang Suyue ikut memeriksa nadi nya. Meski dia bukan tabib, pengetahuannya tentang medis itu cukup mendasar. Apalagi sekedar memeriksa denyut nadi.
Tianyu menggertakkan rahangnya. Matanya membelalak. “Ibu—"
Hang Suyue kembali memotong, tegas dan penuh kendali. “Aku juga telah menyuruh tabib memeriksanya sendiri. Tidak ada keraguan, Tianyu. Benih keluarga Hang telah tumbuh dalam rahimnya!”
Hang Tianyu terduduk di kursinya, lemas. Tangannya mengepal, menghitam karena darah yang naik ke permukaan.
Jie Xieye.. Benar-benar mengandung anaknya?
Hang Suyue menatap anaknya dengan dingin.
“Kau kira aku tidak tahu apa yang terjadi di malam itu? Aku sudah meminta orangku menyelidikinya,” nada suara Hang Suyue perlahan tenang. “Ada dupa khusus yang dibakar di kamarmu. Bahkan kue beras di kamarmu yang dicampur oba,"
"... Bahkan ibu sudah tahu jika pelakunya adalah istrimu, Le Chieli."
Hang Tianyu terdiam, jadi ibunya sudah mengetahuinya semua?
"Seperti yang kau tahu, istrimu hingga detik ini tak kunjung hamil, dan dia menjebak sahabatnya sendiri. Dan karena Tabib Jie mengandung anakmu," Hang Suyue menjeda ucapannya, sorot matanya tegas. "Bertanggung jawablah, bawa dia ke kediaman Hang dan nikahi dia."
Perintah itu, seperti hujan panah di tubuh Hang Tianyu. Dengan tegas, dia menggeleng. "Aku tidak berniat menikahi wanita manapun selain Le Chieli Bu. Apalagi Jie Xieye adalah sahabatnya."
Hang Suyue mendelik tajam. "Setelah menghamili nya, kau tidak mau bertanggungjawab? Bukankah ini adalah rencana istrimu juga?"
Wanita paruh baya itu lalu bangun berdiri. "Ibu tidak mau tahu bawa Jie Xieye dan calon cucuku ke rumah ini!"
Setelah mengatakan itu, Hang Suyue melenggang pergi di ikuti Guanghi.
Hang Tianyu menunduk. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia merasa kalah... untuk pertama kalinya, bukan oleh musuh di medan perang, tapi oleh kesalahan yang bahkan, sepenuhnya bukan kesalahannya.
...***...
Jie Xieye menekuk lututnya di atas dinginnya lantai giok. Matanya sudah bengkak karena sedari tadi menangis. Ia ingin sekali menolak kenyataan pahit tentang kehidupan baru di dalam rahim nya.
"Ibu, aku harus bagaimana?" Jie Xieye menunduk, bahunya bergetar. Tapi kemudian bangun berdiri dan berjalan mendekati jendela.
"Wuxi, aku tau kau di sana. Berhenti mengikuti ku."
benar saja. Seperti kabut, Wuxi tiba-tiba muncul di hadapannya. wajahnya menunduk.
"Kau selalu di sisinya kan?" seringai muncul di wajah pucat Jie Xieye. Gadis itu berjalan mengitari Wuxi. "KAU SELALU DI SISINYA BUKAN?!"
Wuxi menahan nafasnya sejenak. Lalu mengangguk dan mengiyakan.
Jie Xieye tertawa, tawa yang Wuxi bisa rasakan lukanya.
"Lalu kenapa kau tidak menghentikan malam itu, Wuxi?" Jie Xieye kembali menangis. ingin sekali rasanya ia kembali ke malam itu mencegah semuanya.
"Maafkan saya, tabib Jie. Malam itu, dayang Qiaoyu memberikan kue beras yang di beri obat tidur. Tolong maafkan aku."
Wuxi bertekuk lutut, merasa bersalah karena ia lalai menjaga Tuan nya malam itu. Jie Xieye mundur perlahan, hingga punggungnya menabrak tembok.
"Tabib Jie, saya tahu Anda tidak ingin kembali ke kediaman Jenderal Hang. Namun, yang anda kandung adalah keturunan Hang, bahkan jika Anda tidak ingin, mereka pasti akan mengambil bayi Anda."
Jie Xieye melangkah maju, telunjuknya menunjuk Wuxi dan perutnya. "ini bayiku! Aku dan dia tidak akan menginjakkan kaki di sana. Dan dia adalah keturunan Jie!"
Wuxi menghela nafas pelan. dia bukan ingin menyudutkan Jie Xieye, tapi dia tidak ingin wanita itu akan terkejut dengan tindakan keluarga jenderal Hang nantinya. terlebih Nyonya besar yang sudah menginginkan cucu.
"Apakah anda bisa melawan? Meski Anda adalah keturunan Jie, Anda adalah yang tersisa. Dan Yang Mulia, adalah Jenderal Agung. Jadi, saya mohon, pikirkan dengan baik, Tabib Jie. Bahkan jika anda bersembunyi di sarang lebah, Nyonya besar akan menemukan Anda."
dan jika sekarang suaminya membuka hati untuk tabib jie apakah itu juga salah tabib jie??
jendral Hang khawatir pada anaknya atau ibunya
hanya author yg tau..🤔
aq malah ngeri membayangkan kehidupan xieye di sana bahkan nyawanya dan bayi yang dalam kandungannya pun jadi target 😩
aku kok gemesss😡😡
kira2 siapa pembunuh bayar itu ya?!🤔